Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SRI SUSANTI

NIM : 821416044
KELAS : B-S1 FARMASI 2016

Obat-obat yang memerlukan penggunaan khusus, beserta cara penggunaannya :


1. Sediaan Obat Mata
Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes
mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan
produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga
dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman.
Cara penggunaan :
a) Tetes Mata
1. Cuci tangan lebih dahulu.
2. Jangan menyentuh ujung penetes.
3. Mata melihat ke atas.
4. Tarik kelopak mata bagian bawah sehingga terjadi bagian
“penampungan”.
5. Letakkan penetes sedekat mungkin pada bagian mata yang akan
diteteskan tanpa menyentuh mata.
6. Teteskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
7. Tutup mata sekitar dua menit. Jangan menutup mata terlalu rapat.
8. Kelebihan cairan dapat dibersihkan dengan kertas tissu.
9. Jika lebih dari satu jenis tetes mata atau lebih dari satu dosis yang
digunakan, tunggu sedikitnya lima menit sebelum tetesan berikutnya
diberikan.
10. Tetes mata dapat menyebabkan rasa pedih tetapi seharusnya hanya
berlangsung selama beberapa menit. Jika berlangsung cukup lama,
konsultasikan pada dokter atau apoteker.
b) Salep Mata
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Ujung tube salep jangan tersentuh apapun.
3. Kepala sedikit menengadah.
4. Pegang tube dengan satu tangan, dan tarik kelopak mata bagian bawah
dengan tangan lain sehingga terbentuk cekungan.
5. Oleskan sejumlah dosis yang telah ditentukan.
6. Tutup mata selama dua menit.
7. Bersihkan kelebihan salep dengan kertas tissu.
8. Bersihkan bagian tepi tube dengan kertas tissu lain.
2. Sediaan Obat Hidung
Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung dan obat
semprot hidung.
Cara Penggunaan :
a) Tetes Hidung
1. Lebarkan lubang hidung.
2. Posisi duduk dan kepala dimiringkan kebelakang atau berbaring
dengan diganjal bantal di bawah bahu; jaga agar kepala tetap tegak.
3. Masukkan ujung alat penetes sedalam satu cm ke dalam lubang
hidung.
4. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan.
5. Kepala segera dicondongkan jauh ke depan sehingga posisi kepala
berada diantara lutut.
6. Kembali tegak setelah beberapa detik, tetesan akan mengalir ke
kerongkongan atas.
7. Jika diperlukan, ulangi tahapan di atas untuk lubang hidung yang lain.
8. Bilas alat penetes dengan air mendidih.
b) Semprot Hidung :
1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala.
3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas dengan
cepat melalui mulut.
4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua paha.
5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air masuk
ke dalam botol) dan keringkan dengan tissue bersih setelah digunakan.
6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
3. Sediaan Tetes Telinga
Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes telinga atau
pipet terkena permukaan benda lain (termasuk telinga), untuk mencegah
kontaminasi.
Cara penggunaan :
1. Cuci tangan terlebih dahulu
2. Hangatkan tetes telinga dengan cara digenggam dalam telapak tangan atau
ketiak untuk beberapa menit. Jangan menggunakan aliran air panas dari
kran, karena suhunya menjadi tidak terkontrol.
3. Kepala dimiringkan ke samping atau berbaring dengan posisi telinga ke
atas.
4. Tarik daun telinga sedemikian rupa sehingga lubang telinga terbuka lebar.
5. Teteskan sesuai dosis yang ditentukan.
6. Tunggu lima menit sebelum meneteskan obat pada telinga lainnya.
7. HANYA jika direkomendasikan untuk menutup telinga, gunakan kapas
untuk menutup saluran lubang telinga setelah meneteskan obat.
8. Obat tetes telinga seharusnya tidak menyebabkan rasa terbakar atau
menyengat lebih dari beberapa menit.
4. Krim, salep, dan gel vagina
Cara Penggunaan :
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Buka tutup tube yang berisi obat.
3. Pasang aplikator pada tube.
4. Tekan tube sampai diperoleh sejumlah yang dibutuhkan dalam aplikator.
5. Cabut aplikator dari tube, tahan silindernya.
6. Oleskan sedikit krim pada bagian luar aplikator.
7. Berbaring telentang, tekuk lutut sedikit dan lebarkan paha (lihat gambar).
8. Sisipkan secara pelan-pelan aplikator ke bagian depan vagina sedalam
mungkin, tanpa menggunakan kekuatan.
9. Pegang silinder dengan tangan lain.
10. Pegang silinder dan dengan tangan lain dorong aplikator untuk
memasukkan obat ke dalam vagina.
11. Keluarkan aplikator dari vagina.
12. Buang aplikator jika merupakan alat sekali pakai atau cuci bersih
seluruhnya dengan air mendidih jika bukan merupakan alat sekali pakai.
13. Cuci tangan.
5. Suppositoria
Cara Penggunaan :
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak).
3. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi
masih dalam kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang
di bawah aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari
kemasannya.
4. Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan dihangatkan dalam
tangan.
5. Lembabkan supositoria dengan air dingin.
6. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan
dan angkat lutut.
7. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
8. Tetap berbaring selama beberapa menit.
9. Cuci tangan.
10. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.
6. AEROSOL
Cara Penggunaan :
1. Batuk dan keluarkan dahak sebanyak mungkin.
2. Kocok aerosol sebelum digunakan.
3. Pegang aerosol sesuai petunjuk pada instruksi (biasanya dibalik).
4. Tangkupkan bibir pada mulut sediaan.
5. Condongkan kepala ke belakang sedikit.
6. Keluarkan nafas pelan-pelan, kosongkan udara sebanyak mungkin dari
paru-paru.
7. Tarik nafas dalam-dalam dan semprotkan aerosol, jaga agar lidah tetap
dibawah.
8. Tahan nafas selama sepuluh sampai lima belas detik.
9. Keluarkan nafas melalui hidung.
10. Berkumur dengan air hangat.

Referensi :
Dirjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan
Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Depkes RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai