PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Seminar Usulan Proposal
Disusun Oleh
Tista Fauziah
20160110047
BIDANG ILMU
Bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebahasaan
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah fungsi bahasa yang terdapat pada tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers
Club?
2. Bagaimana jenis tindak bahasa yang terdapat pada tuturan pembawa acara Indonesia
Lawyers Club?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan fungsi bahasa yang terdapat pada tuturan pembawa acara
Indonesia Lawyers Club
2. Untuk mendeskripsikan jenis tindak bahasa yang terdapat pada tuturan pembawa
acara Indonesia Lawyers Club
MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini untuk mengembangkan ilmu kebahasaan yang telah
dipelajari selama perkuliahan khususnya ilmu pragmatik.
2. Secara Praktis
Bagi peneliti menjadi pengetahuan yang berharga dan bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini mempunyai manfaat untuk melengkapi penelitian sebelumnya tentang
pragmatik, melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang kekhasan tuturan
diskusi dalam acara Indonesia Lawyers Club di stasiun televisi TV One. Kekhasan
tersebut terlihat dalam tuturan-tuturan yang terjadi antara peserta dengan Karni Ilyas
sebagai pembawa acara.
ANGGAPAN DASAR
Adapun anggapan dasar dalam analisis fungsi dan jenis tindak bahasa pada tuturan
pembawa acara Indonesia Lawyers Club diantaranya:
1. Dalam setiap tuturan pembawa acara tersirat makna yang berbeda sesuai dengan
keinginan si penutur
2. Bahasa dalam tuturan pembawa acara dapat mempengaruhi si pendengarnya atau
lawan tuturnya.
3. Setiap tuturan memiliki makna yang tersirat dan memiliki jenis makna yang berbeda.
4. Setiap tuturan pembawa acara mendapat respon yang berbeda karena dipengaruhi
oleh bentuk penyajian dan bahasa yang digunakan oleh pembawa acara itu sendiri.
5. Indonesia Lawyers Club mampu menginspirasi masyarakat dari berbagai peristiwa
atau persoalan yang terjadi di Indonesia, dari persoalan politik, sosial, ekonomi,
budaya, militer, hukum, maupun kriminalitas.
DEFINISI OPERASIONAL
Adapun definisi operasional dari rumusan masalah diatas sebagai berikut:
1. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa dalam penelitian ini yaitu fungsi bahasa berdasarkan klasifikasi Abdul
Chaer yang terdiri atas fungsi bahasa personal, interpersonal, direktif, referensial,
imajinatif pada tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers Club.
a. Fungsi Personal
Fungsi personal dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk
membina dan menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial dengan
orang lain, hubungan ini membuat hidup dengan orang lain baik dan
menyenangkan termasuk dalam kategori ini misalnya rasa simpati, rasa
senang atas keberhasilan orang lain, kekhawatiran dan sebagainya yang
dinyatakan dalam tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers Club.
b. Fungsi Interpersonal
Fungsi interpersonal dalam penelitian ini adalah kemampuan pembicara
misalnya: cinta, kesenangan, atau berbicara tentang lingkungan kata yang
terdekat dan juga mengenai bahasa itu sendiri yang terdapat dalam
tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers
c. Fungsi Direktif
Fungsi direktif dalam penelitian ini adalah kemampuan kita unjtuk
mengajukan permintaan, saran, membujuk, meyakinkan dan sebagainya
yang terdapat dalam tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers Club
d. Fungsi Referensial
Fungsi referensial dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan
kemampuan untuk menulis atau berbicara tentang lingkungan kita yang
terdekat dan juga mengenai bahasa itu sendiri yang terdapat dalam
tuturan pembawa acra Indonesia Lawyers Club.
e. Fungsi Imajinatif
Fungsi imajinatif dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk dapat
menyusun nama, sajak, cerita tertulis maupun lisan. Fungsi ini sulit
diajarkan kecuali kalau seseorang itu memang berbakat untuk hal-hal
semacamnya yang terdapat dalam tuturan pembawa acara Indonesia
Lawyers Club.
