Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

PENENTUAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA (ANALISIS


HEMOGLOBIN, TOTAL PROTEIN, ALBUMIN, KOLESTEROL, DAN
KALSIUM)

Oleh :

Anggy Febriyanti 10171123302

Alfin Lailatul F 101711233023

Ade Lia R 1017112330

PRODI S1 GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................i


Kata Pengantar
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan .....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Tujuan .........................................................................................................3
1.3 Manfaat
Bab II Hasil dan Pembahasan ....................................................................................5
Bab III Penutup ..........................................................................................................19
4.1 Kesimpulan .................................................................................................19
4.2 Rekomendasi...............................................................................................19
Daftar Pustaka ............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang
belum mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi
baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi
yang kurang dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya
orang yang asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi
adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter,
kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau
rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat
menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi.
Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
memperbaiki tingkat kesehatan pada setiap individu. Penilaian status gizi
dapat diketahui salah satunya melalui pemeriksaan biokimia.
Pemekriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil
yang lebih tepat dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan
pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik
pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah
dan urine. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan keadaan normal
yang telah dietapkan untuk mengetahui status gizi responden.
Untuk itu, kami melakukan pemeriksaan secara biokimia untuk
mengetahui status gizi pada salah satu anggota kelompok sebagai responden.
Dalam pemeriksaan secara biokimia ini menggunakan darah sebagai pengukur
kandungan zat gizi responden. Adapun praktikum biokimia yang dilakukan
adalah kadar kolesterol total dalam darah menggunakan sampel serum, kadar
kalsium dalam darah, total protein, albumin, serta hemoglobin yang
menggunakan sampel whole blood.
1.2 Tujuan
Beberapa tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah:

1
a) Mengetahui cara melakukan pengukuran hemoglobin serta interpretasi
status gizi responden dengan meninjau kadar total dalam darah.
b) Mengetahui cara melakukan pengukuran total protein serta interpretasi
status gizi responden dengan meninjau kadarnya dalam darah.
c) Mengetahui cara melakukan pengukuran kadar albumin serta
interpretasi status gizi responden dengan meninjau kadar albumin total
dalam darah.
d) Mengetahui cara melakukan pengukuran kolesterol serta interpretasi
status gizi responden dengan meninjau kadarnya dalam darah.
e) Mengetahui cara melakukan pengukuran kalsium serta interpretasi
status gizi responden dengan meninjau hasil total dalam darah.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui prinsip biokimia
yang digunakan dalam beberapa analisis yang dilakukan. Selain itu,
mahasiswa dapat memahami langkah dan cara dalam menentuan status gizi
secara biokimia dengan melakukan beberapa uji yaitu uji kadar hemoglobin,
total protein, albumin, kolesterol, serta kalsium. Mahasiswa juga dapat
menginterpretasikan hasil yang diperoleh untuk menentukan status gizi dan
keadaan fungsi tubuh pada responden.

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Praktikum Pemeriksaan Hemoglobin


A. Pendahuluan
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Metode
E. Hasil dan Pembahasan
i. Langkah Praktikum
ii. Hasil Praktikum
iii. Referensi

F. Kesimpulan

2.2 Praktikum Pemeriksaan Total Protein


2.3 Praktikum Pemeriksaan Albumin Serum
2.4 Praktikum Pemeriksaan Kolesterol
A. Pendahuluan
Kolesterol merupakan metabolit yang mengandung lemak sterol
yang ditemukan dalam membran sel dan disirkulasikan dalam plasma
darah. Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik berupa lemak tetapi
memiliki rumus steroida, steroida merupakan lipid yang memiliki struktur
yang terdiri dari empat cincin atom karbon. Steroid yang termasuk ke
dalam steroid hormone diantaranya adalah kortisol, esterogen, dan
testosterone. Selain itu kolesterol merupakan bahan pembangun esensial
bagi tubuh untuk sintesis zat-zat penting seperti membran sel dan bahan
isolasi sekitar saraf, begitu pula hormon kelamin, vitamin D, serta asam
empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih dapat
menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah yang disebut
hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa
menyebabkan kematian. Kadar kolesterol darah cenderung meningkat pada

