PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan
banyaknya kasus gizi kurang pada balita. Stunting adalah salah satu masalah
kurangnya gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat
anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini menyebabkan penderitanya
mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Stunting
diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur,
dan jenis kelamin balita. Stunting atau perawakan pendek (shortness) merupakan
suatu keadaan dimana tinggi badan seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang
ditemukan beberapa penyebab anak mengalami stunting yaitu faktor gizi buruk
yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Penyebab utama stunting yaitu
perilaku ibu hamil yang meliputi pengetahuan ibu hamil, sikap ibu hamil serta
tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mencegah stunting. Pengetahuan
keluarga terutama pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan, masih terbatasnya layanan Antenatal
Care (ANC). Pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet tambah darah.
1
Ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) berisiko melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Kurangnya akses makanan bergizi
hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal dan
kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Jika tidak ditangani dengan baik, anak
tentang Kebijakan Stategis Pangan dan Gizi yang berfokus pada 1000 Hari Pertama
Hidup (HPK) yang dimulai sejak dalam kandungan (270 hari) hingga sampai
dengan anak berusia 6 tahun. Program ini merupakan langkah awal yang paling
penting untuk dilakukan sebagai pemenuhan gizi pada anak sejak dini. Gerakan
1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi
gizi spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan meliputi imunisasi, PMT
ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet
besi-folat pada ibu hamil, promosi ASI eksklusif, MP-ASI dan lain-lain. Intervensi
menyasar masyarakat umum seperti penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai
mencapai 37,2% dan data dari Pemantauan Status Gizi 2016 mencapai 27,5%. Hal
ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak
Indonesia atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2018 menyebutkan bahwa kejadian stunting
2
di pada tiga kabupaten tertinggi yaitu yang pertama Kabupaten Bangli 43,2%, yang
kedua Kabupaten Jembrana 29,1% dan yang ketiga Kabupaten Karangasem 26,2%.
Tenaga kesehatan dan masyarakat harus saling bersinergi baik itu tenaga
lingkungan. Pada awal tahun 1988, World Health Organization menekankan bahwa
profesi kesehatan tersebut cenderung dapat berkerjasama lebih efektif dalam tim
kesehatan diperlukan sebuah sistem kerja kolaborasi antar profesi kesehatan atau
Education (IPE) “occurs when two or more proffesions learn about, from and with
dapatkan masalah kesehatan stunting pada balita. Berdasarkan data yang diperoleh
B. Rumusan Masalah
3
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata IPE (KKN IPE), mahasiswa
konflik serta memberikan manfaat yang maksimal kepada sasaran dan Program
sehingga warga masyarakat terutama sasaran terpilih dan masyarakat lainnya lebih
4
j. Menyusun laporan kegiatan pemecahan masalah kesehatan di Desa Bangbang,
D. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa serta membangun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Stunting
Balita pendek (stunting) adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru muncul saat anak berusia dua tahun. Stunting adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks BB/U atau TB/U dimana dalam standar
antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi
rumah tangga dna keluarga, pemberian makanan pendamping ASI yang tidak
5
mencukupi¸pemberian ASI dan terjadinya infeksi (WHO, 2014). Stunting dapat
diartikan sebagai kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu
dan digunakan sebagai indicator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
stunting melambat pada saat anak berusia sekitar 3 bulan. Terdapat perbedaan
interpretasi kejadian stunting diantara kedua kelompok usia anak. Pada anak yang
berusia dibawah 2-3 tahun, menggambarkan proses gagal bertumbuh atau stunting
yang masih sedang berlangsung/terjadi. Sementara pada anak yang berusia lebih
dari berbagai faktor seperti berat lahir yang rendah, stimulasi dan pengasuhan anak
yang kurang tepat, asupan nutrisi kurang dan infeksi berulang serta berbagai faktor
B. Penyebab Stunting
sepanjang siklus kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang
manusia merupakan hasil interaksi antara faktor genetik, hormon, zat gizi dan
lamanya, mulai dari kandungan sampai remaja yang merupakan hasil interaksi
antara faktor genetik dan lingkungan. Pada anak-anak, penambahan tinggi badan
6
pada tahun pertama kehidupan merupakan yang paling cepat dibandingkan periode
waktu setelahnya. Pada usia 1 tahun, anak akan mengalami peningkatan tinggi
badan sampai 50% dari panjang badan lahir. Kemudian tinggi badan tersebut akan
meningkat 2 kali lipat pada usia 4 tahun dan 3 kali lipat pada usia 13 tahun (Sandra
dkk, 2017).
