Anda di halaman 1dari 11

1.

Perekonomian Indonesia sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri

Perekonomian Indonesia berkaitan dengan keseluruhan proses politik, budaya


dan ekonomi yang diperlukan untuk mempengaruhi transformasi struktural dan
kelembagaan yang cepat dari seluruh masyarakat demi menghasilkan rentetan
kemajuan ekonomi yang benar-benar bermanfaat dengan melalui proses yang efisien
bagi sebagian besar penduduk. Lain halnya dengan kenyataan tersebut, tidak seperti
ilmu ekonomi pada umumnya, perekonomian Indonesia dan ekonomi pembangunan
pada umumnya menganggap penting mekanisme yang membuat keluarga, daerah, dan
seluruh bangsa terperangkap dalam kemiskinan, dan juga strategi yang paling efektif
untuk dapat melepaskan diri dari perangkap tersebut.
Ilmu perekonomian Indonesia merupakan satu disiplin ilmu yang terpisah yang
penuh dengan terobosan, penuh dengan berbagai penemuan data dan teori yang baru.
Teori-teori dan statistic ini kadang-kadang mendukung, tetapi kadang-kadang
menentang cara pandang tradisional mengenai dunia. Namun tetap tujuan akhir dari
mata kuliah perekonomian Indonesia yakni untuk memungkinkan kita lebih memahami
perekonomian kita guna memudahkan upaya perbaikan standar hidup masyarat
Indonesia.
Secara singkat perekonomian Indonesia adalah ekonomi pembangunan khusus
untuk wilayah Indonesia yang mempunyai cakupan lebih luas dari ilmu ekonomi
tradisional dan politik.
2. Periodisasi Perekonomian Indonesia
Setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami perubahan era pemerintahan.
Setiap era pemerintahan memiliki periodisasi perekonomian yang berbeda-beda.
Perbedaan periodisasi perekonomian ini terjadi karena pengaruh beberapa bentuk
sistem perekonomian yang berlaku di dunia. Masa kepemimpinan juga ikut
memberikan pengaruh terhadap periodisasi perekonomian di Indonesia setelah
kemerdekaan. Periodisasi dalam perekonomian Indonesia dibagi menjadi empat
periode, yakni :
1) Perekonomian Indonesia pada masa penjajahan Belanda
Periode ini dimulai sejak VOC (satu perusahaan swasta besar Belanda) mulai
masuk Indonesia sampai diproklamasikannya Republik Indonesia oleh Sukarno-
Hatta pada 17Agustus 1945. Jadi periode yang dicakupnya adalah 1602-1945
(sekitar tiga ratus lima puluh tahun). Perekonomian pada masa ini tidak banyak

1
berebeda dengan perekonomian sebelumnya, perekonomian Kerajaan Sriwijaya.
Pada umumnya pada waktu itu, satu perekonomian yang didominasi oleh sektor
pertanian.
Orientasi sektor perkebunan pada waktu itu adalah untuk dijual di pasar
eropa sebagai bahan mentah untuk industri. Uang yang beredar adalah uang negeri
penjajah Belanda (Golden). Artinya bank swasta diberikan izin dan kewenangan
untuk mengatur sistem keuangan daerah jajahan Belanda sebagai bank sentral.
Pengaturan sistem devisanya juga mengikuti sistem yang berlaku di Belanda dan di
negara Eropa Barat lainnya., yakni atas kekuatan permintaan dan penawaran akan
mata uang asing. Secara singkat, sistem ekonomi secara keseluruhan sangat mirip
dengan sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara Eropa Barat, yakni sistem
pasar dengan campur tangan pemerintah yang sangat minimal.