3
orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga, dan perokok (Iman, 2004;
Beydaun, 2008)
Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat dalam
tubuh manusia, terutama pada otak, jaringan syaraf, cairan empedu serta
pada darah. Senyawa ini merupakan penyusun utama batu empedu.
Kolesterol secara normal diproduksi sendiri oleh tubuh dalam jumlah yang
tepat. Tetapi ia bisa meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang
berasal dari lemak hewani seperti daging ayam, usus ayam, telur ayam,
burung dara, telur puyuh, daging bebek, telur bebek, daging kambing,
daging sapi, sosis daging, babat, ampela, paru, hati, bakso sapi, gajih sapi,
susu sapi, ikan air tawar, kepiting, udang, kerang, belut, cumi-cumi
(Welborn, 2007; Wang, 2005). Hati memiliki peran untuk memproduksi
kolesterol, kemudian kolesteorol tersebut berfungsi untuk membangun
dinding sel dan juga untuk membuat hormon-hormon tubuh tertentu.
Kolestrol banyak dijumpai pada lemak binatang, tetapi tidak pernah
ditemukan pada lemak tumbuhan. Tumbuhan mempunyai sterol yang
disebut fitosterol.
Jumlah kolesterol yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan
dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh, yaitu akan memicu munculnya
penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Hal itu dapat
terjadi karena jumlah kolesterol tubuh yang berlebih akan membentuk
bekuan dan plak yang akan menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan
aliran darah ke jantung yang akan menyebabkan serangan jantung, dan
menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak yang akan menyebabkan
stroke. Jadi agar terhindar dari serangan jantung sangat disarankan untuk
mengontrol kadar kolesterol dalam tubuh kita. Faktor yang dapat
menurunkan kadar kolesterol darah ialah mengurangi makanan yang
mengandung kadar kolesterol tinggi dan banyak mengkonsumsi sayur-
mayur, buah-buahan, dan makanan yang mengandung asam lemak esensial
yaitu minyak kacang tanah, minyak kedelai, dan minyak jagung
(Tirtawinata, 2006). Pada orang yang mengalami serangan jantung atau
pembedahan bay pass, kadar kolesterolnya harus diperiksa secara rutin.

4
Menjaga kolesterol agar tetap dalam jumlah yang wajar merupakan
jaminan terbaik untuk terhindar dari penyumbatan pembuluh darah arteri.
Pemeriksaan kadar kolesterol darah dapat dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya dengan pemeriksaan biokimia. Pemeriksaan biokimia
umumnya dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat
spektofotometer. Pemeriksaan dengan metode ini dilakukan dengan
pengawasan mutu meliputi kalibrasi alat serta dilakukan quality control.
Melalui pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi dapat
memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai dari
konsumsi pangan dan pemeriksaan yang lain.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari cara pegukuran kadar
kolesterol dalam darah menggunakan alat spektofotometer dengan metode
enzimatik CHOD-PAP.
C. Manfaat
Mengetahui cara pegukuran kadar kolesterol dalam darah menggunakan
alat spektofotometer dengan metode enzimatik CHOD-PAP.
D. Metode
 Ringkasan
Kolesterol adalah komponen membran sel dan prekursor untuk hormon
steroid dan asam empedu yang disintesis oleh sel-sel tubuh dan diserap
dengan makanan. Kolesterol diangkut dalam plasma melalui lipoprotein,
yaitu kompleks antara lipid dan apolipoprotein. Ada empat kelas
lipoprotein: lipoprotein densitas tinggi (HDL), lipoprotein densitas rendah
(LDL), lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) dan kilomikron.
Sementara LDL berperan dalam transportasi kolesterol ke sel perifer, HDL
bertanggung jawab untuk penyerapan kolesterol dari sel. Empat kelas
lipoprotein yang berbeda menunjukkan hubungan yang berbeda dengan
aterosklerosis koroner. Kolesterol LDL (LDL-C) berkontribusi terhadap
pembentukan plak aterosklerotik dalam intima arteri dan sangat terkait
dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan mortalitas terkait. Bahkan
dengan kolesterol total dalam kisaran yang normal, peningkatan

