Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

ANALISIS KANDUNGAN ASAM ASKORBAT DALAM MINUMAN


KEMASAN YANG MENGANDUNG VITAMIN C

Winda Trisna Wulandari


Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Email : windatrisnawulandari@yahoo.com

Abstrak

Minuman kemasan yang mengandung vitamin C sering terpapar oleh sinar matahari terutama pada saat
proses pendistribusian dan penjualan minuman, padahal senyawa asam askorbat yang berperan sebagai
antioksidan mudah mengalami degradasi atau oksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kandungan asam askorbat pada minuman kemasan mengalami perubahan yang signifikan
setelah dibiarkan terpapar di bawah sinar matahari. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dua belas produk minuman kemasan yang mengandung vitamin C. Dua belas minuman kemasan
tersebut diukur konsentrasi asam askorbatnya, kemudian dibiarkan terpapar di bawah sinar matahari
selama satu jam, setelah itu diukur kembali konsentrasi asam askorbatnya. Pengukuran tersebut
dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis pada panjang gelombang 265,5 nm.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan konsentrasi asam askorbat antara minuman kemasan
sebelum dengan setelah perlakuan maka dilakukan uji statistik berupa Paired Sample T-Test.
Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis diperoleh hasil bahwa
konsentrasi asam askorbat yang terkandung pada kedua belas sampel minuman kemasan mengalami
penurunan setelah didiamkan di bawah sinar matahari selama satu jam. Penurunan tersebut berada
pada rentang 1,97% hingga 58.79%. Hasil uji Paired Sample T-Test menunjukkan nilai signifikasi
sebesar 0,001 atau p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan antara
kandungan asam askorbat sebelum dan setelah perlakuan. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa paparan sinar matahari selama satu jam dapat menyebabkan penurunan konsentrasi
asam askorbat dalam minuman kemasan secara signifikan.

Kata kunci: asam askorbat, minuman kemasan, vitamin C

PENDAHULUAN penting untuk melawan radikal bebas.


(Andarwulan N, dkk., 2012; Ruiz, dkk.,
Senyawa yang terkandung di dalam
2016; Louarme L & Billaud C., 2012;
vitamin C adalah asam askorbat yang
Cocetta G., 2012; Febrianti N, dkk., 2016)
memiliki banyak fungsi, diantaranya
Salah satu sumber asam askorbat
adalah berperan dalam biosintesis
adalah buah-buahan, diantaranya
kolagen, norepiperin, hormon peptida dan
terkandung dalam kiwi, mangga, jeruk,
tirosin (Chebrolu, K.K, dkk., 2012). Selain
jambu, apel, pepaya, dan lain-lain. Selain
itu, juga berperan dalam absorbsi Fe,
pada buah-buahan, asam askorbat juga
aktivitas respon imun, penyembuhan luka
terkandung dalam sayuran seperti tomat,
dan osteogenesis (Febrianti N, dkk.,
brokoli, peterseli, peperoni, kubis dan
2016). Asam askorbat juga dapat berperan
lain-lain (Ruiz, B.G., dkk, 2016).
sebagai antioksidan yang merupakan satu
Hasil penelitian Febrianti N, dkk
mekanisme pertahanan yang paling
(2016) menunjukkan bahwa kandungan
27
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