2) Perekonomian Indonesia pada masa orde lama


a. Pemerintahan.
Setelah proklamasi, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, ekonomi
nasional boleh dikatakan mengalami stagflasi artinya stagnasi produksi atau
kegiatan produksi terhenti dengan tingkat inflasi yang tinggi. Defisit saldo
Neraca Pembayaran dan defisit keuangan pemerintah sangat besar, kegiatan
produksi di sektor pertanian dan sektor industri manufaktur praktis terhenti,
tingkat inflasi sangat tinggi, sehingga mencapai lebih dari 500 persen setahun
menjelang akhir periode lama. Semua ini disebabkan oleh karena berbagai
macam faktor yaitu pendudukan Jepang, Perang Dunia II, perang revolusi dan
manajemen ekonomi makro yang jelek.
Dari tahun 1949 hingga 1956 pemerintah Indonesia menerapkan satu
sistem yang disebut demokrasi liberal, setelah itu terjadi transisi ke sistem
politik demokrasi terpimpin yang berlangsung dari tahun 1957 hingga 1965.
Indonesia juga pernah mengalami sistem politik yang sangat demokratis yakni
pada periode 1949 – 1956 yang menyebabkan kehancuran politik dan
perekonomian nasional. Selama periode 1950an struktur ekonomi Indonesia
masih peninggalan jaman kolonial.
b. Perekonomian.
Perekonomian Indonesia pada waktu itu bisa dikatakan sebagai ekonomi
perang. Pada awal periode tersebut dapat dibayangkan masih terjadi perang

2
antara kaum revolusioner Indonesia dengan pemerintah Belanda yang pada
waktu itu dibantu oleh Inggris dan Australia. Perang tersebut dikenal dengan aksi
polisionil pertama dan kedua yakni kaum penjajah Belanda dibantu oleh Inggris
melancarkan perang mengembalikan daerah jajahannya, sampai akhirnya terjadi
penyerahan Kedaulatan Rakyat pada tahun 1949. Terjadi banyak pertentangan
politik, satu kelompok menginginkan negara kesatuan sedangkan sedangkan
kelompok lain menghendaki negara federasi dan kelompok lainnya lagi
menginginkan negara agama. Negara federasi dapat berkembang namun tidak
lama, sekitar tahun 1950an dengan UUD 1950.
Sementara keadaan politik yang demikian membuat keadaan
perekonomian pada saat itu tidak mendapat cukup perhatian pemerintah.
Dimulai dengan situasi politik sekitar 1950, saat di mana keuangan Indonesia
semakin memburuk, inflasi yang sangat tinggi dan dilaksanakanlah kebijakan
moneter yang sangat drastis yakni sinering, pengguntingan uang rupiah, setengah
lembar diganti dengan uang baru dan dikembalikan dengan pemiliknya,
setengahnya lagi ditukar dengan obligasi Negara. Setelah dilakukannya sinering
keadaan perekonomian Indonesia bukannya bertambah baik, harga-harga terus
mengalami kenaikan seirama dengan keadaan politik di dalam maupun luar
negeri. Peraturan politik Luar Negeri (anti neokolonialisme dan liberalisme)
telah menggiring NKRI untik mengalihkan hubungan baiknya dengan Negara-
negara sosialis Eropa timur, Rusia dan Tiongkok (blok sosialis). Pada akhir
periode pimpinan Bung Karno (1965) sekali lagi dilaksanakan kebijakan
moneter yang sangat drastis yakni menukar uang lama menjadi uang baru dengan
perbandingan Rp1000 uang lama diganti dengan Rp1uang baru.
3) Perekonomian Indonesia pada masa orde baru
a. Pemerintahan
Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan
Orde baru. Berbeda dengan pemerintahan Orde Lama dalam era orde baru ini
perhatian pemerintah lebih ditujukan kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial. Pemerintah orde baru
menjalin kembali hubungan dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideologi
komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional (IMF).