5
konsentrasi LDL-C menunjukkan risiko tinggi PJK. HDL-C memiliki efek
perlindungan yang menghalangi pembentukan plak dan menunjukkan
hubungan terbalik dengan prevalensi PJK. Bahkan, nilai HDL-C yang
rendah merupakan faktor risiko independen. Penentuan tingkat kolesterol
total (TC) individu digunakan untuk tujuan skrining. Sementara untuk
penilaian risiko yang lebih baik, perlu untuk mengukur HDL-C dan LDL-
C. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa uji klinis terkontrol
menggunakan diet, perubahan gaya hidup dan atau obat yang berbeda
(terutama HMG CoA reductase inhibitor [statin]) telah menunjukkan hasil
dapat menurunkan kadar kolesterol total dan kadar LDL-C guna
mengurangi risiko PJK secara drastis.
 Metode
Metode yang digunakan dalam mengukur kadar kolesterol darah pada
praktikum ini yaitu “CHOD-PAP”: tes fotometrik enzimatik.
 Prinsip
Penentuan kolesterol setelah hidrolisis enzimatik dan oksidasi. Indikator
kolorimetri adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine
dan fenol oleh hidrogen peroksida di bawah aksi katalitik peroksidase
(reaksi Trinder).
Kolesterol ester + H2O CHE Kolesterol + Asam lemak
Kolesterol + O2 CHO Kolesterol-3-satu + H2O2
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Fenol POD Quinoneimine + 4 H2O
 Reagen
Komponen dan konsentrasi:
a. Good's buffer pH 6.7 50 mmol/L
b. Fenol 5 mmol/L
c. 4-Aminoantipyrine 0.3 mmol/L
d. Kolesterol esterase (CHE) > 200 U/L
e. Kolesterol oxidase (CHO) > 50 U/L
f. Peroksidase (POD) > 3 kU/L
g. Standar: 200 mg/dL (5.2 mmol/L)
 Instruksi Penyimpanan dan Stabilitas Reagen

6
Reagen dan standar stabil hingga akhir bulan yang ditunjukkan jika
disimpan pada suhu 2-8 °C, terlindungi dari cahaya dan terhindar dari
kontaminasi, serta tidak membekukan reagen. (Catatan: Harus disebutkan,
bahwa pengukuran tidak dipengaruhi oleh perubahan warna yang terjadi
sesekali, selama absorbansi reagen adalah <0,3 pada 546 nm).
 Peringatan dan Pencegahan.
1) Reagen mengandung natrium azida (0,95 g/L) sebagai pengawet.
Jangan ditelan! Hindari kontak dengan kulit dan selaput lendir.
2) Standar: Peringatan. H317 dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit. H319 menyebabkan iritasi mata berat. P264 cuci tangan dan
wajah sampai bersih setelah memegang. P280 pakailah sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung/pelindung mata/pelindung wajah.
3) P302+P352 jika pada kulit: cuci dengan banyak sabun dan air.
P337+P313 jika iritasi mata berlanjut: dapatkan saran/perhatian medis.
Dalam kasus yang sangat jarang, sampel pasien dengan gammopathy
mungkin memberikan hasil yang salah.
4) Obat-obatan N-acetylcysteine (NAC), acetaminophen, dan metamizole
menyebabkan hasil yang sangat rendah pada sampel pasien.
5) Silahkan merujuk pada lembar data keselamatan dan lakukan tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk penggunaan reagen laboratorium.
Untuk tujuan diagnostik, hasilnya harus selalu dinilai dengan riwayat
medis pasien, pemeriksaan klinis, dan temuan lainnya.
 Penanganan Limbah. Silakan merujuk persyaratan hukum setempat.
 Persiapan Reagen. Reagen dan standar siap digunakan.
 Bahan yang Dibutuhkan tetapi Tidak Disediakan.
a. Larutan NaCl 9g/L
b. Peralatan laboratorium umum
c. Serum, plasma heparin atau plasma EDTA
Stabilitas: 7 hari pada 20-25°C
7 hari pada 4-8°C
3 bulan pada –20°C
Buang spesimen yang terkontaminasi dan bekukan sekali saja.

7
 Prosedur Pengujian.
(Lembar aplikasi untuk sistem otomatis tersedia berdasarkan permintaan).
a. Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
b. Jalur optik 1 cm
c. Suhu 20-25°C/37°C
d. Pengukuran terhadap reagen blanko
Blank Sample or standard
Sample/standard - 10 μL
Dist. water 10 Μl -
Reagent 1000 μL 1000 μL
Campur kemudian inkubasi selama 20 menit pada suhu 20-25°C atau
selama 10 menit pada suhu 37°C. Baca absorbansi dalam 60 menit
terhadap reagen blanko.
 Perhitungan
∆ sampel
C sampel = ∆ standard x kolesterol standard

