Kelompok : B-4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH
JAKARTA 10510
TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574
DAFTAR PUSTAKA
SKENARIO 3 ............................................................................................................................ 2
KATA SULIT ............................................................................................................................ 3
PERTANYAAN......................................................................................................................... 4
JAWABAN ................................................................................................................................ 5
HIPOTESIS ................................................................................................................................ 6
SASARAN BELAJAR .............................................................................................................. 7
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Hipotermia ..................................................................... 8
LO.1.1. Definisi Hipotermia .............................................................................................. 8
LO.1.2. Klasifikasi Hipotermia .......................................................................................... 8
LO.1.3. Penyebab Hipotermia............................................................................................ 8
LO.1.4. Gejala Hipotermia ................................................................................................. 8
LO.1.5. Penanggulangan Hipotermia ................................................................................. 9
LO.1.6. Pengobatan Hipotermia ........................................................................................ 9
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Hipoksia ......................................................... 10
LO.2.1 Definisi Hipoksia ................................................................................................. 10
LO.2.2 Klasifikasi Hipoksia............................................................................................. 10
LO.2.3 Penyebab Hipoksia .............................................................................................. 11
LO. 2.4 Memahami dan Menjelaskan Gejala Hipoksia ................................................... 12
LO. 2.5 Memahami dan Menjelaskan Penanganan dan Pencegahan Hipoksia ............... 13
LI.3. Memahami dan Menjelaskan AMS ............................................................................. 14
LO.3.1. Definisi AMS ...................................................................................................... 14
LO.3.2. Klasifikasi AMS ................................................................................................. 14
LO.3.3. Penyebab AMS ................................................................................................... 15
LO.3.4. Gejala AMS ........................................................................................................ 15
LO.3.5. Penanggulangan AMS ........................................................................................ 17
LO.3.6. Pencegahan AMS................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19
SKENARIO 3
Dua pendaki Gunung Sumbing terpaksa dievakuasi oleh tim SAR Kabupaten Temanggung
Jawa Tengah. Mereka dilaporkan mengalami hipoksia akut dan hipotermia. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah melaporkan peristiwa hipotermia
terjadi karena kurangnya persiapan saat mendaki. Menurut keterangan dokter yang merawat
dua pendaki tersebut, jika keadaan hipotermia tidak segera ditangani dapat menyebabkan
kegagalan fungsi tubuh yang lebih dikenal sebagai Mountain Sickness Acute.
KATA SULIT
1. Hipoksia
Suatu kondisi dimana jaringan tubuh kekurangan oksigen yang mana tingkat oksigen
dalam darah lebih rendah dari tingkat normal
3. Evakuasi
Tindakan untuk membuat orang-orang menjauh dari ancaman atau kejadian yang
sangat berbahaya
4. Hipotermia
Kondisi ketika suhu tubuh menurun drastis dibawah 35 derajat celcius
PERTANYAAN
1. Persiapan apa yang kurang sehingga menyebabkan hipotermia ?
2. Bagaimana penanganan awal hipoksia dan hipotermia ?
3. Mengapa hipotermia jika tidak ditangani dapat menyebabkan AMS ?
4. Apa gejala awal hipoksia dan hipotermia ?
5. Siapa saja yag rentan terhadap hipoksia?
6. Apa saja penyakit yang dapat dialami pendaki gunung selain hipoksia dan hipotermia?
7. Kegagalan fungsi organ apa yang disebabkan hipotermia?
8. Bagaiman mencegah kondisi hipoksia dan hipotermia ?
9. Apakah orang yang biasa tinggal di dataran rendah bisa mengalami gangguan paru-paru
jika mendaki gunung?
