Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Good Corporate Governance (GCG)


Corporate Governance adalah sistem yang menjadi dasar suatu proses, mekanisme
dalam mengelola perusahaan yang baik berdasarkan peraturan, perundang-undangan
dan etika berusaha agar timbul kepercayaan terhadap perusahaan dengan menciptakan
iklim usaha yang sehat yang dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan dalam jangka
panjang serta pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
a. Cadburry Comittee
Istilah ”Corporate Governace” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee di tahun 1992 dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai
Cadbury Report dan merupakan titik balik (turning point) yang sangat
menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Cadbury
Committee (1992) mengemukakan bahwa corporate governance diartikan
sebagai sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan. Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta
kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada
para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham,
dan sebagainya.
b. Center for European Policy Studies (CEPS)
GCG merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses,
serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen
perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholders, bukan
terbatas kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang
dimiliki stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen.
Proses, maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun
pengendalian merupakan mekanisme yang
memungkinkan stakeholders menerima informasi yang diperlukan seputar
aneka kegiatan perusahaan.
c. OECD
GCG didefinisikan sebagai Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen
perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai
kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan
adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.

1
Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan
dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga
mendorong perusahaanmenggunakan sumber daya dengan lebih efisien.
d. Di Indonesia (KNKG)
GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat
dengan kepercayaan baik trhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun
terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya
persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.
2. Teori-teori yang mendasari GCG
1. Stewardship Theory
Teori penatalayanan mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayan yang baik
bagi perusahaan. Implikasi stewardship theory terhadap corporate governance
yaitu salah satunya adalah terbitnya UU Perseroan Terbatas di Indonesia yang
didalamnya menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris
untuk dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan dan usaha perseroan (pasal 97 dan 114 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
2. Agency Theory
Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang
saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga professional yang
lebih memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Implikasi teori keagenan
terhadap konsep corporate governance adanya pemberian insentif dan
melakukan monitoring (pengawasan). Monitoring yang dilakukan oleh pihak
independen memerlukan biaya pengawasan (monitoring cost) berupa biaya
audit, yang merupakan salah satu dari agency cost (Jensen dan Meckling, 1976).
3. Entity Theory
Teori ini memandang pemegang saham sebagai pemilik dan menjadi pusat
perhatian akuntansi. Entity theory melahirkan agency theory dan stewardship
theory, dimana kedua teori ini sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk
pembentukan struktur Corporate Governance. Persamaan akuntansi dari teori
entitas ini akan berbentuk sebagai berikut:
Aset – Kewajiban = Ekuitas
4. Stakeholder Theory
2
Teori pemangku kepentingan mengartikan suatu organisasi sebagai kesepakatan
multilateral antara perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Implikasi teori ini
untuk kegiatan corporate governance adalah perusahaan mendirikan unit yang
khusus menangani komunikasi dengan stakeholder yang dikenal dengan nama
departemen komunikasi perusahaan atau public affairs department.

5. Political Theory
Alokasi kekuasaan dalam perusahaan, previlege, atau alokasi laba di antara
pemilik, manajer dan stakeholders lainnya ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan politis. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan penting dalam
menentukan alokasi tersebut. Alokasi kekuasaan dalam teori corporate
governance juga harus dilihat dari perspektif budaya, sehingga dapat dikatakan
tidak ada satu model corporate governance yang dapat digunakan sekaligus
untuk beberapa negara, bahkan oleh beberapa perusahaan dalam satu negara.
3. Prinsip-prinsip CG berdasarkan OECD
Prinsip GCG awal mulanya dibuat oleh OECD. OECD adalah organisasi untuk
kerjasama ekonomi dan pembangunan yag salah satu tujuannya adalah untuk
mengembangkan CG yang dapat digunakan oleh para anggotanya dan juga pemerintah
yang bukan anggota OECD. Prinsip-prinsip OECD tahun 2015 meliputi enam bidang
utama yaitu :
1. Menjamin kerangka dasar CG yang efektif
2. Hak-hak dan perlakuan yang adil bagi pemegang saham dan pemilik
3. Investor institusional, para saham, dan peantara lainnya
4. Peran stakeholder dalam CG
5. Pengungkapan dan transparasi
6. Tanggung jawab dewan (Komisaris dan Direksi)
OECD mengembangkan seperangkat prinsip–prinsip corporate governance,
atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Principles Of Corporate Governance.
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance meliputi:
1. Transparency (keterbukaan informasi)
Keputusan Menteri Negara BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 mengartikan
transparansi sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi

3
kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan-
perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh informasi yang
benar, akurat, dan tepat waktu mengenai perusahaan. Oleh sebab itu konsep good
corporate governance harus menjamin pengungkapan yang cukup, akurat dan tepat
waktu terhadap seluruh kejadian penting yang berhubungan dengan perusahaan
termasuk di dalamnya mengenai kondisi keuangan, kinerja, struktur kepemilikan dan
pengaturan perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. OECD menyatakan bahwa prinsip ini berhubungan dengan tersedianya
sistem yang mengendalikan hubungan antara organorgan yang ada dalam
perusahaan. Selanjutnya prinsip akuntabilitas ini dapat diterapkan dengan
mendorong agar seluruh organ perusahaan menyadari tanggung jawab,wewenang,
hak, dan kewajiban mereka masing-masing. Corporate governance harus menjamin
perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan
asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. Realisasi dari prinsip
ini dapat berupa pendirian dan pengembangan komite audit yang dapat mendukung
terlaksananya fungsi pengawasan dewan komisaris, juga perumusan yang jelas
terhadap fungsi audit internal. Khusus untuk bidang akuntansi, penyiapan laporan
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku serta diterbitkan tepat
waktu juga jelas merupakan perwujudan dari prinsip akuntabilitas ini
3. Responsibility (pertanggungjawaban)
OECD menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan
kepada shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak
dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk
mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan
perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya. Prinsip
tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk
mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsipprinsip
yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan keuangan perusahaan.
Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku tentu akan diikuti dengan sangsi
yang jelas dan tegas. Selain itu juga harus diingat bahwa ketentuan yang dibuat tentu