Periode pertumbuhan paling cepat pada masa anak-anak juga merupakan masa
dimana anak berada pada tingkat kerentanan paling tinggi. Kegagalan pertumbuhan
dapat terjadi selama masa gestasi (kehamilan) dan pada 2 tahun pertama kehidupan
anak atau pada masa 1000 hari pertama kehidupan anak. Stunting merupakan
indikator akhir dari semua faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak saat bertambah usia
Pertumbuhan yang cepat pada masa anak membuat gizi yang memadai menjadi
sangat penting. Buruknya gizi selama kehamilan, masa pertumbuhan dan masa
awal kehidupan anak dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Pada 1000 hari
(UNICEF, 2013). Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak.
Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Penyebab faktor langsung dari kejadian
stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan faktor tidak
budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (BAPPENAS, 2011).
7
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Secara lebih
sebagai berikut:
1. Faktor Langsung
a. Faktor Ibu
kehamilan dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi perawakan ibu seperti usia ibu
terlalu muda atau terlalu tua, pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa,
BBLR, IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat dan hipertensi
b. Faktor Genetik
Melalui genetik yang berada di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas
Amigo et al., dalam Narsikhah (2012) salah satu atau kedua orang tua yang
peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi stunting. Akan tetapi,
bila orang tua pendek akibat kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan
anak dpaat tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak
8
c. Asupan Makanan
kurangnya keragaman dan asupan pangan yang bersumber dari pangan hewani,
foods. Praktik pemberian makanan yang tidak memadai, meliputi pemberian makan
yang jarang, pemberian makan yang tidak adekuat selama dan setelah sakit,
konsistensi pangan yang terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi,
pemberian makan yang tidak berespon. Bukti menunjukkan keragaman diet yang
lebih bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait dengan
yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya nutrisi
pelengkap akan meningkatkan asupan gizi dan mengurangi risiko stunting (Sandra
dkk, 2017).
tidak menerapkan ASI eksklusif dan penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah
tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus,
ataupun susu selain ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan
yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui yang
9
berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan tehadap asuhan
e. Faktor Infeksi
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu ineksi enterik seperti diare,
enteropati dan cacaing, dapat juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA),
malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi dan inflamasi. Penyakit
infeksi akan berdampak pada gangguan masalah gizi. Infeksi klinis menyebabkan
riwayat penyakit infeksi memiliki peluang mengalami stunting (Picauly & Toy,
2013).
Ibu hamil yang memiliki gigi berlubang akan sakit suatu saat nanti dan jika hal
itu susah terjadi otomatis nafsu makan ibu akan berkurang dan asupan nutrisi untuk
bayi akan berkurang. Dimana hal ini menjadi masalah utama yang menyebabkan
anak stunting maka dari itu sebaiknya masalah-masalah dalam rongga mulut segera
terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan pendek (UNICEF, 2013). Menurut
Bishwakarma dalam Khoirun dkk (2015), status ekonomi keluarga yang rendah
menjadi kurang bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang
10
berfungsi untuk pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin, dan mineral,
b.Tingkat Pendidikan
Pendidikan ibu yang rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan perawatan
anak. Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara penyajian makanan
yang akan dikonsumsi oleh anaknya. Penyediaan bahan dan menu makan yang
tepat untuk balita dalam upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila
ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu dengan Pendidikan
rendah antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga anak dapat
c.Faktor Gizi
Pengetahuan gizi yang rendah dapat menghambat usia perbaikan gizi yang baik
pada keluarga maupun masyarakat sadar gizi artinya tidak hanya mengetahui gizi
tetapi harus mengerti dan mau berbuat. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang tentang kebutuhan akan zat-zat gizi berpengaruh terhadap jumlah dan
jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi. Ibu yang mempunyai
atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (ststement) yang diajukan. Sikap
terhadap gizi sering kali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Pengukuran sikap
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran yang dilakukan
11
secara langsung yaitu dengan mewawancarai atau memberi pertanyaan kepada
Tindakan yang dapat kita lakukan untuk mengatur gizi agar seimbang yaitu
jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang mereka makan dan pola
hidup mereka, termasuk berapa kali mereka makan atau frekuensi makan. Faktor
teman, jumlah uang yang tersedia dan faktor kesukaan serta pengetahuan dan
d.Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan aktivitas yang tidak
yang tidak tepat, rendahnya edukasi pengasuh. Anak-anak yang berasal dari rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang baik berisiko mengalami
D. Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut,
mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya pernyakit diabetes, kegemukan,
12
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua,
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
buruk, lama pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah bagi orang
tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang pendidikan, miskin, kurang sehat dan
lebih rentan terhadap penyakit menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan
predictor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas yang
(UNICEF, 2012).
hasil pasar tenaga kerja seperti penghasilan yang lebih rendah dan produktifitas
yang lebih buruk (Hoddinott et al, 2013). Proses stunting disebabkan oleh asupan
zat gizi yang kurang dan infeksi yang berulang yang berakibat pada terlambatnya
dan stunting pada anak yang dilahirkannya, yang nantinya juga dapat membawa
13
risiko kepada gangguan metabolisme dan penyakit kronis saat anak tumbuh dewasa
berkembang berkaitan dengan gizi pada anak dan keluarga. Menurut World Health
sehat.
