Ronde Kepla Revisi
Ronde Kepla Revisi
Ronde Kepla Revisi
Oleh :
1. Aprilia Rachim P17221172016
2. Ana Mas’amah P17221173035
3. AngeliccaSunja P17221171014
4. Indah Mei Puspitasari P17221171007
5. DeaSeptiawati P17221172015
6. DyahSulistianingtyas P17221173040
7. Amalia Sholikhah J P17221173039
8. TyaDwiAnggraeni P17221174056
9. Kiki Ferliasari P17221174060
10. Shinta Wahyu Dewanti P17221174070
11. FitriYunita A P1601470097
1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Mahasiswamampumenyelesaikanmasalahpasienmelaluipendekatanberpik
irkritis.
1.2.2 TujuanKhusus
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah
klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
1.3 Manfaat
1.3.1 BagiKlien :
a. Membantumenyelesaikanmasalahkliensehinggamempercepat masa
penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawatinap
c. Memberikanperawatansecaraprofesional dan efektifkepadapasien.
d. Memenuhikebutuhanpasien.
1.3.2 BagiPerawat :
a. Dapatmeningkatkankemampuankognitif, afektif dan psikomotorperawat.
b. Menjalinkerjasamatimantarmultidisiplin.
c. Menciptakankomunitaskeperawatanprofesional.
1.3.3 BagiRumahSakit :
a. Meningkatkanmutupelayanan di rumahsakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
TAHAP PRA PP
2 RONDE
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
7 TAHAP RONDE DI
Validasi data
BED KLIEN
8
9 Lanjutan diskusi di
TAHAP PASCA
Nurse Station
10 RONDE
Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
AplikasiHasilanalisisda
n diskusi
Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Marwah RSI
MasyithohBangil, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed
consent, alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
RONDE KEPERAWATAN
RSI
MasyithohBangil No. Dokumen: No. Revisi: Halaman
Jl. A. Yani no.6
Ditetapkan Oleh :
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSI MasyithohBangil
PROSEDUR
OPERASIONAL
Nama : Tanggal :
Ruangan : Supervisor :
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak
Dilakukan
A. PERSIAPAN
1. Membuat proposal untuk kegiatan
bimbingan (dalam bentuk tertulis)
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde
3. Mendapatkan data mengenai kondisi pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan
serta meminta ijin pasien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
6. Membuka kegiatan ronde dengan
mengucapkan salam
7. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu,
tujuan ronde keperawatan (tidak didepan
pasien)
8. menjelaskan tentang hasil yang diharapkan
dari hasil ronde.
9. Menjelaskan secara umum pasiennya
masing-masing (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum
dipecahkan).
10. Mengajak peserta menuju ruang pasien.
11. Memulai kegiatan ronde keperawatan.
12. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan berdiskusi pada peserta lain,
keluarga/pasien.
13. Memberikan reinforcement pada pasien
atas kerjasamnya dalam melaksanakan
kegiatan.
C. EVALUASI
14. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
15. Memberikan reinforcement kepada peserta
16. Rencana tindak lanjut setelah kegiatan
ronde keperawatan
17. Menutup kegiatan ronde keperawatan
TOTAL NILAI
Etiologi
a) Pada Diabetes tipe I:
Ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta pankreas,
yang mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik,
imunologi dan mungkin lingkungan .
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun. Respons ini merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan
asing.
Pathway
Abnormalitas genetic, factor
lingkungan, infeksi virus
3) Faktor-faktor lingkungan
Penelitian sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
external yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b) Pada Diabetes tipe II
Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor
yang banyak berperan antara lain:
1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
penurunan produksi insulin.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin dan resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia diatas 65 tahun
3) Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari
makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula.
Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress
juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikkan
kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah
rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
4) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat
meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak
pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau
resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung
terlambat juga akan berperan pada ketidakseimbangan kerja
pankreas.
5) Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertrofi pankreas pada penderita obesitas disebabkan
karena peningkatan beban metabolisme glukosa untuk mencukupi
energi sel yang terlalu banyak.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi menurut ADA (American Diabetes Association) yang
dikutip oleh Price & Wilson (2006) dan yang telah disahkan oleh WHO,
yaitu:
a) Diabetes Melitus
1. Tipe 1 (juvenile onset dan tipe dependen insulin) 5-10% kejadian.
Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta.
Idiopatik, tidak diketahui sumbernya.
Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-
Amerika, Asia. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya
muda < 30 tahun. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis
dengan penurunan BB yang baru saja terjadi. Cenderung mengalami
komplikasi akut hiperglikemi: ketoasidosis diabetik (Brunner &
Suddarth, 2002).