asam askorbat dalam buah-buahan tropis Akhir-akhir ini, untuk memudahkan


secara berurutan dari yang tertinggi adalah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
buah alpukat, jeruk, strawberi, jambu, vitamin C nya, banyak produsen yang
apel, pepaya dengan konsentrasi masing- memproduksi dan menjual sari buah-
masing 119,8; 96,8; 66,65; 49,86; 49,57; buahan dalam bentuk minuman kemasan.
48,4 (mg/100 g) serta pada asam jawa Akan tetapi, proses penyimpanan,
yang setara dengan mangga yaitu 41,06 pendistribusian dan penjualannya
mg/100 g. menyebabkan minuman kemasan tersebut
Asam askorbat merupakan senyaw terkena panas dan terpapar oleh sinar
yang mudah mengalami oksidasi atau matahari, padahal seperti yang telah
degradasi. Faktor-faktor yang dijelaskan sebelumnya bahwa asam
menyebabkan degradasi asam askorbat akorbat mudah mengalami oksidasi atau
diantaranya adalah suhu dan pH. degradasi terutama ketika terkena panas.
Penelitian Herbig A L & Renard C., 2017 Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menyatakan bahwa degradasi asam untuk mengetahui apakah terdapat
askorbat terjadi pada rentang temperatur perbedaan kandungan asam askorbat yang
40-60 °C dan degradasi tersebut tidak signifikan antara minuman kemasan
dipengaruhi oleh konsentrasi awal dari sebelum dengan setelah dibiarkan terpapar
asam askorbat. Salah satu cara untuk di bawah sinar matahari.
mencegah degradasi asam askorbat
METODE
diantaranya adalah dengan menambahkan
gula. Hal ini sejalan dengan hasi Alat
penelitian Rojas & Gerschenson (2001) Labu ukur, pipet volume,
yang mengemukakan bahwa penambahan Spektrofotometer UV-Vis Mini 1240
fruktosa dan glukosa dapat meningkatkan Bahan
stabilitas dari vitamin C pada rentang Asam Askorbat p.a, 12 minuman kemasan
temperatur 24-45 °C dan berkurang pada berbeda yang mengandung vitamin C,
rentang 70-90 °C. aquadest
Selain faktor suhu, oksidasi dari asam Prosedur
askorbat juga dipengaruhi oleh faktor Penentuan Panjang Gelombang
derajat keasaman atau pH. Kestabilan Maksimal
asam askorbat lebih tinggi pada pH yang Larutan induk asam askorbat dibuat dalam
rendah. Bode, Cunningham & Rose 1000 ppm, kemudian larutan tersebut
(1990) dalam Herbig A.L & Renard C diukur absorbansinya dengan
(2017) menyatakan bahwa degradasi asam spektrofotometri uv-vis untuk mengetahui
askorbat lebih cepat pada pH 7-8 panjang gelombang maksimal.
dibandingkan pada pH 3-5. Pengukuran absorbansi dilakukan pada
rentang panjang gelombang 200 – 400 nm.

28
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Penentuan Kurva Kalibrasi rata. Sebelum dilakukan uji beda rata-rata,


Larutan induk asam askorbat 1000 ppm dilakukan terlebih dahulu uji normalitas.
diencerkan menjadi 12 ppm, 15 ppm, 18 Uji normalitas bertujuan untuk
ppm, 21 ppm dan 24 ppm. Deret larutan mengetahui apakah data yang digunakan
standar tersebut kemudian diukur memiliki distribusi normal atau tidak.
absorbansinya pada panjang gelombang Karena sampel yang digunakan sedikit
maksimal yang telah ditentukkan (n=12) maka uji normalitas yang
sebelumnya. Kemudian dibuat kurva digunakan adalah Shapiro Wilk. Apabila
standarnya dan diperoleh persamaan garis. nilai signifikansi <0,05 maka data
Penentuan Kadar Asam Askorbat pada berdistribusi tidak normal, tetapi jika
Sampel Minuman Kemasan >0,05 maka data berdistribusi normal.
Sampel vitamin C terdiri dari dua belas Apabila data berdistribusi normal maka
minuman kemasan yang beredar di pengujian hipotesis dengan menggunakan
pasaran. Minuman-minuman kemasan uji parametrik, jika tidak normal maka
tersebut disaring, dipipet 10 mL kemudian yang digunakan adalah uji non-
diencerkan hingga 100 kali pengenceran. parametrik. (Dahlan M. S, 2014).
Kemudian tersebut dibagi ke dalam dua
1.1 hasil dan pembahasan
kelompok, kelompok pertama adalah
kelompok tanpa perlakuan atau langsung Analisis dengan menggunakan
dilakukan pengukuran absorbansi. spektrofometri uv-vis merupakan salah
Sedangkan kelompok yang kedua diberi satu metode analisis yang paling banyak
perlakuan dengan cara dipanaskan digunakan untuk menganalisis asam
dibawah sinar matahari selama 1 jam. askorbat bila dibandingkan dengan metode
Konsentrasi asam askorbat ditentukan lain seperti HPLC, elektroforesis dan
sesuai dengan hukum Lamber Beer yaitu : voltametri. (Chebrolu K.K, dkk., 2012).
Sebelum dilakukan analisis terhadap
A = Σbc
sampel minuman kemasan yang
mengandung vitamin C dengan
dengan A = Absorbansi; Σ = Absorvtivitas
menggunakan metode spektrofotometri,
molar; b = Tebal kuvet; c = Konsentrasi
terlebih dahulu harus ditentukan panjang
Uji Statistik
gelombang maksimal dari asam askorbat.
Pada penelitian ini uji statistika
Berdasarkan hasil pengukuran
dilakukan dengan menggunakan software
absorbansi pada rentang 200 – 800 nm,
SPSS.16. Untuk mengetahui apakah
absorbansi maksimum diperoleh pada
terdapat perbedaan yang signifikan antara
panjang gelombang 265,5 nm. Oleh
kandungan asam askorbat minuman
karena itu, pengukuran selanjutnya
kemasan sebelum dengan setelah
dilakukan pada panjang gelombang
perlakuan maka dilakukan uji beda rata-
maksimum tersebut.
29
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Sebelum dilakukan pengukuran