10. Apa yang terjadi jika AMS terlambat ditangani?
11. Bagaimana respon tubuh saat penurunan suhu ?
JAWABAN
1. Kurang fitnya kondisi tubuh, kurangnya penyesuaian tubuh terhadap lingkungan dam
kurangnya perlengkapan seperti membawa tabung oksigen, dll
2. Hipoksia : Diberikan oksigen dari tabung oksigen, nafas buatan penghangat tubuh
Hipotermia :
a. Menempatkan korban di tempat yang aman
b. Mengganti pakaian yang basah
c. Diberikan makanan/minuman yang hangat
d. Dibantu menjaga kesadarannya
3. Akan menyebabkan hipoksia yang menuju AMS
4. Gejala hipotermia : merasa kedinginan, menggigil, rasa Lelah, kesulitan berjalan,
cemas, mental dan fisik mengalami penurunan
Gejala hipoksia :
a. KETIGGIAN < 10.000 KAKI
- tidak ada gejala,
- gangguan kinerja ringan
- kehilangan daya krisis diri
-kehilangan memori jangka pendek
-inkoordinasi mental
b. KETINGGIAN 10.000-15.000 KAKI
- Sedikit ada tanda gejala
- gangguan pernafasan
- tekanan darah naik
- sakit kepala,
- kapasitas rendah
c. KETINGGIAN 15.000-20.000 KAKI
- kehilangan judgement
- kontrol otot syaraf lemah
- perubahan emosi
- proses berfikir lambat
- gejala nafas lambat
- gejala penurunan penglihatan
d. KETINGGIAN >20.000 KAKI
- semua gejala hal yang diatas
- penurunan kesadaran
- kejang otot
- kematian
5. pendaki gunung yang memiliki penyakit asma
6. serangan jantung, kram, stroke, flu
7. gagal fungsi jantung, gagal fungsi hati, gagal fungsi paru-paru, gagal fungsi otak, gagal
fungsi otak, dan system saraf
8. baju hangat dan membawa oksigen
9. bisa, karena tidak terbiasa dengan kondisi tekanan udara rendah
10. a. dapat menyebabkan kematian
b. menyebabkan edama otak dan edama paru
11. menggigil dan dehidrasi
HIPOTESIS
Hipoksia dan Hipotermia terjadi karena menurunnya kadar oksigen dalam tubuhdan
tekanan udara yang menurun, serta suhu tubuh yang menurun pada dataran tinggi yang dapat
menyebabkan kerusakan fungsi organ tubuh dan Mountain Sickness Acute (MSA) yang
mengarah pada kematian.
SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Hipotermia
LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Hipotermia
LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Hipotermia
LO.1.3. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Hipotermia
LO.1.4. Memahami dan Menjelaskan Gejala Hipotermia
LO.1.5. Memahami dan Menjelaskan Penanggulangan Hipotermia
LO.1.6. Memahami dan Menjelaskan Pengobatan Hipotermia
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh dibawah 35°C (95°F). Hipotermia
dihasilkan saat tubuh tidak dapat memproduksi panas yang cukup untuk menggantikan
panas yang hilang ke lingkungannya. Ini dapat terjadi pada suhu udara hingga 22,2°C
(72°F)
Gejala umum hipoksia adalah, cepat bernafas, sesak nafas, denyut nadi cepat,
berkeringat, pusing, mual, muntah, gelisah, cemas, tidak mampu berkonsentasi, batuk-batuk,
ke bingungan, ada perubahan perilaku, penurunan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan
darah, timbulnya rasa takut, pucat, warna kulit, kuku dan bibir berubah menjadi kebiruan
Pertolongan pertama ketika menghadapi hipoksia dengan melakukan tindakan ABC, Air
way, breathing dan circulation,
Air way adalah membebaskan jalan nafasnya, misalnya melonggarkan pakaian pada
daerah dada, memberikan ruang yang nyaman untuk bernafas, atau membawanya ketempat
yang lebih rendah. Karena semakin tinggi suatu empat, semakin tipis oksigenya.
Selanjutnya breathing dengan memberikan nafas buatan, dan Circulation adalah
menormalkan denyut jantung atau memberi CPR (Cardiopulmonary resuscitation)
Pencegahan hipoksia:
1. Hindari merokok, minum alkohol dan obat anti depresan akan menperlambatt pernafasan
2. Menghindari yang menurunkan oksigen.
3. Mengunakan tambahan oksigen dari tabung oksigen sebelum hipoksia muncul.
4. Menjaga asupan nutrisi
LI.3. Memahami dan Menjelaskan AMS
Cara untuk menghindari penyakit AMS tidak rumit, pada saat mendaki, biasakan
untuk berjalan sesuai ritme, tidak terburu-buru atau tergesa-gesa. Hal ini berguna bagi
tubuh membiasakan ketinggian atau aklimatisasi. Sehingga kerja tubuh juga tetap
berjalan dengan normal.
Jika gejala tidak ditangani dengan baik, Oedem perifer dapat terjadi, namun tidak ada
gejala fisik yang dapat ditemukan pada AMS dan adanya gejala neurologikal biasanya
dipikirkan ke arah HACE atau penyebab lain.
Komplikasi AMS
1. Edema otak
Kondisi terjadinya pembengkakan jaringan otak karena dilatasi atau pelebaran pembuluh
darah sehingga cairan intravaskuler bocor. Gejala yang ditimbulkan antara lain sakit kepala,
lemah, koordinasi hilang, Penurunan kesadaran, halusinasi, dan koma.