2. Jenis Tindak Bahasa
Jenis tindak bahasa dalam penelitian ini yaitu jenis tindak bahasa berdasarkan
klasifikasi Searle yang terdiri atas tindak bahasaasertif, direktif, komisif, ekspresif,
deklaratif pada tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers Club seperti: jenis tindak
bahasa asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklaratif.
a. Jenis Tindak Bahasa Direktif dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi
direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan
penyimak misalnya memesan, memerintahkan, memohon, meminta,
menyarankan, mengajarkan, dan menasihatkan yang terdapat dalam
tuturan pembawa acara Indonesia Lawyers Club.
b. Jenis Tindak Bahasa Ekspresif dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi
ekspresif yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan,
mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis pembicara
menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi,
misalnya mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, memaafkan,
mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan
sebagainya yang terdapat dalam tuturan pembawa acara Indonesia
Lawyers Club.
c. Jenis Tindak Tutur Komisif dalam penelitian ini adalah tindak ilokusi
komisif yang melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan
dating misalnya, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan
memanjatkan doa yang terdapat dalam tuturan pembawa acara Indonesia
Lawyers Club.
5. TV One
Dalam penelitian ini yang dimaksud TV One adalah salah satu stasiun televisi swasta
yang menayangkan acara talk show Indonesia Lawyers Club.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahasa
2.1.1 Hakikat Bahasa
Dalam kehidupan manusia berbahasa setiap hari untuk saling
berkomunikasi. Bahasa dan berbahasa merupakan dua hal yang berbeda, bahasa
adalah alat verbal yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya. Sedangkan berbahasa yaitu proses dalam penyampaian suatu
informasi ketika manusia melakukat kegiatan komunikasi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ,Bahasa merupakan sistem bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi,
bekerjasama, dan mengidentifikasi diri.
Menurut Abdul Chaer, (2010:11) bahasa adalah sebuah sistem, artinya
bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan
dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga
bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut
suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan
sistemis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal,
melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem
morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.
Setiap bahasa biasanya memiliki sistem yang berbeda dari bahasa
lainnya. Kridalaksana (dalam Ahyadi, 2004:8) bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Maksud dari arbitrer ini
yaitu tidak adanya hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang
diwujudkandalam bentuk kata dengandengan benda atau konsep yang ditandai.
Melihat pada bagian pertama yang diungkapkan oleh Kridalaksana yaitu bahasa
adalah system, berarti bahasa itu bersifat sistematis. Menurut Ahyadi (2004:9)
dengan sistematis artinya bahasa itu sendiri tersusun menurut suatu pola, tidak
tersusun secara acak, secara sembarangan.
Dalam hal tersebut memang benar, jika tidak tersusun pada suatu pola
maka dampaknya secara otomatis si pendengar tidak akan memahami apa yang
dimaksud oleh penutur. Sedangkan menurut Chaer berpendapat bahwa bahasa
sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim
ditambah dengan yang digunakan sekelompok anggota masyarakat untuk
berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dari pengertian
diatas menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan setiap hari dalam berbagai kegiatan untuk
berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
a. Fungsi Personal
Penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Penutur
bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal
ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur ini sedih,
marah atau gembira.
b. Fungsi Interpersonal
Fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan
bersahabat, atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan
biasanya sudah berpola tetap, seperti pada saat berjumpa, pamit,
membicarakan cuaca,atau menanyakan keadaan keluarga.
Contohnya :
Bagaimana kabar keluargamu??
Apakah kamu baik-baik saja??
c. Fungsi Direktif
Mengatur tingkah laku si pendengar. Disini bahasa tidak hanya membuat
si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai
dengan yang dimau si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur
dengan menggunakan kalmia-kalimat yang menyatakan perintah,
himbauan, permintaan, maupun rayuan.
Contohnya:
Sebaiknya anda menelepon dulu.