 Faktor Konversi.
Kolesterol [mg/dL] x 0.02586 = Kolesterol [mmol/L]
 Rentang Referensi
a. Desirable : < 200 mg/dL (5.2 mmol/L)
b. Borderline high risk: 200 – 240 mg/dL (5.2 – 6.2 mmol/L)
c. High risk : > 240 mg/dL (> 6.2 mmol/L)

E. Hasil dan Pembahasan


a) Langkah Praktikum
 Pengambilan Sampel
- Dibersihkan kulit pasien dengan menggunakan alkohol.
- Diambil 50 µl darah pada masing-masing pasien dengan
menggunakan jarum suntik.
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi.
- Diberi penomoran pada masing-masing tabung reaksi.
 Preparasi Sampel
- Dimasukkan darah yang diambil tadi kedalam sentrifugator.

8
- Disentrifuse darah selama 3 menit dengan kecepatan 4000 rpm
sampai terpisah antara serum dengan plasma pada sampel tersebut.
- Keluarkan tabung reaksi setelah alat sentrifugasi selesai berputar.
- Dipipet serum dengan menggunakan pipet automatic sebanyak 50µL
kemudian masukkan kedalam cup serum
 Proses Analisa Sampel
- Setelah alat siap digunakan, masukkan cup serum kedalam alat.
Maka alat siap menganalisa sampel.
- Pilih jenis pemeriksaan apa saja yang diinginkan. Pastikan nomor
cup sesuai dengan raknya.
- Alat akan berkerja secara otomatis dan hasil dari pemeriksaan akan
diteruskan ke komputer.
- Catat hasil pemeriksaan.
 Pemeriksaan Kolesterol Total
- Dipipet serum sebanyak 10 µl dengan menggunakan mikropipet.
- Dimasukkan kedalam cup serum.
- Ditambahkan reagen kolesterol 1000 µl dengan menggunakan
mikropipet.
- Pada proses pengambilan larutan, yaitu aquades, raegan, dan sampel
dilakukan dengan menggunakan mikropipet karena jumlahnya yang
sangat sedikit. Pada kuvet blanko, setelah dimasukkan aquadest dan
larutan raegan, kuvet digoyang agar larutan tercampur secara
sempurna. Setelah itu kuvet diinkubasi pada suhu ruang yaitu 20-
25°C selama 10 menit. Inkubasi ini bertujuan memberikan waktu
untuk terjadinya reaksi antara kedua larutan pada campuran tersebut.
Saat proses inkubasi terjadi reaksi antara raegan dengan kolesterol
yang terdapat pada larutan standar dan sampel. Setelah diinkubasi,
kedua larutan yang pada awalnya bening terjadi perubahan warna
menjadi warna merah. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi
reaksi antara enzim dengan kolesterol. Warna merah berasal dari
senyawa quenonimie, yang merupakan hasil reaksi antara raegan
dengan kolesterol.

9
- Perubahan warna merah diperlukan agar campuran larutan dapat
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektofotometer UV-
Vis, khususnya dengan sinar visibel. Quinoeimine akan terukur
absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm dan nilai
absorbansinya tersebut sebanding dengan kadar kolesterol dalam
darah. Setelah inkubasi selesai, dilakukan pengukuran dengan
menggunakan spektofotometer. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 546 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum
untuk quoneimine.
b) Hasil Praktikum
 Cut Off Total Kolesterol Serum

Tabel 1: Cut off point total kolesterol

Sumber: Graha, K.C. 2010. Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media Komputido.

 Perhitungan hasil kolesterol dalam sampel yaitu:


Responden A (kel.7) → ∆sampel = 0,083
Standard = 0,208
C tandard = 200
Responden B (kel.6) → ∆sampel = 0,275
Standard = 0,213
C tandard = 200
Sehingga :
∆ sampel
C sampel kelompok 7 = x kolesterol standard
∆ standard
0,083
= x 200
0,208

10
= 79,80 mg/dL (normal)
∆ sampel
C sampel kelompok 6 = x kolesterol standard
∆ standard
0,275
= x 200
0,213

= 258,2 mg/dL (normal)