4
antara lain bertujuan agar kepentingan pihak tertentu terutama masyarakat tidak
dirugikan. Oleh karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat
menghindarkan perusahaan dari sangsi hukum sebagaimana diatur dalam peraturan
terkait, dan juga sangsi moral dari masyarakat.
4. Independency (kemandirian)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai
dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Prinsip ’Kewajaran atau Keadilan’ ini merupakan keadilan dan kesetaraan didalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Prinsip fairness ini juga dapat diartikan sebagai
upaya dan tindakan yang tidak membeda-bedakan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terhadap organisasi atau perusahaan terkait. Prinsip fairness ini harus
menjamin adanya perlakuan yang setara (adil) terhadap semua pihak terkait,
terutama para pemegang saham minoritas maupun asing. Prinsip ini diwujudkan
antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan para
pemegang saham minoritas; membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate
conduct) dan dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap
perlakuan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan; menetapkan
peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, komite, termasuk system
remunerasi; menyajikan informasi secara wajar/pengungkapan penuh material
apapun; mengedepankan equal job opportunity. (Tjager et al., 2003).

4. Prinsip-prinsip CG di Indonesia (KNKG)


1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya
2. Akuntabilitas (Accountability)

5
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
5. Konsep penting GCG

Secara historis Corporate Governance telah ada sejak berabad-abad yang lalu
dan digunakan untuk mengurangi kegagalan suatu perusahaan ketika terjadi krisis
berkepanjangan. Namun, menurut para ekonom kesadaran akan pentingan Good
Corporate Governance diterapkan di Negara berkembang baru dimulai sejak terjadinya
krisis ekonomi tahun 1997 yang disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan tata kelola
perusahaan-perusahaan terbuka, termasuk perusahaan milik Negara. untuk
memperkuat Corporate Governance diperlukan pedekatan yang terintegrasi antar tiga
komponen, yaitu prinsip, fungsi dan mekanisme Corporate Governance, sehingga
perusahaan dapat menciptakan nilai yang berkelanjutan bai pemegang saham maupun
pemangku kepeningan lainnya, termasuk meningkatkan kepercayaan investor, dan
mendorong terciptanya pasar modal yang kuat dan efisien. Good Corporate
Governance adalah salah satu kunci untuk pasar keuangan yang sehat dalam
perekonomian global saat ini. Tata kelola perusahaan yang baik merupakan kunci untuk

6
intergritas perusahaan, lembaga keuangan dan pasar,pusat kesehatan dan stabilitas
ekonomi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GCG


Terdapat dua faktor dalam Good Corporate Governance (GCG) yaitu faktor internal
dan faktor eksternal:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:

a. Pelaku dan lingkungan bisnis : Meliputi seluruh entitas yang mempengaruhi


pengelolaan perusahaan, seperti business community atau kelompok-kelompok
yang signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, serikat pekerja,
mitra kerja, supplier dan pelanggan yang menuntut perusahaan mempraktekkan
bisnis yang beretika. Kelompok-kelompok di atas dapat mempengaruhi jalannya
perusahaan dengan derajat intensitas yang berbeda-beda.
b. Pemerintah dan regulator : Pemerintah dan badan regulasi berkepentingan untuk
memastikan bahwa Perusahaan mengelola keuangan dengan benar dan mematuhi

7
semua peraturan dan undang-undang agar memperoleh kepercayaan pasar dan
investor.
c. Investor : Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan pemegang saham dan
pelaku perdagangan saham termasuk perusahaan investasi. Investor menuntut
ditegakkannya atau dijaminnya pengelolaan perusahaan sesuai standar dan prinsip-
prinsip etika bisnis.
d. Komunitas Keuangan : Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan persyaratan
pengelolaan keuangan perusahaan termasuk persyaratan pengelolaan perusahaan
terbuka, seperti komunitas bursa efek, Bapepam-LK, US SEC dan Departemen
Keuangan RI. Setiap komunitas di atas mengeluarkan standar pengelolaan
keuangan perusahaan dan menuntut untuk dipatuhi/dipenuhi oleh Perusahaan.
e. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya
supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
f. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government
menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
g. Terdapat contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat
menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain,
semacam benchmark (acuan).
h. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif
berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG
secara sukarela.

8
DAFTAR PUSTAKA

Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar:CV Sastra Utama.

Dwiridotjahjono, Jojok. 2010. Penerapan Good Corporate Governance : Manfaat Dan


Tantangan Serta Kesempatan Bagi Perusahaan Publik Di Indonesia.

Suleman. 2010. Tinjuauan umum tentang Good Corporate Governance. Diakses pada 12
Februari 2020 pada (http://batubarasuleman.blogspot.com/2010/11/tinjauan-umum-
tentang-good-corporate.htm)

Suar. 2013. Good Corporate Governance (GCG). Diakses pada 12 Februari 2020 pada
(https://dexsuar.wordpress.com/2013/08/04/good-corporate-governance-gcg-2/)

Anda mungkin juga menyukai