Harap tenang , sedang ada ujian.
d. Fungsi Referensial
Berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang
ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa
bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan
bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
Contohnya:
Gedung perpustaan itu sedang direnovasi.
Ibu dosen itu cantik sekali.
e. Fungsi Imajinatif
Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan, baik yang sebenarnya maupun yang cuma imajinasi (khayalan,
rekaan) saja. Fungsi imajinatif ini biasanya berupa karya seni (puisi,
cerita, dongeng, lelucon) yang digunakan untuk kesenanganpenutur,
maupun pendengarnya.
Kelima fungsi dasar ini dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa ini mewadahi
konsep bahwa bahasa alat unuk mengucapkan ungkapan-ungkapan batin yang
ingin disampaikan seorang penutur kepada orang lain. Pernyataan senang, benci,
kagum, marah , jengkel , sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa.
2.2 Pragmatik
2.2.1 Pengertian Pragmatik
Berkenaan dengan ilmu tentang makna, maka kajian pragmatik
merupakan ilmu yang mengkaji makna bahasa yang hubungannya dengan
situasi kebahasaan. (George Yule, 20014:3) mengemukakan pengertian
terhadap pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan
oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Sebagai
akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa
yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna
terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Tipe
studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap
apa yang dikatakan.
Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur
mengatur apa yang ingin mereka katakana yang disesuaikan dengan orang
yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pendekatan
ini juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapoat menyimpulkan
tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna
yang dimkasudkan oleh penutur. Menurut (Tarigan, 2009: 30) pragmatik
menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan
memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka
konteks sosial. Sedangkan menurut (Leech dalam Wijana, 2010: 6) Pragmatik
merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini
walaupun pada kira-kira dua dasa warsa silam ilmu ini jarang atau hampir
tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa.
Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa upaya
menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa
didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu
digunakan dalam komunikasi. Menurut Levinson (dalam Suhartono, 2014:1.3)
dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, beberapa batasan yang
dikemukakan levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian
hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian
bahasa. Dengan batasan ini, berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita
dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian tersebut. Dari
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pragmatik
merupakan antar baahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi pemahaman
bahasa dengan kata lain telaah mengenai kemapuan pemakai bahasa dan
menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.
2.2.2 Ruang Lingkup Pragmatik
Ruang lingkup pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan
bahasa dalam berkomunikasi yang mengehendaki penyesuaian bentuk bahasa
atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-
faktor penentu tindak komunikatif yaitu (1) siapa yang berbahasa dengan
siapa, (2) untuk tujuan apa, (3) dalam situasi apa, (4) dalam konteks apa, (5)
jalur yang mana (lisan atau tulisan), (6) media apa (telepon,surat, tatap muka
dan lain-lain), (7) dalam peristiwa apa( ceramah, bercakap-cakap, atau
upacara).
1. Variasi Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah variasi bahasa
dari suatu wilayah. Setiap bahasa mempunyai variasi. Adanya variasi bahasa
didukung oleh beberapa faktor, yaitu: faktor geografis, faktor sosial
kemasyarakatan, faktor situasi berbahasa, dan faktor waktu. Yang
dioerhatikan dalam pragmatik kaitannya dengan variasi bahasa adalah
bagaimana variasi-variasi bahasa itu ditafsirkan dalam kegiatan berbahasa.
Maka dari itu yang perlu diajarkan melalui pragmatic adalah (i) kapan dan
bagaimana menggunakan variasi bahasa secara tepat, dan (ii) bagaimana
menyelaraskan bentuk-bentuk variasi bahasa dengan faktor sosial
kemasyarakatan dan situasi bahasa dalam kegiatan berbahasa.
2. Deiksis
Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa yunani) untuk salah satu hal
mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis yang berarti ‘penujukan’
melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan
penujukan disebut yngkapan deiksis. Ungkapan-ungkapan deiksis kadang kala
juga disebut indeksikal. Dalam kajian pragmatik ada lima jenis deiksis, yaitu:
(i)deiksis persona, (ii) deiksis tempat, (iii) deiksis waktu, dan(iv)deiksis tata
bahasa
Deiksis persona, dengan jelas menerapkan 3 pembagian dasar yang
dicontohkan dengan kata ganti orang pertama (saya), orang kedua (kamu), dan
orang ketiga (dial k, dia pr, atau dia barang/sesuatu). Yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana menggunakan deiksis persona tersebut dengan tepat.