3
Krisis politik tersebut diawali dengan penembakan oleh tentara terhadap
empat orang mahasiswa Trisakti, tepatnya tanggal 13 Mei 1998, yang dikenal
dengan sebutan Tragedi Trisakti. Kemudian pada tanggal 14 dan 15 Mei 1998
kota Jakarta dilanda satu kerusuhan yang juga dapat dikatakan paling besar dan
paling sadis yang pernah dialami Indonesia. Menjelang akhir bulan Mei 1998,
DPR untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia dikuasai/diduduki oleh
ribuan mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan luar Jakarta.
Puncak dari keberhasilan gerakan mahasiswa tersebut di satu pihak dan dari
krisis politik di pihak lain adalah pada tanggal 21 Mei 1998, yakni Presiden
Suharto mengundurkan diri dan diganti oleh wakilnya B.J. Habibie.
b. Perekonomian
Periode ekonomi ini mulai ketika jatuhnya Orde Lama (masa
pemerintahan Sukarno) pada tahun 1966 sampai jatuhnya pemerintahan Suharto
pada tahun 1998. Jadi masa Orde Baru itu adalah 32 tahun. Dari uraian di atas
jelas bahwa pemerintahan Presiden Sukarno menomorsatukan politik
dibandingkan ekonomi, dan oleh karenanya perekonomian pada masa
kepemimpinannya sangat tidak baik.
Tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah Orde Baru adalah untuk
menstabilkan keadaan politik dan ekonomi. Stabilisasi ekonomi dilaksanakan
dengan kebijakan, antara lain sebagai berikut:
1) Untuk jangka pendek kebutuhan dalam negeri dipenuhi melalui impor
sedangkan untuk jangka panjang kebutuhan akan dipenuhi melalui
pembangunan yang direncanakan setiap lima tahunLiberalisasi perdagangan
Luar Negeri dengan memperkenankan swasta untuk turut aktif dalam
perdagangan luar negeri dan liberalisasi sistem devisa. Sistem devisa diubah
dari sistem di mana devisa secara sepenuhnya dikuasai oleh negara, menjadi
sistem di mana kepemilikan devisa bebas oleh masyarakat dan kurs mata
uang asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Dengan kata lain
sistem devisa diubah dari Exchange Control menjadi Floating Exchange
Rate. Guna mempersiapkan pembangunan ekonomi jangka panjang dan agar
tidak terulang pengalaman pada Pembangunan Semesta Berencana Delapan
Tahun pada akhir Orde Lama, Pemerintahan Orde Baru yakin bahwa kunci
keberhasilan pembangunan adalah tersedianya dana untuk membiayainya.

4
Untuk hal tersebut Pemerintahan Orde Baru melaksanakan, antara lain
sebagai berikut:
1) Di sektor keuangan negara. Pembelanjaan APBN pada masa Orde Lama
selalu memakai sistem anggaran defisit dimana ini berarti bahwa
pengeluaran negara selalu lebih besar daripada penerimaannya. Dalam
keadaan demikian dan karena Pemerintahan Orde Baru tidak
menghendaki anggaran belanja defisit maka dibentuklah apa yang dikenal
dengan IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia) – organisasi
negara-negara maju yang member bantuan kepada Indonesia.
2) Tabungan swasta Asing (sumber pembiayaan luar negeri). Pada umumnya
hal ini biasa dilihat dari beda antara ekspor dan impor dan sumber lain.
Warisan Orde Lama dalam hal ini juga sangat tidak menjanjikan dan oleh
karena itu untuk memobilisasi dana luar negeri diundangkanlah UU
Penanaman Modal Asing (UU PMA), yang pada waktu itu mengharuskan
investor asing mempunyai partner pengusaha dalam negeri atau bentuk
usahanya adalah Joint Venture.
3) Tabungan domestik swasta. Tabungan ini berasal dari masyarakat umum
dan perusahaan, yang jumlahnya pada saat itu hanya Rp1 per orang,
jumlah yang sangat kecil dan tidak cukup untuk pembiayaan
pembangunan. Untuk mengatasi hal ini diundangkanlah UUPMDN
(undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri)