2. Edema paru-paru
Kondisi terbentuknya cairan instravaskuler dalam alveolus karena konstriksi atau
penyempitan pembuluh drah vena dan arteri pulmonalis sehingga menghambat pertukaran
oksigen. Gejala yang ditimbulkan antara lain sianosis, sesak nafas, batuk dengan
mengeluarkan cairan putih berair atau berbusa, bingung dan perilaku irrasional karena
oksigen kurang cukup sampai ke otak, hingga berujung pada kematian.
Kondisi Kriteria
AMS Sakit kepala disertai sekurang-kurangnya satu dari gejala berikut: fatique
atau kelemahan; dizziness; keluhan gastrointestinal (mual, muntah,
anoreksia); gangguan tidur.
HACE Perubahan status mental dan atau ataxia.
HAPE Sekurang-kurangnya 2 dari gejala berikut: dispneu saat istirahat; batuk;
kelemahan; rasa berat di dada atau kongesti dan Sekurang-kurangnya 2 dari
tanda berikut:
ronkhi atau wheezing pada satu sisi paru; sianosis sentral; takipneu;
takikardi.
Keterangan :
AMS = acute mountain sickness
HACE = high-altitude cerebral edema
HAPE = high-altitude pulmonal edema
a. Membawa pasien AMS ke tempat dengan ketinggian 500—1000 meter lebih rendah,
merupakan opsi utama, khususnya pada kejadian AMS berat.
b. Terapi oksigen hiperbarik dengan hyperbaric bag dengan kecepatan pemberian oksigen
4L/menit.
c. Usahakan pasien dalam keadaan hangat.
d. Pemberikan 800 mg ibuprofen dan 85 mg acetazolamide serta placebo 3 kali sehari
pada
ketinggian 4280 m dan 4358 m memperlihatkan perbaikan keluhan sakit kepala.
e. Pemberian sildenafil 50 mg per oral satu kali sehari memperbaiki cardiac output dan
kemampuan berkuat dan meringankan peningkatan tekanan pada orang sehat yang
terpapar kondisi hipoksia normobarik dan mendaki sampai ketinggian 5400 m.
f. Pemberian obat Dexamethasone efektif sebagai pengobatan emergensi AMS dengan
dosis awal 4-10 mg, diikuti 4 mg setiap 6 jam. Dexamethasone menurunkan gejala
AMS namun tidak mempengaruhi kelainan fisiologik sehubungan dengan paparan
high-altitude.
Menurut Richard (2014), prinsip penatalaksanaan AMS terdiri dari tiga hal, yakni :
1. Hindari atau jangan melakukan pendakian ke ketinggian lebih lanjut.
2. Jika pasien telah diberi tatalaksana awal, tidak menunjukkan perbaikan atau
respon, segera evakuasi ke tempat yang lebih rendah.
3. Jika pasien menunjukkan gejala AMS berat dan bahkan sudah masuk ke tahap
edema serebri (High Altitude Cerebral Edema), maka segera evakuasi ke tempat yang
lebih rendah.
Anjuran bagi pendaki gunung
Sebaiknya dilakukan Sebaiknya tidak dilakukan
Mendaki perlahan-lahan. Aktivitas berlebihan dan tidak perlu, serta
berjalan terlalu cepat saat pendakian.
Istirahat yang cukup, khususnya pada 72 Hindari mengonsumsi alcohol dan pil tidur.
jam pertama
Gunakan kacamata pelindung dan pakaian Jangan melanjutkan pendakian jika terdapat
yang berlapis. tanda-tanda AMS.
Minum yang cukup untuk menghindari Jangan ragu untuk meminta bantuan medis
dehidrasi dan makan makanan yang banyak atau turun ke ketinggian lebih rendah jika
serat dan rendah garam. kesehatan fisik maupun psikis mulai
menurun.
(Chawla dan Saxena (2014), Physiology of High Altitude Acclimatization,hal. 547)
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/860/3/BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/189/3/BAB%20II_Wahyu%20Tri%20W..pdf Kurniawan, Ehwan.
2014. Panduan Mendaki Gunung, Jakarta
http://www.academia.edu/31817879/MAKALAH_HIPOKSIA
http://www.moryz.com/asthma/guide/hypoxia-hypoxemia.html repository.umy.ac.id
http://jurnal.fk.unand.ac.id https://www.researchgate.net/publication/313714128_HIGH-
ALTITUDE_ILLNESS
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55946/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y
Chawla dan Saxena (2014), Physiology of High Altitude Acclimatization,hal. 547
Lauralee Sherwood (2017), Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem ed. 8, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Buku Fisiologi Guyton and Hall. Edisi 12