Anda di halaman 1dari 8

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara hukum. Dimana rakyat Indonesia tentunya harus taat pada
peraturan yang ada di Indonesia. Namun, semakin kedepan makin banyak tindakan-
tindakan rakyat yang menyimpang terhadap norma-norma yang ada di Indonesia. Hal ini
terjadi karena rakyat Indonesia tidak bercermin pada nilai-nilai Pancasila. Sebagian besar
rakyat Indonesia hanya sekedar mengetahui apa itu Pancasila namun tidak mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dengan baik. Pancasila masih sangat perlu di amalkan penghayatannya
dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pancasila merupakan sumber dari segala peraturan
yang ada di Indonesia. Pancasila bukan sekedar symbol persatuan dan kebanggaan bangsa,
tetapi, Pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Oleh karena itu, setiap warga
masyarakat wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Mengamalkan nilai-nilai Pancasila tidaklah melihat latar belakang pendidikannya karena
sesungguhnya penanaman dan impelementasi nilai-nilai pancasila dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat, baik masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan yang rendah
maupun latar belakang yang tinggi. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan
kesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era
globalisasi, Negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.
Sebagai dasar negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi
tantangan global dunia yang terus berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Tantangan yang dihadapi Pancasila di era globalisasi ini ?
2. Bagaimana cara Indonesia mampu menghadapi tantangan global dunia yang terus
berkembang ?
3. Bagaimana peran masyarakat Indonesia kaitannya dalam eksistensi Pancasila dalam
menghadapi tantangan di era globalisasi ini ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja tantangan pancasila di era globalisasi ini.
2. Untuk mengetahui bagaimana Indonesia mampu mengahadapi tantangan global dunia
yang terus berkembang.
3. Untuk mengetahui peran masyarakat kaitannya dalam eksistensi pancasila dalam
menghadapi tantangan di era globalisasi ini.

2
Bab II

Pembahasan

2.1 Tantangan Pancasila di Era Globalisasi

Pancasila dalam era globalisasi ini harus dijadikan landasan berpijak bagi
kehidupan bangsa Indonesia. Globalisasi merupakan suatu proses atau bentuk di mana
kelompok masyarakat dari seluruh penjuru dunia saling mengenal, bekerja sama,
berinteraksi sebagai masyarakat baru dan menciptakan suasana baru.

Tantangan dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis dan bentuk-nya
sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek globalisasi. Globalisasi
menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di segala jenis kehidupan dimana
batasan-batasan antar negara menjadi pudar dikarenakan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Setiap warga negara akan semakin mudah dan
bebas untuk mengakses berbagai jenis informasi dari berbagai belahan dunia manapun
dalam waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima
oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh,
beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu konflik
horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistim
kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana
keuntungan merupakan tujuan utama, paham komunisme, liberalisme,
terorisme, chauvinisme, dan sebagainya.
Jika Pancasila menentang kolonialisme, imperialism, dan kapitalisme tidaklah
mengherankan kalau ia bertentangan dengan globalisme, yang tidak lain daripada
kapitalisme lanjut model Amerika yang sedang berusaha menguasai dunia dalam aspek
ekonomi. Neokapitalisme ini bersifat global dan sebagian besar negara sedikit banyak
dikuasai, tetapi secara terpisah-pisah.
Globalisai bertentangan dengan sila ke-1 karena ia membangkitkan materialism
yang menentang spiritualitas dan bangkitnya semangat eksploitatif mondial yang
menggerus moral dan etika. Pada globalisasi hormat terhadap nyawa dan manusia
berkurang dengan drastis demi pengejaran kesenangan duniawi dan kebahagiaan semu.