Dengan persiapan-persiapan tersebut diatas dan persiapan lainnya maka


disusunlah pembangunan ekonomi bertahap melalui melalui Rencana Pembangunan
Lima Tahunan (Repelita). Dengan persiapan-persiapan pelaksanaannya dimulai pada
tahun 1969. Repelita I : 1969-1974, Repelita II : 1974-1979, Repelita III : 1979-1984,
Repelita IV : 1984-1989, dan seterusnya. Pada Repelita V diharapkan perekonomian
Indonesia telah mengalami (dengan meminjam istilah W.W. Rostow) tinggal landas
(take off).
Pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru ini memberikan peluang yang
sangat luas kepada sektor swasta, terutama swasta asing. Bidang-bidang yang boleh
dijamah oleh swasta asing diperbaharui tiap tahun, akhirnya pada 1971 timbul
demonstrasi mahasiswa yang menentang dominasi perusahaan asing yang dikenal
dengan Malari (Mala Petaka Januari). Keadaan demikian ini telah menimbulkan

5
perdebatan mengenai sistem dan arah pembangunan agar yang miskin juga ikut
menikmati hasil-hasil pembangunan. Akibat dari diskusi ini muncullah kebijakan yang
dikenal dengan delapan alur pemerataan pada Pelita III. Trilogi pembangunan diubah
dari Stabilisasi-Pertumbuhan-Pemerataan menjadi Pemerataan-Pertumbuhan-
Stabilisasi. Perubahan trilogi pembangunan ini lebih bersifat teoritis dan tidak tampak
jelas dalam praktek. Buktinya dominasi besar terus berlanjut, kredit lebih banyak
ditujukan kepada perusahaan besar, perusahaan besar bebas meminjam uang di luar
negeri. Dari hal ini timbullah istilah Sistem Ekonomi Pancasila.
Sementara masalah sistem ekonomi yang berlaku sedang ramai didiskusikan,
perekonomian masih terus mengalami kemerosotan, yang mendorong terjadinya
demonstrasi mahasiswa (dan rakyat), yang tidak lagi percaya kepada Suharto sebagai
presiden. Krisis tersebut adalah krisis kenaikan harga dolar Amerika di Asia Tenggara,
mulai di Thailand, kemudian ke Malaysia dan Korea Selatan dan terakhir melanda
Indonesia. Akibatnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia pada waktu itu
terpaksa harus mengurangi produksinya, yang akibat akhirya harus mengurangi para
pekerjanya. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk mengatasi krisis moneter ini
tetapi hal tersebut tidak menyurutkan spekulasi dalam mata uang dolar, kurs dolar tetap
mengalami kenaikan. Kebijaksanaan moneter yang konvensional juga telah
dilaksanakan, namun tetap saja kurs dolar naik. Kebijakan moneter yang non
konvensional juga telah dilaksanakan, seperti misalnya menghimbau para pejabat dan
penduduk kaya agar bersedia menjual dolarnya.

4) Perekonomian Indonesia pada masa setelah orde baru.


a. Pemerintahan
Tanggal 23 Mei 1998 Presiden Habibie membentuk kabinet baru, yang
merupakan awal dari pemerintahan transisi. Pada awalnya Pemerintahan Habibie
disebut pemerintahan reformasi. Akan tetapi, setahun berlalu masyarakat mulai
melihat bahwa sebenarnya pemerintahan baru ini tidak berbeda dengan
pemerintahan sebelumnya. Bahkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
semakin menjadi-jadi, kerusuhan muncul di mana-mana dan masalah Suharto
tidak terselesaikan. Akhirnya banyak kalangan masyarakat menyebutnya sebagai
pemerintahan transisi.

6
Pada pertengahan tahun 1999 dilaksanakan pemilihan umum, K.H
Abdulrahman Wahid atau dikenal dengan nama Gus Dur terpilih sebagi Presiden
RI keempat dan Megawati Sukarno Putri sebagai wakil presiden. Tanggal 20
Oktober 1999 ini merupakan akhir dari pemerintahan transisi dan awal dari
pemerintahan reformasi. Selama pemerintahan reformasi, praktis tidak ada satu
pun masalah di dalam negeri yang dapat diselesaikan dengan baik. Berbagai
kerusuhan sosial yang bernuansa disintegrasi dan sara terus berlanjut,
ketidakstabilan politik ini tidak makin surut pada masa pemerintah Gus Dur,
sampai akhirmya Gus Dur diganti oleh wakilnya Megawati Sukarno Putri, yang
menjabat presiden selama tiga tahun, kemudian dalam satu pemilihan presiden
secara langsung pada tahun 2004 digantikan oleh Susilo Bambang Yodoyono
(SBY) dengan wakil presiden Jusuf Kala.