Terdapat perbedaan nilai ∆ standard antara kelompok 6 dan


kelompok 7. Hal ini dipengaruhi oleh variasi waktu yang berbeda. Kadar
kolesterol serum pada kelompok kami yaitu 79.80 mg/dL, Hasil tersebut
termasuk dalam kategori kolesterol normal karena berada di bawah nilai
200 mg/dL. Apabila dibandingkan dengan kelompok 6 yang hasilnya
adalah 258,2 mg/dL, maka kelompok 6 termasuk hipercolesterol karena
berada dalam kategori tinggi yaitu hasilnya lebih dari 200 mg/dL bahkan
diatas 240 mg/dL.
Meningkatnya kadar kolesterol disebabkan karena sering
mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak hewan tinggi seperti Otak
sapi, daging merah, seafood, kuning telur, keju, atau makanan siap saji,
serta makanan tinggi lemak lainnya. Selain itu, Kurangnya berolah raga
dapat menimbun lemak didalam tubuh sehingga kadar kolesterol
meningkat. Kolesterol yang berlebihan akan tertimbun didalam dinding
pembuluh darah, dan membentuk timbunan yang mengganggu aliran darah
yang dapat menjadi penyebab hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Sementara itu, pada kelompok 7 didapatkan hasil kolesterol darah
yang normal. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang baik dan
seimbang serta berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik karena
responden sering berjalan kaki serta aktivitas fisik lainnya.

c) Referensi
Menurut (Graha, 2010) batas normal kolesterol total adalah = 200 mg/dl.

11
Sumber: Graha, K.C. 2010. Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media Komputido.

F. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dalam darah pada sampel
serum dengan menggunakan metode Chod-pap di peroleh kadar kolesterol
total pada kelompok kami (kelompok 7) sebesar 79.80 mg/dL, sedangkan
apabila dibandingkan dengan kelompok 6 yang kami hitung menunjukkan
kadar kolesterol total sebesar 258,2 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa
kadar koleterol total dalam darah reponden kelompok 7 berada dalam
kategori normal, sedangkan responden pada kelompok 6 terkategori tinggi.
Perbedaan kadar kolesterol kedua reponden tersebut berkaitan dengan pola
makan dan tingkat aktivitas fisik yang berbeda. Responden yang memiliki
kadar kolesterol normal memiliki kebiasaan makan sehat dan seimbang serta
aktivita fisik yang lebih baik dibanding dengan reponden yang memiliki
kadar kolesterol tinggi.

12
Daftar Pustaka
Putri, F. Fajariasari, R. Hafizah, D. Fitriana, D. Susanti, G. 2010. Laporan
Praktikum Kimia Klinik Penentuan Kadar Kolesterol (Metode
CHOD-PAP) dan Penentuan Kadar Trigliserida. FF Universitas
Padjajaran

Beydoun, M.A. 2008. Ethnic diff erences in dairy and related nutrient
consumption among US adults and their association with obesity, central
obesity, and the metabolic syndrome. Am J Clin Nutr., 87(6): 1914-1925

Iman, S. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak &
Kolesterol. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Tirtawinata, Tien Ch.2006. Makanan dalam perspektif Al Quran dan ilmu gizi
Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Wang, Y. 2005. Comparison of abdominal adiposity and overall obesity in
predicting risk of type 2 diabetes among men. Am J Clin Nutr., 81(3): 555-
563
Welborn, T.A. 2007. Preferred clinical measures of central obesity for predicting
mortality. European Journal of Clinical Nutrition, 61: 1373–1379