3
Globalisasi bertentangan dengan sila ke-2. Dengan globalisasi kemanusiaan dan
perikemanusiaan diganti oleh teknologi dan efisiensi, manusia menjadi suku mesin-
industri (teknologisasi) dan dapat dibuang setiap waktu karena tidak diperlukan lagi.
Pada arus globalisasi, hak-hak manusia dan etika dilanggar jika bertentangan dengan
usaha mencari laba dan kekuasaan. Globalisasi juga bertentangan dengan sila ke-3,
karena hilangnya porositas batas bangsa-bangsa oleh arus bebas fakor-faktor produksi,
pelenyapan tariff, tak terkendalinya arus lintas-batas informasi dan nila-nilai.
Demikian halnya dengan sila ke-4 Pancasila yang juga bertentangan karena
globalisme menaikkan per-kapita nasional, tetapi menambah pula presentase orang
miskin. Globalisme menghalangi kecerdasan dan kesehatan rakyat dengan bertambah
mahalnya komoditas ilmu pengetahuan dan kesehatan. Tidak hanya sampai di situ Sila
ke-5 Pancasila juga bertentangan dengan globalisme, karena keadilan komutatif,
distributif, dan legal diperjualbelikan; konsumen tidak berhubungan langsung dengan
produsen; dan system legal dibuat demi keuntungan modal;dan eksploitasi lingkungan
dapat mengancam keadilan nasional, regional, internasional maupun intergenerasinal,
karena hutang dan pajak lingkungan tidak dibayar
Akibat globalisme, lingkungan kultural dan natural akan berubah seiring
berjalannya waktu. Pancasila akan berubah pula dan demikian pula penafsiran dan
prakteknya.
2.2 Cara Menghadapi Tantangan Pancasila di Era Globalisasi

Hal ini dapat dilakukan dengan menyadarkan kembali reaktualisasi nilai-nilai


tersebut dalam konteks peri kehidupan sehari-hari Bangsa Indonesia. Tetap berpegang
teguh pada nilai-nilai pancasila, dan penanaman kembali ide tentang Pancasila sebagai
dasar negara sejak dini.
Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi sudah merupakan
tanggung jawab kita bersama, membantu mengatasi Pancasila dalam menghadapi
tantangannya dalam era global saat ini. Walaupun banyak tantangan dalam
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila telah membuktikan bahwa
Pancasila bukan merupakan milik golongan tertentu atau representasi dari suku
tertentu. Pancasila itu netral dan akan hidup di segala zaman seperti yang telah di lewati
di tahun-tahun sebelumnya.

4
2.3 Peran Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Pancasila di Era
Globalisasi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tantangan di era globalisasi yang bisa


mengancam eksistensi kepribadian bangsa dan kini, mau tak mau, suka tak suka, bangsa
Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Peta percaturan politik dunia telah
menempatkan dominasi dunia Barat (baca Eropa) dan Amerika sebagai “pemegang
saham” terbesar berbagai bidang baik ekonomi, politik, ideologi, budaya di
planet bumi. Akibatnya nilai karakter lokal suatu bangsa akan tergerus dan semakin
terkikis di tanah airnya sendiri. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia
tak mesti kehilangan jatidiri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat
yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,
tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya
sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-
nilai luhur Pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas
antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri.
Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,
Islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme.
Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk
kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah
kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain
seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan
politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan
pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat
dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan
bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti
dunia luar—tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep
pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri.
Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa
Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan
ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari
kebudayaan bangsa lain.

5
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu
menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi
merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari
persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka
nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma,
persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa
Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri
sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap
bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-
nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai
usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang
mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia menganut faham
demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah
dan mufakat.
Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana
saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian
bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan
hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut
. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi
dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta
menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu,
dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa
begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa
menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

6
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Globalisasi sebagai ancaman eksternal nasionalisme. Ancaman di suatu negara


adalah ancaman yang mengarah pada situasi ekonomi, sosial, politik dalam negeri. Era
globalisasi sebagai tantangan dan sekaligus sebagai peluang yang harus kita raih di
dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa Indonesia tidak boleh tercabut dari
akarnya budaya yakni Pancasila. Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila
sebagai dasar negara, jenis dan bentuk-nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks
dikarenakan efek globalisasi. Sebagai masyarakat yang dimana tingkah lakunya
berpedoman pada nilai-nilai pancasila sepatutnya dapat membatasi hal-hal yang terkait
penyimpangan pada nilai-nilai pancasila.

7
Daftar Pustaka

Nurrullah, Rezel. 2016. Makalah Pancasila Dalam Paradigma Global.


http://rezelnurullah.blogspot.co.id/2012/06/makalah-pancasila-dalam-paradigma.html,
diakses 18 Desember 2017 pukul 20.00 WITA

Larasati, Dyah. 2016. Tugas Pancasila. http://dyhlarasati.blogspot.co.id/2016/12/tugas-


pancasila-tantangan-dalam-era.html diakses pada 18 Desember 2017 pukul 20.40 WITA

Sulistyanto. 2015. Tantangan Pancasila. http://eksepsionline.com/2017/08/27/tantangan-


pancasila-di-era-globalisasi/ diakses pada 19 Desember 2017 pukul 19.30 WITA

Anda mungkin juga menyukai