Dengan kata lain, dalam suatu peristiwa berbahasa pemakai bahasa dituntuk
dapat menggunakan deiksis persona sesuai dengan kaidah sosial dan santun
berbahasa dengan tepat.
Deiksis tempat,menunjuk pada jarak yang telah disebutkan berhubungan erat
dengan deiksis tempat, yaitu tempat hubungan antara orang orang dan
bendanya ditunjukkan. Dalam kaitannya dengan pengajaran pragmatic, yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana menggunakan dan menafsirkan wujud-
wujud deiksis tempat dalam berbahasa secara tepat sesuai konteksnya.
Deiksis waktu,yang menunjukkan waktu yang berkenaan dengan saat penutur
berbicara maupun saat suara penutur sedang didengar yang berdeiksis
misalnya skarang, kemarin, lusa, besok, dan sebagainya .
3. Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan sebagai salah satu aspek dalam kajian pragmatic,
perhatian utamanya adalah mempelajari maksud suatu ucapan sesuai dengan
konteksnya. Dalam suatu dialog (percakapan), sering terjadi seorang penutur
tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan
justru disembunyikan diucapkan secara tidak langsung atau tidak diucapkan
sama sekali berbeda dengan maksud yang diucapkan.
4. Praanggapan
Praanggapan adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian
sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki praanggapan adalah
penutur, bukan kalimat. Sifat praanggapan ini biasanya dijelaskan sebagai
keajegan di bawah penyangkalan. Pada dasarnya, keajegan di bawah
penyangkalan berarti bahwa praanggapan suatu pernyataan akan tetap ajeg
(yakni; tetap benar), walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal.
5. Tindak bahasa
Tindak bahasa adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Semua kalimat
atau ujaran oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu.
Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semata-mata hanya asal
bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah yang menjadi
semangat para penutur untuk menindakkan sesuatu. Misalnya kita sering
mendengar seorang ibu mengatakan kepada salah satu anaknya,
Sari, adik belum makan!
Tuturan itu bukan sekadar pemberitahuan ibu kepada Sari, salah seorang
anaknya bahwa adik Sari belum makan tetapi juga menindakkan seseuatu
yaitu ibu memerintahkan agar Sari member makan atau menyuapi adiknya .
dalam percakapan sehari-hari, hal tersebut banyak terjadi. Umumnya tuturan
semacam itu bisa berjalan lancer karena penutur dan pasangan tuturnya sudah
saling memahami masud tuturan tersebut.
2.3.1 Ilokusi
Tindak ilokusi adalah makna ujar yang dipahami oleh penyimak atau
pembaca. Menurut (Abdul Chaer, 2009:78) mengatakan bahwa tindak ilokusi
adalah makna yang dipahami oleh pendengar atau penyimak. Tarigan dalam
buku pengajaran pragmatik mengatakan bahwa ilokusi adalah melakukan
sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu
(Tarigan, 1986:37). Ilokusi yang merupakan makna tersembunyi dari sebuah
kata atau pernyataan.Searle (dalam Leech, 1993:163-165) mengelompokkan
tindak ilokusi menjadi lima jenis, yaitu (1) representatif, (2) direktif, (3)
komisif, (4) ekspresif, dan (5) deklatif. Di dalam kelima jenis tindak tutur
ilokusi tersebut terkandung maksud penutur. Tindak bahasa Ilokusi
mempunyai ragam fungsi beberapa diantaranya yaitu:
a. Direktif : ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak bahasa ini
meliputi; printah, pemesanan, permohonan, pemberian saran dan
sebagainya. Menurut Targian (1986:47) berpendapat bahwa tindak
ilokusi direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek
melalui tindakan sang penyimak, misalnya memesan,
memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan
dan menasihatkan.