14
Menyediakan perawatan kesehatan yang berkualitas melalui strategi
perawatan primer.
1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada pra hamil, hamil dan anak
2. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
3. Peningkatan aksesbiliti pangan yang beragam
4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan
15
Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses
pencapaian 5 (lima) pilar STBM tidak maksimal. 5 (lima) pilar tersebut yaitu :
pengetahuan ibu hamil, sikap ibu hamil dan tindakan yang dilakukan ibu hamil
1. Pengetahuan
a. Pengertian
terhadap objek. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu (Know)
16
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
kembali (recall) terhadap sesuatu yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Application)
4) Analisis (Analysis)
objek kedalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
c. Sumber Pengetahuan
1) Media masa, meliputi : televisi, radio, koran, majalah, tabloid dan lain-lain.
17
2) Pendidikan, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal maupun non
formal.
3) Petugas kesehatan, sebagai sumber informasi yang dapat diperoleh langsung
BAB III
METODE PELAKSANAAN
18
Realisasi pemecahan masalah dalam kegiatan KKN IPE ini dilakukan
pemantauan kesehatan.
Penyuluhan diberikan sesuai dari 4 KK yang bermasalah yang berkaitan
Masing Jurusan
Stunting
Keperawatan KEK
19
Jurusan Urutan Masalah Rencana Intervensi
Pemantauan Tumbuh
Kembang pada
Bayi dan Balita
Gizi
1. Pemaparan kebutuhan energi pada pasien
hipertensi dan TB
Diet penyakit 2. Pemaparan asupan yang dianjurkan pada
penderita hipertensi dan TB
3. Pemaparan jenis makanan/minuman yang
tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi
Analis
Kesehatan
20
Jurusan Urutan Masalah Rencana Intervensi
Kesehatan
Lingkungan
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan KKN IPE ini adalah
21
mendapatkan data karakteristik daerah, kejadian luar biasa yang pernah
terjadi.
4. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung dilakukan dengan menggunakan format
observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang didapat yaitu
data fisik, tingkah laku dan keadaan lingkungan.
5. Intervensi
Intervensi dilakukan setelah mengetahui permasalahan-permasalahan
yang terdapat pada masing-masing keluarga yang berkaitan dengan
stunting, yang dilakukan oleh mahasiswa sesuai dengan
kompetensinya masing-masing.
D. Sasaran
Sasaran yang dituju dalam kegiatan ini adalah seluruh ibu hamil, ibu
menyusui dan bayi yang berusia satu sampai dua tahun yang berada di
2. Bahan
22
Bahan yang digunakan dalam kegiatan KKN IPE ini adalah leaflet,
lembar balik dan kuisioner yang disusun mencakup format pendataan
yang dapat mengidentifikasi masalah kesehatan dan dapat memberi
informasi tentang:
a. Pemeriksaan ANC pada ibu hamil
b. Pemberian ASI Eksklusif
c. Resiko tinggi pada kehamilan
d. Gizi pada ibu hamil, ibu menyusui dan baduta
e. Kebersihan gigi dan mulut
f. Kebersihan lingkungan
oleh dosen pembimbing dari berbagai jurusan dan petugas dari UPT
23
24
Tabel - . Planning Of Action (POA)
No Metode pelaksanaan Sasaran Tempat dan waktu Alat dan bahan Pihak yang Penilaian kegiatan
terlibat
1 Edukasi Pendekatan Ibu hamil, ibu menyusui Leaflet, Pemegang Evaluasi sumatif
Keluarga. dan ibu yang memiliki kuesioner, dan program, dan
bayi sampai dengan dua lembar balik profesi
Penyuluhan diberikan
tahun terkait :
dengan metode ceramah,
bidan,
tanya jawab dan
perawat,
demonstrasi
analis, gizi,
kesehatan
lingkungan
dan gigi
2 Penyuluhan PHBS, cuci Siswa SD Negeri 1 Leaflet dan Alat Pemegang Evaluasi sumatif
tangan, dan demonstrasi Bangbang, kelas 4, 5 dan peraga program, dan
gosok gigi yang benar 6 profesi terkait :
bidan, perawat,
25
Penyuluhan diberikan analis, gizi,
dengan metode ceramah, kesehatan
dan tanya jawab. lingkungan dan
gigi
3. Penyuluhan Anemia dan Siswi SMKN 1 Tembuku Leaflet dan Pemegang Evaluasi sumatif
Pemberian Tablet Fe Poster program, dan
profesi terkait:
Penyuluhan diberikan
bidan, gizi
dengan metode ceramah,
analis
dan tanya jawab.