sampel, maka terlebih dahulu dilakukan Gambar 1. Kurva Kalibrasi Asam Askorbat
pengukuran terhadap larutan standar untuk
memperoleh kurva kalibarasi. Berdasarkan Sampel minuman kemasan yang telah
hasil pengukuran larutan standar diperoleh disaring dan diencerkan kemudian diukur
kurva kalibrasi yang ditunjukkan pada dengan spektrofotometer uv-vis.
Gambar. 1. Berdasarkan kurva tersebut Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
diperoleh persamaan regresi linier untuk konsentrasi asam askorbat awal sebelum
asam askorbat adalah y = 0,0224x + diberi perlakuan adalah berada pada
0,1126 dengan nilai R2 sebesar 0,9862. rentang 618,57 sampai 3637,50 ppm.
Setelah dipanaskan di bawah sinar
Kurva Kalibrasi Asam Askorbat matahari selama satu jam kandungan asam
0.7
y = 0.0224x + 0.1126 askorbat pada semua sampel minuman
0.6 R² = 0.9862
Absorbansi

kemasan mengalami penurunan menjadi


0.5 384,64 sampai 2396,43 ppm dengan

0.4
persentase penurunannya sebesar 1,97
hingga 58,79 %.
0.3
10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)

Tabel 1. Konsentrasi Asam Askorbat pada Minuman Kemasan

Konsentrasi Persentase
No Konsentrasi
Setelah 1 Penguran
Sampel Awal (ppm)
Jam (ppm) gan (%)
1. 2850,00 2332,14
18.17
2. 2256,25 2193,75
2.77
3. 2497,32 2448,21
1.97
4. 2452,68 1010,71
58.79
5. 930,36 796,43
14.40
6. 2332,14 2015,18
13.59
7. 1439,29 720,54
49.94
8. 3637,50 2396,43
34.12
9. 2325,00 1691,07
27.27
10. 3637,50 2396,43
34.12
11. 3021,43 2396,43
20.69
12. 618,57 384,64
37.82

Sebagaimana yang dipaparkan oleh diantarnya adalah jangka waktu


Sinaga (2011) dalam Febrianti, dkk (2015) penyimpanan, paparan sinar matahari dan
menyatakan bahwa faktor-faktor yang faktor pemanasan.
mempengaruhi konsentrasi asam askorbat

30
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

Berdasarkan hasil yang diperoleh, berbeda yang diakibatkan karena


pemanasan sinar matahari selama satu jam pengemasan minuman yang berbeda juga.
ternyata dapat menyebabkan konsentrasi Mekanisme umum dari degradasi vitamin
asan askorbat pada minuman kemasan C dalam sistem cairan adalah terjadinya
menurun. Penurunan konsentrasi asam proses oksidasi dari asam askorbat
askorbat yang berbeda-beda dari setiap menjadi asam dehidroaskorbat dan secara
sampel disebabkan karena intensitas cepat berubah menjadi asam 2,3-
cahaya matahari yang mengenai sampel diketogulonat (Herbig, A. L., 2017)
seperti yang terlihat pada Gambar. 2

Asam Askorbat Asam


Dehidroaskorbat Asam 2,3-
diketogulonat

Gambar 2. Reaksi Oksidasi Asam Askorbat


Untuk mengetahui apakah penurunan menggunakan uji Shapiro-Wilk
konsentrasi asam askorbat pada sampel menunjukkan nilai signifikansi sebesar
minuman kemasan signifikan atau tidak 0,161 atau p>0,05, sehingga dapat
maka dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan disimpulkan bahwa data berdistribusi
Tabel 2. hasil uji normalitas dengan normal.