13
2.5 Praktikum Pemeriksaan Kalsium
A. Pendahuluan
Darah merupakan cairan yang mengalir di dalam tubuh. Darah yang
diletakkan di dalam tabung reaksi akan menggumpal dalam beberapa saat
kemudian, sehingga akan terbentuk cairan kuning supernatan yang disebut
dengan serum. Serum merupakan komponen yang terlarut bersama darah
dan tidak mengandung faktor-faktor penggumpalan darah dan fibrinogen
(Nugroho 2010). Serum mengandung antibodi, antigen, hormon, elektrolit
dan substansi eksogen. Faktor pembekuan darah tidak terkandung dalam
serum karena diperoleh dari darah yang dibiarkan menggumpal (Rahmawati
2009). Serum darah hewan terdiri dari air sebanyak 92% dan zat-zat lain
sebanyak 8% (Nugroho 2010). Komponen lain dari darah yaitu plasma.
Plasma darah diperoleh setelah adanya penambahan zat penggumpalan
darah serta proses sentrifugasi. Selain komponen-komponen tersebut,
plasma juga mengandung fibrinogen, gas, glukosa, lemak, substansi non
protein, nitrogen, enzim, hormon, vitamin dan pigemn. Protein plasma
terdiri dari 90% air dan 10% zat padat. Bahan padat tersebut terdiri dari 7%
protein dan bahan anorganik bukan protein, yaitu P, Na, Ca, K, Mg, Fe dan
HCO3 (Nugroho 2010).
Salah satu mineral yang terdapat plasma darah adalah kalsium (Ca).
Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang dan gigi, serta
diperlukan dalam relaksasi otot, kontraksi otot, transmisi sinyal saraf,
pembekuan darah dan pengaturan hormon tubuh (Limawan et al. 2015).
Mineral kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Kalsium tulang berada
dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsentrasi kurang
lebih 2,25-2,60 mmol/L. Sebanyak 99% kalsium berada dalam jaringan
keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit
[(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2]. Selain terkandung pada tulang dan gigi, kalsium
juga terdapat pada cairan ekstraseluler dan intraseluler. Peranan kalsium
dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler yaitu mengatur fungsi sel dan
menjaga permeabilitas sel. Kalsium juga memiliki peranan dalam mengatur

14
faktor-faktor pertumbuhan. Jumlah kalsium yang diabsorpsi oleh tubuh
dalam keadaan normal yaitu sebanyak 20-30%, yang terjadi pada bagian
usus halus yaitu duodenum (Almatsier 2004).
Pentingnya peranan kalsium didalam tubuh, menyebabkan tubuh
mengontrol kalsium agar tetap dalam keadaan yang konstan dalam darah.
Tingkat kalsium didalam darah diatur oleh hormon paratiroid, vitamin D
dan kalsitonin. Hormon paratiroid (PTH) sangat berperan dalam mengatur
jumlah kalsium didalam darah. Apabila jumlah kalsium darah rendah, maka
hormon ini akan diproduksi dan dilepas ke dalam aliran darah dan
meningkatkan kalsium darah (Rouillard dan Lane 2001). Peningkatan
konsentrasi kalsium dalam darah oleh PTH dilakukan dengan 2 cara, yaitu
dengan menginduksi efluks cepat kalsium ke dalam plasma dan merangsang
pelarutan tulang (transfer lambat kalsium dan fosfat dari stable pool ke
dalam plasma. Selain itu, PTH juga memberi efek pada usus dengan
meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat dari usus secara tidak langsung
melalui pengaktifan vitamin D. Apablia konsentrasi kalsium dalam plasma
darah tinggi, maka sekresi PTH akan dikurangi (Rouillard dan Lane 2001).
Praktikum ini bertujuan memahami prinsip biokimia yang digunakan dalam
analisis kalsium darah, dapat melakukan analisis kalsium darah serta
mengetahui manfaat analisis kalsium darah untuk mengetahui keadaan
fungsi tubuh.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum PSG Biokimia ini antara lain:
a) Mengukur kadar kalsium darah dengan metode arsenazo III
b) Menyimpulkan hasil pemeriksaan kalsium darah pada saat praktikum
serta membandingkannya dengan nilai normal
c) Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang berkaitan dengan
kadar kalsium darah abnormal dengan bantuan hasil praktikum yang
dilakukan.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa paham mengenai prinsip
biokimia yang digunakan dalam analisis kalsium darah, dapat melakukan

15
analisis kalsium darah serta mengetahui manfaat analisis kalsium darah
untuk mengetahui keadaan fungsi tubuh.

D. Metode
 Metode
Metode yang digunakan adalahTes fotometrik menggunakan arsenazo III
 Prinsip
Kalsium dengan arsenazo III pada pH netral menghasilkan kompleks
berwarna biru, yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi kalsium.
Gangguan oleh magnesium dihilangkan dengan penambahan asam 8-
hydroxyquinoline-5-sulfonic.
 Reagen
a) Buffer fosfat pH 7,5 50 mmol / L
b) 8-Hydroxyquinoline-5-sulfonic acid 5 mmol / L
c) Arsenazo III 120 μmol / L
Standar: 10 mg / dL (2,5 mmol / L)
 Instruksi Penyimpanan dan Stabilitas Reagen
Reagen dan standar stabil hingga satu bulan jika disimpan pada 2 - 8 ° C
dan terhindar dari kontaminasi. Jangan membekukan reagen, serta lindungi
standar dari cahaya.
 Peringatan
1) Kalsium adalah ion yang dapat ditemukan ada dimanapun, tindakan
pencegahan penting dilakukan dengan cara menghindari atau
meminialkan terjadinya kontaminasi yang tidak disengaja.
Menggunakan bahan sekali pakai.
2) Jejak agen seperti EDTA dapat mencegah pembentukan kompleks
berwarna.
3) Reagen mengandung natrium azida (0,95 g / L) sebagai pengawet.
Jangan ditelan dan Hindari kontak dengan kulit dan selaput lender
secara langsung.
4) Dalam kasus yang sangat jarang, sampel pasien dengan gammopathy
mungkin dipalsukan.