2. Tipe 2 (onset maturity dan nondependen insulin) : 90-95%
kejadian.
Obesitas, herediter dan lingkungan sering dikaitkan dengan
penyakit ini. Awitan terjadi di segala usia biasanya > 30 tahun.
Cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. Mayoritas penderita
obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darah melalui
penurunan berat badan. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki
kadar glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil.
Memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk
mencegah hiperglikemi. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam
keadaan stress atau menderita infeksi. Komplikasi akut: sindrom
hiperosmolar nonketotik (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Diabetes Gestasional (GDM)
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4%
dari semua kehamilan. Faktor resiko yaitu usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional dahulu.
Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang
mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa maka
kehamilan adalah suatu keadaaan diabetogenik.
4. Tipe khusus lain
Cacat genetik fungsi sel beta: MODY
Memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan resisten
terhadap insulin.
Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom
resistensi insulin yang berat dan akantosis negrikans.
Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis
kronik.
Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali.
Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.
Infeksi.
Manifestasi Klinis
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada
penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi
intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone)
dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang
kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar
yang luar biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah
pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai
bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa
disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran
darah pada penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
4. Kelemahan tubuh
5. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
6. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan
yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan
energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian
jaringan yang rusak mengalami gangguan.
7. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
8. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
Komplikasi
Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibagi dalam 2
kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi
vaskular jangka panjang.
a) Komplikasi Metabolik Akut
1. Hyperglikemia.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) hiperglikemi
didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi
itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan
pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM
mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit
insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang
dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah
kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia yaitu :
1. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam
plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton
meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan
diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan
elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok.
Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma
dan kematian.
2. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan
karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia
muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
3. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) terutama
komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat
menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang
mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) hipoglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl
(2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Tingkatan hypoglikemia adalah sbb:
(1) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
(2) Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit
kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa
didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional,
(3) Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaran.
b) Komplikasi Kronik Jangka Panjang
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik),
glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik).
Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang
disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab
jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan
kelainan pembekuan darah.
Data Penunjang Diagnostik
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah ,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
Penatalaksanaan
a) Diet
Tujuan utama penatalaksanaan diet pada DM adalah:
Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
Mencegah komplikasi akut dan kronik.
Meningkatkan kualitas hidup.
b) Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam.
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel.
Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
(1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.
(2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler
dan membran mukosa.
R/ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan
dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
(3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan.
R/ memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB
adalah air).
(4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung.
R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan
menghindari overload j antung.
(5) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya
cairan dari buah yang manis.
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan
tekanan osmosis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masa otot.
(1) Timbang berat badan.
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan
menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM.
(2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar
gula.
R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel
untuk • mengambil glukosa.
(3) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah
nutrisi. R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol
masukan nutrisi.
(4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten.
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel.
(5) Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori
karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
(1) Pantau TTV dan status mental.
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti
suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
(2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus
dengan snellen card (apabila memungkinkan).
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.
(3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman
seperti buah pisang dan makanan yang mengandung garam.
R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan
elektrolit seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan
cairan.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
(1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang
menimbulkan keletihan.
R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang
berlebihan.
(2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi
untuk aktivitas.
(3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat
aktivitas.
(4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah
setiap hari.
R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi
metabolik dan unsur glukosa.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
(1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.
R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan
terapi pilihan.
(2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan.
R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka.
(3) Balut luka dengan kasa steril
R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme.
(4) Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik.
(1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan
bernafas.
R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh
diafragma.
(2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam tubuh.
(3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan
psikologis yang berlebihan.
R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak
diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang mengingat intervestasi informasi.
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan
pengobatannya
R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan
menghindari kejemuan informasi.
(2) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan
sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien
dan bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan
pasien dengan pasti.
(3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
(4) Tinjau ulang program pengobatan.
R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat.
8) Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan
ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya
dukungan keluarga.
(1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan.
R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang
menggunggu rejimen pengobatan.
(2) Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti
penanganan sesuai program dan konsekuensi akibat
ketidakpatuhan.
R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang /
kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat
memiliki informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-
pilihan.
(3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan keperluan.
R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan
mengarahkan pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami
kesulitan dalam menjalankan diet,
(4) Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang
mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung
kepatuhan pasien.
R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan akan lebih mampu bekerja sama.
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
a) Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat
penyakit
c) Menjelaskan masalah Nurse
klien yang belum Station PP1
terselesaikan dan 20
tindakan yang telah PP2 Menit
dilaksanakan
e) Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
f) Klarifikasi data yang
telah disampaikan
a. Evaluasi Struktur
Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Marwah RSI MasyithohBangil.
Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat
menjalankan perannya dengan baik.
c. Evaluasi Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil kegiatan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diasgnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
d) Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan
e) Meningkatkan kemampuan justifikasi
f) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
RESUME KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Pasien : Tn M
Usia : 50 tahun
No RM : 0892117
Rata-rata tensi pasien dari tanggal 04 Febuari 2020, sistole 120 mmHg dan
diastole 80 mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata
(36°-37,5°C), dan respiratory rate rata-rata 24x/menit
Pemeriksaan Fisik
B1 : Jalan nafas pasien bebas, tidak menggunakan alat bantu nafas. Suara nafas
vesikuler dengan irama nafas yang teratur. Tidak ditemukan adanya keluhan
batuk dan sputum. Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris.
Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae.
B2 : Irama jantung reguler, CRT <2 detik, tidak terdapat keluhan nyeri dada, akral
dingin dan basah, konjungtiva pink, tidak terdapat adanya tanda edema
B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, turgor elastis, nafsu makan baik, nilai
laboratorium Hemoglobin 5,6 mg/dl.
5 5
4 3
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat tampak cemas dan bingung.
Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5 mEq/L
ImplementasiKeperawatan
Diagnosa :Kerusakanintegritaskulit
Para
Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi / SOAP
f
1. Bina hubungan saling percaya S -
2. Mempertahankankeseimbangancairantubuh
.
K/U : Baik
3. Memberikanperawatanluka pada
Kes : CM
pasiensecaraberkala. GCS :4,5,6
TD : 100/80
4. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi O
05Febuar Terdapatulkus pada
i 2020 Kerusakanintergritakulit resiko infeksi : suhu ruangan, pencahayaan, ekstremitasbawahkanan
Dinas pagi dan kebisingan.
5. Menganjurkanmakanan yang
berproteintinggi.
6. Meningkatkan istirahat. A Masalah belum teratasi
7. Memonitor vital sign. Lanjutkan intervensi
P - Rawat lukagangren dan
8. Berkolaborasi dengan tim medis. debridement.
1. Bina hubungan saling percaya Pasien mengatakan
S kondisilukamasihbelummembai
Kerusakanintergritaskuli 2. Mempertahankankeseimbangancairantubuh
Dinas sore k
t
3. Memberikanperawatanluka pada Kes : CM
O
GCS : 4,5,6
pasiensecaraberkala. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 MmHg
4. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi
N : 85 x/menit
resiko infeksi : suhu ruangan, pencahayaan, S : 36,3 oC
RR : 22x/menit
dan kebisingan.
Terpasang infus
5. Menganjurkanmakanan yang RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
Dilakukanrawatluka
berproteintinggi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasidengan tim medis.
P Lanjutkan intervensi
Diagnosa:Perfusijaringanperifertidakefektif
Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf
1. Bina hubungan saling percaya. Pasienmengatakanlemas
S
dan pusing
2. Melakukan TTV
3. Melakukantranfusidarah
05Febuari
4. Memberikanmakanan yang
2020 Perfusiparifertidakefektif
Dinas pagi mengandungbanyakzatbesi O
K/U: baik
5. Kolaborasidengantimmedislainny
Kes : 456
a. TTD: 100/80
N: 90x/ menit
6. Meningkatkanuntukberistirahat Hb: 5,6g/dl
P Lanjutkan intervensi
PELAKSANAAN KEGIATAN
5.4 Metode
1. Presentasi
5.5 Media
No WAKTU KEGIATAN
Nama : Tanggal :
Ruangan : Supervisor :
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak
Dilakukan
A. PERSIAPAN
1. Membuat proposal untuk kegiatan
bimbingan (dalam bentuk tertulis)
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde
3. Mendapatkan data mengenai kondisi pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan
serta meminta ijin pasien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
6. Membuka kegiatan ronde dengan
mengucapkan salam
7. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu,
tujuan ronde keperawatan (tidak didepan
pasien)
8. menjelaskan tentang hasil yang diharapkan
dari hasil ronde.
9. Menjelaskan secara umum pasiennya
masing-masing (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum
dipecahkan).
10. Mengajak peserta menuju ruang pasien.
11. Memulai kegiatan ronde keperawatan.
12. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan berdiskusi pada peserta lain,
keluarga/pasien.
13. Memberikan reinforcement pada pasien
atas kerjasamnya dalam melaksanakan
kegiatan.
C. EVALUASI
14. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
15. Memberikan reinforcement kepada peserta
16. Rencana tindak lanjut setelah kegiatan
ronde keperawatan
17. Menutup kegiatan ronde keperawatan
TOTAL NILAI