Tabel 2. Uji Beda Rata-Rata Asam Askorbat pada Minuman Kemasan

̅ Uji Paired
Minuman
N SD Normalitas Sample Test
Kemasan (ppm)
Sig. Sig.
Tanpa
12 2332,8 948,6
Perlakuan
0,161 0,001
Setelah
12 1731,4 782,1
Perlakuan

Selanjutnya untuk menguji hipotesis rata-rata menunjukkan bahwa pemanasan


digunakan uji parametrik berupa paired minuman kemasan selama satu jam di
sample t-test, hasilnya menunjukkan nilai bawah sinar matahari dapat menurunkan
signifikansi sebesar 0,001 atau p<0,05, kadar asam askorbat secara signifikan.
yang artinya bahwa konsentrasi asam KESIMPULAN
askorbat sebelum dan setelah perlakuan Kandungan asam askorbat dalam
berbeda signifikan. Hasil analisis uji beda kedua belas minuman kemasan mengalami
31
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017

penurunan setelah dibiarkan terpapar Dilengkapi Aplikasi Menggunakan


selama satu jam di bawah sinar matahari. SPSS Seri 1 Edisi 6. Jakarta :
Penurunan tersebut berada pada rentang Epidemiologi Indonesia.
1,97% hingga 58.79%. Berdasarkan hasil Febrianti N, Yunianto I dan Dhaniaputri
uji beda rata-rata dengan menggunakan R. 2015. Kandungan Antioksi dan
Paired Sample T-Test menunjukkan Asam Askorbat pada Jus Buah-
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 atau buahan Tropis. Jurnal
p<0,05 yang berarti bahwa terjadi BIOEDUKATIKA Vol. 3 (1): 6-9.
penurunan konsentrasi asam askorbat yang Febrianti N, Yunianto I dan Dhaniaputri
signifikan pada minuman kemasan setelah R. 2016. Kandungan Antioksidan
dibiarkan terpapar selama satu jam di Asam Askorbat pada Buah-buahan
bawah sinar matahari. Tropis. BioWallacea Jurnal Ilmiah
Biologi Vol. 2 (1): 1-5.
REFERENSI
Herbig A.L dan Renard C.M.G.C. 2017.
Andarwulan N, Kurniasih D, Apriady R.
Factors that Impact The Stability of
A, Rahmat H, Roto A. V dan Bolling
Vitamin C at Intermediate
B. W. 2012. Polyphenols,
Temperatures in a Food Matrix. Food
Carotenoids, and Ascorbic Acid in
Chemistry (220): 444-451.
Underutilized Medicinal Vegetables.
Louarme L dan Billaud C. 2012.
Journal of Functional Foods (4): 339-
Evaluation of Ascorbic Acid and
347.
Sugar Degradation Products during
Chebrolu K.K, Jayaprakasha G.K, Yoo
Fruit Dessert Processing Under
K.S, Jifon J.L dan Patil B.S. 2012.
Conventional or Ohmic Heating
An Improved Sample Preparation
Treatment. LWT- Food Science and
Method for Quantification of
Technology (49): 184-187.
Ascorbic Acid and Dehydroascorbic
Rojas A.M dan Gerschenson L.N. 2001.
Acid by HPLC. LWT-Food Science
Ascorbic Acid Destruction in
and Technology (47): 443-449.
Aqueous Model Systems: An
Cocetta G, Karppinen K, Suokas M,
Additional Discussion. Journal of The
Hohtola A, Haggman H, Spinardi A,
Science of Food and Agriculture
Mignani I dan Jaakola L. 2012.
(81): 1433-1439.
Ascorbic Acid Metabolism during
Ruiz B.G, Roux S, Courtois F dan
Bilberry (Vaccinium Myrtillus L.)
Bonazzi C. 2016. Spectrophotometric
Fruit Development. Journal of Plant
Method for Fast Quantification of
Physiology (169): 1059-1065.
Ascorbic Acid and Dehydroascorbic
Dahlan M.S. 2014. Statistik untuk
Acid in Simple Matrix for Kinetics
Kedokteran dan Kesehatan
Measurements. Food Chemistry (211)
Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat
: 583-589.

32

Anda mungkin juga menyukai