TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam menjalani
yang terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi
sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup
dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta
2.2 Swamedikasi
penyakit ringan atau minor illnesses sedangkan obat yang dapat digunakan untuk
swamedikasi adalah obat-obatan yang dapat dibeli tanpa menggunakan resep dari
rasional antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya
efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak
diberikan oleh petugas apotek kepada pasien swamedikasi yang terdiri dari patient
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI,
2016).
antara lain metode WWHAM (Who is patient?, What are the symptoms?, How
long have the symptoms been present?, Action taken?, Medication being taken?)
Paxton, 2005).
2.2.2 Rekomendasi
untuk merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang
2007).
a. Bila demam lebih dari 39oC (pada anak-anak 38.50C) dan tidak bisa turun
d. Bila disertai gejala-gejala lain yang berkaitan dengan demam seperti : ruam
kulit, sakit tenggorokan berat, batuk dengan dahak berwarna hijau, sakit
telinga, sakit perut, diare, sakit bila buang air kecil atau terlalu sering buang
air kecil, bintik-bintik merah pada kulit, kejang, pingsan (Depkes RI, 2007).
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi
benar dan rasional, monitoring pengggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir
edukasi, supaya masyarakat atau pasien benar-benar memahami secara cermat dan
cerdas obat yang hendak dikonsumsi sekaligus cara penggunaan obat yang baik
dan benar (Muharni, 2015). Informasi yang perlu disampaikan oleh tenaga teknis
kefarmasian pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau bebas terbatas
antara lain:
a. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat
b. Kontraindikasi: Pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari
indikasi dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi
informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus
pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai
kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak (Depkes RI, 2007).
efek pengobatan farmakologis yang lebih baik. Beberapa hal yang dapat
f. Hubungi dokter bila suhu sangat tinggi (diatas 380C), terutama pada anak-
2.3 Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
2016).
Obat Bebas Terbatas dan obat-obat dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA),
yaitu obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan diserahkan oleh
apoteker di apotek.
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: Parasetamol (Depkes RI, 2007).
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM (Depkes RI,
2007).
Gambar 2.3 Tanda peringatan obat golongan bebas terbatas (Depkes RI, 2007).
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat (Depkes RI,
2007).
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat-obat yang termasuk ke dalam
Daftar Obat Wajib Apotek diatur oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
yaitu:
II. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924 / Menkes /Per / X / 1993 tentang
Pada penggunaan obat termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus
diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Pada
pasien swamedikasi terdapat cara penggunaan obat yang harus disampaikan oleh
tenaga kefarmasian kepada pasien, antara lain sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
kepada Apoteker.
2.4 Demam
gejala dari suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 370C. Apabila suhu tubuh
lebih dari 37,20C pada pagi hari dan lebih dari 37,70C pada sore hari berarti
demam.
Demam dianggap disebabkan oleh pelepasan pirogen endogen dari makrofag dan
imun, dan produk lain. Pirogen ini (substansi penghasil demam) bekerja pada
(Tambayong, 2000).
a. Demam Infeksi
misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam
tubuh. Demam infeksi paling sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk kedalam tubuh
persentuhan tubuh.
b. Demam Non-Infeksi
bibit penyakit kedalam tubuh. Demam non-infeksi jarang terjadi dan diderita oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan
pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik (Widjaja,
2008). Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak dan lansia, alergi,
walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal
berfluktuasi sepanjang hari, 0,50C dibawah normal pada pagi hari dan 0,50C diatas
normal pada malam hari. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur
tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi
termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 370C, setelah
suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah
hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh
produksi keringat.
meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan pirogen endogen diikuti
suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam
Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh antara lain
daya fagositosis meningkat dan viabilitas kuman menurun, tetapi dapat juga
merugikan karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak
tua mengira bahwa bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi.
Kepercayaan tersebut tidak terbukti berdasarkan fakta. Karena konsep yang salah
ini banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu
diobati. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara
fisik, obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Demam < 390C pada anak yang
sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik
>390C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas
penggunaan obat bebas dan bebas terbatas Obat yang dapat digunakan untuk
a) Parasetamol (Asetaminofen)
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak
digunakan sebagai anti-reumatik. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak
terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan
b) Asetosal (Aspirin)
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
dalam obat bebas. Aspirin dalam dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai
c) Ibuprofen
kali di banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Ibuprofen bekerja dengan cara
berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek
terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mg/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam (Kania,
2007).