26
27
BAB IV
merupakan daerah yang menjadi tempat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
28
Desa Bangbang terdiri dari 20 orang. Adapun kegiatan mahasiswa pada KKN-IPE
di Desa Bangbang adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan dan Pembekalan
Pembekalan dilaksanakan sebelum kegiatan KKN-IPE dimulai.Mahasiswa
sebagai peserta KKN memperoleh pembekalan berupa materi-materi yang
dibutuhkan sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh masing-masing
profesi.Tujuan dari pembekalan ini yaitu untuk menyiapkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan di lahan
praktik. Pembekalan dilakukan pada tanggal 13-14 Januari 2020 di
Auditorium Politeknik Kesehatan Denpasar. Pembekalan diberikan materi
oleh penanggung jawab kegiatan KKN-IPE mengenai program praktik dan
penjelasan teknis tentang kegiatan di lapangan. Selain itu, pembekalan juga
diberikan materi oleh Dinas Kesehatan dan Tokoh Masyarakat berupa
pengenalan sosial budaya masyarakat, demografi, geografi, epidemiologi dan
prosedur advokasi. Kegiatan KKN-IPE resmi dibuka pada tanggal 20 Januari
2020 bertempat di Balai Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten
Bangli.
2. Survei Keluarga Sehat
Survei Keluarga Sehat dilaksanakan oleh 20 orang mahasiswa peserta KKN
Poltekkes Denpasar Semester Akhir dimulai pada tanggal 21 - 23 Januari
2020, dengan responden yang diambil adalah 68 kepala keluarga.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan, tabulasi, analisa
dan disusun berdasarkan kelompok masalah kesehatan di Desa Bangbang,
Kecamatan Tembuku wilayah kerja UPT Kesmas Tembuku I untuk
selanjutnya akan dilakukan intervensi berbasis pendekatan keluarga.
29
keluarga yang bermasalah ada di rumah. Kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal
Berikut merupakan data dari 10 KK yang telah dilakukan intervensi:
a. Nama KK
Anggota Keluarga: narasi
Masalah Kesehatan:
Intervensi:
5. Penutupan KKN-IPE
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata diakhiri dengan kegiatan Penutupan.
30
Susut, Kapolsek Susut, Danramil Susut, Kepala Puskesmas Susut I, Kepala
Puskesmas Susut II, Kepala Desa Abuan, Kepala Desa Susut, Kelian Banjar
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Mahasiswa mampu melaksanakan dan memberikan intervensi terhadap
masalah-masalah yang ada dalam keluarga di masyarakat sesuai dengan
Kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum pendidikan dan tujuan KKN-
IPE di Desa Bangbang berdasarkan langkah-langkah yang sudah ditetapkan.
Mahasiswa mampu merencanakan kegiatan pergerakkan masyarakat
melalui langkah-langkah yang dimulai dari Survei Kesehatan Keluarga,
Intervensi Berbasis Pendekatan Keluarga, Monitoring dan Evaluasi.
Mahasiswa mampu merencanakan kegiatan sesuai dengan masukan atau
saran dari masyarakat, Kader, Tokoh Masyarakat, Puskesmas, dan Pengambil
Kebijakan.
Mahasiswa mampu mengkoordinasikan kegiatan yang sesuai dengan
rencana yang telah disusun bersama pihak yang bersangkutan berdasarkan
masalah kesehatan yang ada.
Mahasiswa mampu membuat atau menyusun laporan kegiatan yang telah
dilakukan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
B. SARAN
1. Untuk Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan lebih aktif memberikan intervensi pada keluarga
sesuai dengan kompetensi profesi yang dimiliki melalui berbagai kegiatan
masyarakat, posyandu dan kunjungan rumah.
31
b. Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan komunikasi yang efektif
dengan berbagai pihak dalam merencanakan dan melaksanaan kegiatan di
masyarakat.
c. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan koordinasi yang baik dan efektif
dengan berbagai pihak terkait pelaksanaan tindak lanjut sesuai prioritas
masalah yang ada di desa.
d. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan komunikasi efektif agar
mendapat kepercayaan masyarakat sehingga dapat memberikan intervensi
yang kolaboratif dan komprehensif.
e. Mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan kegiatan sesuai
bimbingan dari dosen, referensi dari buku dan teori yang telah diberikan.
3. Untuk Masyarakat
Masyarakat diharapkan ikut serta berperan aktif dalam menjalankan
program-program kesehatan, mengaplikasikan perilaku hidup sehat, dan
membagikan informasi kesehatan kepada anggota keluarga agar tercipta
masyarakat sehat.
4. Untuk Kader
Kader diharapkan ikut serta dalam berbagai pelatihan kesehatan,
membagikan pengetahuan terbaru mengenai pola hidup sehat serta
menjembatani masyarakat dengan pihak tenaga kesehatan dalam rangka
bersama-sama membangun masyarakat sehat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN DOKUMENTASI
34