b. Perekonomian

Periode yang dicakup oleh masa ini adalah setelah jatuhnya


Pemerintahan Suharto (1997) sampai sekarang 1998-sekarang, satu periode yang
mencakup kekuasaan Presiden Habibie, Presiden Gus Dur, Presiden Megawati
dan Presiden SBY. Pembenahan ekonomi diusulkan oleh IMF (Internasional
Monetary Funds) dan diterima oleh pemerintah. Salah satu usulan IMF adalah
penyehatan perbankan dengan didirikannya BBPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional). Bank yang mempunyai rasio kecukupan modal lebih besar
dari minus lima sampai nol persen akan dibina, banyak bank yang dilikuidasi,
banyak juga bank-bank yang dapat pembinaan serta tidak kurang bank-bank
yang harus mengadakan merger (gabungan dengan bank lain, untuk memperoleh
skala usaha yang memadai).

Sementara kebijaksanaan memperbaiki kesehatan perbankan menyedot


banyak sekali perhatian dan keuangan pemerintah, sehingga pengusaha kecil dan
menengah kurang mendapat perhatian. Oleh karena perhatian pemerintah yang
cenderung untuk menyehatkan pengusaha besar, pada hal perusahaan kecil
menengah dikatakan tahan banting pada masa krisis ini dan kurang (tidak)
mendapat perhatian pemerintah, maka muncullah wacana bahwa Indonesia tidak
hanya mengalami krisis moneter, krisis ekonomi, melainkan sudah dilanda oleh
krisis moral. Moral bangsa, moral (pejabat) pemerintah harus diperbaiki, yang

7
kemudian mengakibatkan diubahnya IGGI menjadi CGI (Consultative Group on
Indonesia), tidak lagi memberikan peran besar kepada World Bank dan IMF.
Semua hutang kepada IMF dibayar kembali, namun muncul hutang di dalam
negeri, yang juga tidak kalah besarnya. Tekanan agar perekonomian tidak terlalu
tergantung pada konsep dan bantuan luar negeri (peranan IGGI, Bank Dunia, dan
IMF), dan bahwasanya perusahaan kecil dan menengah tahan banting
(maksudnya tidak sampai memPHK karyawan pada waktu krisis) dan agar
pemerintah lebih memperhatikan dan memberi bantuan kepada pengusaha kecil
dan menengah, maka muncullah Sistem Ekonomi Kerakyatan. Timbul skema
kredit tanpa agunan untuk perusahaan kecil dan mikro, kursus-kursus untuk
melahirkan entrepreneur baru dan sebagainya yang bersifat memberikan
prioritas untuk pengusaha kecil dan menengah.

3. Indikator Geografi, Sosial, dan Ekonomi dalam Perekonomian Indonesia


1. Ibukota : Jakarta
2. Luas Wilayah : 2.042.034 𝑲𝒎𝟐
3. Jumlah Penduduk : 240.559.900 jiwa (tahun 2008)
4. Pertumbuhan Penduduk Per Tahun: 1,49% (tahun 1990-2000)
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan
maupun penurunannya. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi
oleh besarnya kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi keluar. Jadi,
penduduk akan bertambah jumlahnya apabila terdapat bayi yang lahir dan
penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya apabila
terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah tersebut.
5. GNI Per Kapita (Gross National Income): US$570 (tahun 2000)
Pendapatan Nasional Bruto atau GNI adalah jumlah PDB ditambah dengan
pendapatan yang dibayarkan ke negara oleh negara lain untuk hal-hal seperti
bunga dan dividen. PDB (Produk Domestik Bruto) merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama 1 tahun . PDB dapat dihitung
menggunakan rumus rumus:
PDB = C + G + I (X-M)
C = Konsumsi
G = Pengeluaran Pemerintah

