Anda di halaman 1dari 4

BAB X

PEMBAHASAN UMUM

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan praktikan mencoba


memaparkan pembahasan yang kira-kira dapat mencakup semua materi praktikum
yang telah diberikan.
Analisa fluida reservoir merupakan suatu tahap permulaan dalam pekerjaan
perminyakan dimana sampel yang digunakan adalah minyak mentah (crude oil)
yang nantinya akan diuji terlebih dahulu dalam laboratorium untuk mengetahui
sifat fisiknya.
Salah satunya adalah dalam percobaan Penentuan Kandungan Air Dengan
Menggunakan Dean & Stark Method yang bertujuan unutk menentukan
persentase kandungan air yang terdapat dalam crude oil. Kualitas minyak yang
baik mengandung air <0,5 % menurut PT.Pertamina. Karena kita mengetahui
bahwa crude oil yang di dapat tidak 100 % semuanya minyak tetapi juga terdapat
air. Prinsip kerjanya adalah dengan proses kondensasi dan juga destilasi, dimana
memanaskan campuran minyak dengan cairan kerosin kemudian air yang
terkandung dalam sampel akan teruapkan dan tertampung dalam water trap
sehingga didapat persentase kandungan airnya. Dari hasil percobaan ini diperoleh
kandungan air dalam sampel minyak sebesar 6,8 % maka dapat disimpulkan
kualitas sampel minyak sangat buruk karena melebihi batas yang dapat di
toleransi.
Penentuan Kandungan Air Dan Endapan (BS & W) Dengan Centrifuge
Tabung Besar dan Tabung Kecil. Crude oil selain mengandung air juga
mengandung endapan padatan yang biasanya terdiri dari pasir dan serpih.
Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan minyak, air dan juga endapan dengan
menggunakan metode sentrifugal yaitu proses memutar dengan kecepatan yang
sudah ditentukan. Dan juga pengaruh gaya gravitasi sehingga fasa fluida
terpisahkan berdasarkan berat jenisnya. Dari hasil percobaan diperoleh harga BS
& W pada centrifuge tabung besar sebesar 0,5% dan 0,7%.Sedangkan harga BS &
W pada centrifuge tabung kecil sebesar 0,4% dan 0%.

135
136

Penentuan Specific Gravity. Specific Gravity adalah perbandingan antara


densitas fluida dengan densitas standar yang dilakukan pada kondisi standar yaitu
pada temperature 60 ○F dan tekanan 14,7 psi. Tetapi hal ini tidak dapat dilakukan
dalam laboratorium karena tidak memiliki kondisi yang standar. Sehingga data-
data yang sudah diperoleh dilakukan koreksi denga tabel koreksi, sehingga di
dapat harga yang sebenarnya. Dengan mengetahui SG kita juga dapat menentukan
besarnya ○API dan di dapat hubungan bahwa semakin tinggi harga SG maka
semakin kecil ○API, begitu juga sebaliknya. Dari hasil percobaan didapat Skala
SG yaitu 0,8765 untuk sampel A dan 0,0907 untuk sampel B. Harga SG
berbanding terbalik dengan oAPI sebab semakin besar SG maka oAPI akan
semakin kecil dan semakin kecil SG maka oAPI akan semakin besar. Menurut
klasifikasi harga oAPI dan berat jenisnya, harga SG yang kecil dan oAPI yang
besar merupakan golongan minyak ringan.
Penentuan Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Tag Closed Tester. Pada
percobaan ini, pemanasan sampel pada suhu tertentu dimaksudkan agar
pembakaran sampel menghasilkan uap yang bila terkena api dan terjadi percikan
api untuk yang pertama kali dan hanya sesaat disebut sebagai titik nyala (flash
point). Kemudian pembakaran dilanjutkan pada suhu tertentu dan ketika nyala api
terjadi kembali tetapi dalam waktu yang lama (kira-kira lima detik) disebut
dengan titik bakar (fire point). Dari hasil percobaan dengan menggunakan sampel
A didapatkan titik nyala 50oC / 122oF dan titik bakar 60oC / 140oF, sedangkan
pada sampel B didapatkan titik nyala 50oC / 122oF dan titik bakar 62oC / 143,6oF.
Penentuan Titik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang. Dalam percobaan ini
kita hanya menentukan temperaturnya saja. Untuk menentukan temperatur dalam
kondisi ini, sampel minyak didinginkan hingga kondisi tertentu. Pertama sampel
akan menunjukkan kondisi titik kabut yang ditandai dengan lapisan paraffin tipis
dipermukaan sampel. Beberapa derajat temperatur turun menjadi titik beku
dimana sampel bisa mengalir lagi. Sedangkan untuk menentukan titik tuang
sampel, sampel dibiarkan pada kondisi suhu ruangan sehingga temperaturnya naik
dan minyak mulai mengalir. Pada percobaan yang dilakukan diperoleh untuk
sampel A titik kabut = 19oC (66,2oF), titik tuang = 11oC (51,8oF) dan titik beku =
137