2.4 Wacana
Wacana secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vak
yang berarti “berkata”. Bila dilihat dari jenisnya kata ‘wac’ dalam lingkup
morfologi bahasa sansekerta termasuk kata kerja golongan III yang bersifat
aktif yaitu “melakukan tindakan ujar”. Kata tersebut kemudian mengalami
perubahan menjadi ‘wacana’. Bentuk ‘ana’ yang muncul diakhir menjadi
akhiran yang bermakna membendakan. Jadi kata wacana dapat diartikan
‘perkataan’ atau ‘tuturan’.
Mulyana mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
paling lengkap, lebih tinggi dariklausa dan kalimat, memiliki kohesi dan
koherensi yang baik memiliki awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan,
dan dapat disampaikan secara tulisan maupun lisan (Mulyana, 2005:6).
Dapat isimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap,
yang dalam hierarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan
terbesar.
d. Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifatnya wacana dibedakan menjadi wacana fiksi dan
wacana non fiksi.
Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk danisinya berorientasi pada
imajinasi , bahasa yang digunakan cenderung bermakna konotatif,
analogis. Wacana fiksi ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu wacana
prosa, wacana puisi dan wacana drama.
Wacana non fiksi disebut juga wacana ilmiah. Wacana ini disusun
dengan pola dan cara-cara yang ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Contohnya adalah laporan
penelitian, buku materi perkuliahan dan sebagainya. Bahasa yang
digunakan bersifat denotatif, lugas dan jelas.
e. Berdasarkan isi
Berdasarkan isi wacana dibedakan menjadi tujuh jenis yaitu wacana
politik, wacana ekonomi, wacana hokum, wacana budaya,wacana
militer, dan wacana kriminalitas.
2. Konteks Ujaran
Kata konteks dapat diartikan dengan berbagai cara, misalnya kita
memasukkan aspek-aspek yang ‘sesuai’ atau ‘relevan’ mengenai latar
fisik dan sosial suatu ucapan.
3. Tujuan Ujaran
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi
olehmaksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk
tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan
maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat
diutarakan dengan tuturan dengan tuturan yang sama.
2) Dokumentasi
Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data penelitian
dengan cara mencari situs resmi Indonesia Lawyers Club, setelah
ditemukan maka penulis akan menyalinnya ke komputer pribadi
untuk didokumentasikan agar mempermudah proses pengolahan
data. Secara garis besar dokumentasi adalah penyaimpanan data atau
segala hal yang dibutuhkan.
Tabel
Tabel
JADWAL PENELITIAN
Tahun 2020
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Mencari
masalah
(2019)
Membuat
rumusan
masalah
(2019)
Penyusunan
proposal
Sidang SUP
Pengumpula
n data
Analisis data
Penyusunan
skripsi
Sidang SHP
Sidang
skripsi
PERKIRAAN BIAYA
Ahyadi didi, dan Ahmad Dedi Mutiadi. (2004). Linguistik Umum. Universitas Kuningan.
Astuti, Budi Sri. “Tindak Tutur Dalam Talkshow Hitam Putih Di Trans 7”. EDU-KATA, Vol. 3,
No. 2, Agustus 2016.
Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer Abdul, Leoni Agustina. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Fitriah, Farrah. “AnalisisTindak Tutur dalam Novel Marwah di Ujung Bara Karya R.H Fitriadi”
Master Bahasa Vol. 5 No. 1; Januari 2017:51−62.
Leech,Geoffray. (2015). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulyana. (2005). Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi PrinsipPrinsip Analisis Wacana
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nababan. (2011). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Siddiq Mohammad. “Tindak Tutur Dan Pemerolehan Pragmatik”. Jurnal KredoVol. 2 No. 2
April 2019.
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: IKAPI.
Suhartono, Yuniseffendi. (2014). Pragmatik. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Yule, George. (2006). Pragmatik. Diterjemahkan oleh: Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.