8
I = Investasi
X = Ekspor
M = Impor
6. GNP Per Kapita (PPP) : US$2.840 (tahun 2000)
Nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
selama 1 tahun, termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara yang berada di luar negeri , tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
7. Pertumbuhan PDB : 6,3% (tahun 2007)
Pertumbuhan PDB merupakan perubahan jumlah PDB per tahun yang dialami
suatu negara baik pertambahan maupun penurunannya.
8. Sumbangan Sektor Pertanian/GDP: 13,8% (data 2007)
Besarnya jumlah produk pertanian yang ikut dihitung dalam GDP.
9. Sumbangan Ekspor Bagi GDP : 40,7% (tahun 1999)
Besarnya jumlah ekspor yang dilakukan dan ikut menjadi bagian dalam
perhitungan GDP.
10. Indeks Pembangunan Manusia : 0,677 menengah (tahun 1999)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan
dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua
negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup.
11. Utang Dalam Negeri : Rp65 Triliun (1,5% GDP 2008)
Utang atau pinjaman dalam negeri adalah setiap pinjaman oleh pemerintah yang
diperoleh dari pinjaman dalam negeri yang harus di bayar kembali dengan
persyaratan tertentu, sesuai dengan masa berlakunya.
12. Utang Luar Negeri : Rp29,1 Triliun (0,7% GDP
2008)
Utang luar negeri merupakan jenis pinjaman yang berasal dari luar negeri dan
memiliki persyaratan tertentu yang dibebankan negara peminjam. Keputusan
untuk mengambil utang luar negeri dikarenakan keterbatasan sumber-sumber
pendanaan ataupun pembiayaan di dalam negeri. Pemerintah membutuhkan
pendanaan yang cukup besar untuk sejumlah pengeluaran yang tidak bisa hanya

9
mengandalkan dari sumber penerimaan dalam negeri. Misalnya, untuk
keperluan penyediaan infrastruktur, pendanaan tahap awal pelaksanaan
program pembangunan, dan pendanaan dalam negeri lainnya.
13. Subsidi (energi + non) : Rp208 Triliun (4,9% GDP
2008)
Subsidi adalah suatu bentuk bantuan yang diberikan pemerintah dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat. Subsidi dapat bersifat langsung atau tidak
langsung. Subsidi langsung dapat berbentuk uang tunai, pinjaman bebas bunga
dan sebagainya sedangkan subsidi tidak langsung berbentuk pembebasan
penyusutan, potongan sewa dan semacamnya.
14. Tingkat Pengangguran Terbuka : 9,1% (tahun 2007)
Pengangguran terbuka adalah situasi dimana orang sama sekali tidak bekerja
dan berusaha mencari pekerjaan. Pengangguran terbuka bisa disebabkan karena
lapangan kerja yang tidak tersedia, ketidakcocokan antara kesempatan kerja dan
latar belakang pendidikan, serta tidak mau bekerja.
15. Jumlah Penduduk Miskin (US$1/hr): 16,6% (tahun 2007)
Penduduk miskin merupakan penduduk yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adapun penyebab dari kemiskinan, yaitu pengangguran,
tingkat pendidikan yang rendah, dan juga bencana alam.
16. DSR (Debt Service Ratio) : 19,2% (tahun 2007)
DSR berarti jumlah beban pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar
negeri jangka panjang yang dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor. Rasio
DSR mencerminkan kemampuan sebuah negara untuk menyelesaikan
kewajibannya membayar utang. Jika rasio DSR semakin besar, maka berarti
beban utang yang ditanggung semakin besar.
17. Cadangan Devisa : 5,7 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri.
Devisa merupakan kekayaan yang dimiliki suatu negara dalam bentuk
mata uang asing. Devisa terdiri dari valuta asing (mata uang yang dapat
diterima semua negara), seperti US Dolar ($), Yen Japan, Euro, dan lainnya.
Cadangan devisa adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan
otoritas moneter. Cadangan devisa sangat dibutuhkan setiap negara guna
membiaya transaksi perdagangan internasional.

10
11

Anda mungkin juga menyukai