10oC (50oF), sedangkan untuk sampel B titik kabut = 20oC (68oF), titik tuang =
19oC (66,2oF) dan titik beku = 16oC (60,8oF).
Penentuan vapuor pressure dapat diukur dengan cara memanaskan sampel
minyak dalam cup yang dihubungkan dengan chamber dan pressure gauge.
Karena pemanasan maka molekul cairan akan menguap dan semakin lama
tekanan uap yang dihasilkan semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
temperature berbanding lurus dengan tekanan uap. Dalam percobaan kali ini,
didapatkan nilai tekanan uap pada temperatur 40 °C , 50 °C, 55°C , 60oC Sampel
A pada suhu 40oC = 0,28 psig, 50oC = 0,35 psig, 55oC = 0,41 psig, 60oC = 0,6
psig dan pada Sampel B suhu 40oC = 0 psig, 50oC = 0,2 psig, 55oC = 0,3 psig,
60oC = 0,43 psig. Semakin tinggi tekanan uap, maka akan .semakin rendah
viskositasnya, dan juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan crude oil yang
mempunyai viskositas rendah lebih banyak mengandung senyawa hidrokarbon
dan ikatan rantainya lebih pendek sehingga lebih mudah untuk menguap.
Penentuan viskositas kinematik secara coba-coba (Tentative Method). Pada
percobaan ini kita harus mempertahankan suhu agar tetap konstan seperti yang
diinginkan yaitu dimana sampel dimasukkan dalam bath dengan maksud untuk
pengkondisian temperatur. Alat yang digunakan adalah rangkaian viscometer
dengan metode Basic Calibration yaitu mengukur waktu yang diperlukan
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh cairan itu sendiri. Viskositas kinematik yang diperoleh dari hasil
percobaan pada sampel A = 0,030975 Stokes sampel B = 0,037714 Stokes. Mutu
dari minyak bumi bergantung pada specific gravity-nya yang sangat berpengaruh
terhadap nilai viskositasnya, dimana fraksi ringan yang terkandung dalam minyak
mentah lebih banyak dari fraksi beratnya atau semakin ringan minyak bumi yang
akan kita produksikan maka semakin kecil harga viskositas minyak tersebut,
sehingga semakin mudah minyak tersebut untuk mengalir. Hal ini akan sangat
menguntungkan karena akan membuat harga jual minyak yang kita dapatkan
tersebut semakin mahal. Karena minyak yang di harapkan dapat mudah mengalir.
Analisa kimiawi air formasi. Air formasi yang ikut terproduksi akan
ditentukan kadar pH dan beberapa unsur kimia atau ion-ion dilakukan segera
138

setelah contoh air formasi didapatkan, karena tidak stabil dan mudah bereaksi. Air
formasi dianalisa dan hasilnya di plot menjadi grafik. Metode yang umum
digunakan adalah Diagram Stiff. Jika harganya nol maka air dalam keadaan
setimbang. Sedangkan jika harga bernilai positif maka air cenderung membentuk
endapan (scale) dan jika bernilai negative maka air cenderung bersifat terlarut.
Secara garis besar, penelitian air formasi ini akan dapat memberikan informasi
mengenai seberapa banyak kadar unsur dan ion yang terkandung dalam air
formasi tersebut, sehingga dapat digunakan untuk mengantisipasi dampak berupa
kerusakan terhadap pipa pemboran maupun alat – alat produksi lainnya akibat
adanya scale dan korosi . Dari percobaan diperoleh hasil : ∑ anion = 1131,893 dan
∑ kation = 92,34, dan indeks stabilitas (SI) CaCo3 0oC = -0,62, 20oC = -0,38, 40oC
= 0,06, 60oC = 0,66, 80oC = 1,34, 100oC = 2,12. Dari diagram stiff didapat untuk
konsentrasi anion OH- = 0 Me/L, HCO3- = 2,82 Me/L, CO3- = 1,34 Me/L, SO4- =
0,973 Me/L dan CL- = 1126,79 Me/L, sedangkan untuk konsentrasi kation Ba2+ =
0 Me/L, Fe2+ = 83,34 Me/L, Mg2+ = 0 dan Ca2+ = 9. Maka dapat ditarik
kesimpulan adanya kandungan scale CaCO3 (karbonat) yang cukup besar, scale Fe
(besi) yang cukup besar dan scale SO4 tidak terlalu besar dalam kata lain
didominasi oleh scale CaCO3 (karbonat) dan scale Fe (besi). Dari perhitungan
index stabilitas (SI) CaCO3 vs temperatur kita dapat menentukan apakah pada
suhu tertentu bernilai positif (+) yang dapat menyebabkan terbentuknya scale atau
negatif (-) yang dapat mnyebabkan terbentuknya korosi. Dan dari percobaan
didapat indeks stabilitas (SI) CaCo3 0oC = -0,62, 20oC = -0,38, 40oC = 0,06, 60oC
= 0,66, 80oC = 1,34, 100oC = 2,12, yang artinya pada suhu 0oC, 20oC akan
terbentuk korosi dan pada suhu 40oC, 60oC, 80oC, 100oC akan terbentuk scale.
Setelah kita mengetahui index stabilitas (SI) selanjutnya yaitu perbandingan
korosifitas dengan Ph (tekanan hidrostatis) yang dimana pada Ph < 7 atau Ph ≥ 13
maka laju korosinya tinggi sedangkan pada Ph > 7 atau Ph ≤ 13 maka laju
korosinya rendah.

Anda mungkin juga menyukai