16
5) Merujuk pada lembar data keselamatan dan lakukan tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk penggunaan reagen laboratorium.
Untuk tujuan diagnostik, hasilnya harus selalu dinilai dengan riwayat
medis pasien, pemeriksaan klinis dan temuan lainnya.
 Penanganan limbah
Silakan merujuk persyaratan hukum setempat.
 Persiapan Reagen
Reagen dan standar siap digunakan.
 Bahan yang dibutuhkan
- Larutan NaCl 9 g / L.
- Peralatan laboratorium umum
 Spesimen
- Serum, plasma heparin atau urin
- Jangan gunakan EDTA plasma
 Stabilitas
- Dalam Serum / Plasma : 7 hari pada 20 - 25 ° C
: 3 minggu pada 4 - 8 ° C
: 8 bulan pada –20 ° C
- Dalam Urin : 2 hari pada 20 - 25 ° C
: 4 hari pada 4 - 8 ° C
: 3 minggu pada –20 ° C
Tambahkan 10 mL HCl pekat pada urin 24 jam dan panaskan spesimen
untuk melarutkan kalsium oksalat. Buang spesimen yang terkontaminasi.
Bekukan sekali saja.
 Prosedur Pengujian Assay
- Lembar aplikasi untuk sistem otomatis tersedia berdasarkan
permintaan.
- Panjang gelombang 650 nm, Hg 623 nm (630 - 670 nm)
- Jalur optik 1 cm
- Suhu 20 - 25 ° C / 37 ° C
- Pengukuran terhadap reagen blanko

17
Blanko Sample or standard

Sample or
- 10 μL
standard
Dist. water 10 μL -
Reagent 1000 μL 1000 μL
Campur, inkubasi selama 5 menit. dan membaca absorbansi terhadap
reagen blanko.

 Perhitungan
Dengan standar atau kalibrator
A Std / Cal
Kalsium [mg/dL] = x Conc. Std /Cal [mg/dL]
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

 Faktor konversi
- Kalsium [mg/dL] x 0,2495 = Kalsium [mmol / L]
- Kalsium / U [mg / 24 jam] x 0,025 = Kalsium / U [mmol / 24 jam]
 Rentang pengukuran
Tes telah dikembangkan untuk menentukan konsentrasi kalsium dalam
rentang pengukuran dari 0,04 - 20 mg / dL (0,01 - 5 mmol / L). Ketika
nilai melebihi kisaran ini, sampel harus diencerkan 1 + 1 dengan larutan
NaCl (9 g / L) dan hasilnya dikalikan dengan 2.
 Kekhususan / Gangguan
Tidak ada gangguan yang diamati pada asam askorbat hingga 30 mg / dL,
bilirubin hingga 40 mg / dL, hemoglobin hingga 500 mg / dL, lipemia
hingga trigliserida 2000 mg / dL dan magnesium hingga 15 mg / dL.
Garam strontium dalam pengobatan dapat menyebabkan peningkatan nilai
kalsium. Untuk informasi lebih lanjut tentang zat-zat pengganggu, lihat
Young DS.
 Sensitivitas / Batas Deteksi
Batas deteksi yang lebih rendah adalah 0,04 mg / dL (0,01 mmol / L).
 Rentang Referensi
- Serum / Plasma : 8,6 - 10,3 mg / dL (2,15 - 2,57 mmol / L)
- Urin : Wanita <250 mg / 24 jam (6,24 mmol / 24 jam)
: Pria <300 mg / 24 jam (7,49 mmol / 24 jam)

18
E. Hasil dan Pembahasan
1. Langkah Praktikum
2. Hasil Praktikum
3. Referensi

F. Kesimpulan

19
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

20
LAMPIRAN

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai