PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada evaluasi pengelolaan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar meliputi keefektifan strategi
pembelajaran yang dilaksanakan, keefektifan media pembelajaran, cara
mengajar yang dilaksanakan dan minat, sikap, serta cara belajar peserta didik.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga
harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test untuk melakukan
pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini penguasaan
kompetensi oleh setiap peserta didik. Teknik ini berguna untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur
dengan alat tes.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Alat Evaluasi jenis non tes, antara lain observasi, wawancara, studi kasus,
rating scale (skala penilaian), check list, dan inventory, dan sebagainya.
1
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2015), 123.
2
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2015), 119.
3
Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2015), 120.
2
Teknik non tes adalah alat penilaian yang dilakukan tanpa melalui tes. Tes
ini digunakan untuk menilai karakteristik lain dari murid, misalnya komitmen
ibadah murid.4 Adapun Teknik non tes dapat dilakukan dengan jalan:
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi adalah teknik pengumpul data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja melalui proses pengamatan dan pendekatan
terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, bahkan
mungkin kita sering melakukannya, baik secara sadar maupun tidak
sadar di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas, guru sering
melihat, mengamati, dan melakukan interpretasi. Dalam kehidupan
sehari-hari pun kita sering mengamati orang lain. Pentingnya observasi
dalam kegiatan evaluasi pembelajaran mengharuskan guru untuk
memahami lebih jauh tentang judgement, bertindak secara reflektif, dan
menggunakan komentar orang lain sebagai informasi untuk membuat
judgement yang lebih reliabel. Hal yang harus dipahami oleh guru
adalah bahwa tidak semua yang dilihat disebut observasi. Observasi
yang dilakukan oleh guru di kelas tidak cukup hanya dengan duduk dan
melihat melainkan harus dilakukan secara sengaja, hati-hati, sistematis,
sesuai dengan aspek-aspek tertentu, dan berdasarkan tujuan yang jelas.
Untuk memperoleh hasil observasi yang baik, maka kemampuan guru
dalam melakukan pengamatan harus sering dilatih, mulai dari hal-hal
yang sederhana sampai dengan hal-hal yang kompleks.
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan
observasi disebut pedoman observasi. Observasi tidak hanya digunakan
dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang penelitian, terutama
penelitian kualitatif.5
b. Tujuan Observasi
Tujuan utama observasi, yaitu: 1) untuk mengumpulkan data dan
informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa
maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan, 2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru
maupun perilaku peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru,
4
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010), 61.
5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 152.
3
dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial
(social skills).
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk
menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku
peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama,
hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta
didik, dan perilaku sosial lainnya. Jika ingin menggunakan observasi
sebagai alat evaluasi, maka evaluator harus memahami terlebih dahulu
tentang:
a) Konsep dasar observasi, mulai dari pengertian, tujuan, fungsi,
peranan, karakteristik, prinsip-prinsip sampai dengan prosedur
observasi.
b) Perencanaan observasi, seperti menentukan kegiatan apa yang akan
diobservasi, siapa yang akan melakukan observasi, rencana
sampling, menyusun pedoman observasi, melatih pihak-pihak yang
akan melakukan observasi dalam menggunakan pedoman
observasi.
c) Prosedur observasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan dan penafsiran sampai dengan pelaporan hasil
observasi.6
c. Karakteristik Observasi
6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 153.
4
c) Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang
tipe-tipe tingkah laku tertentu.
d) Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-
pencatatan dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyadarkan diri
pada ingatan.
e) Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang
memang telah terlatih untuk melakukannya.
f) Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin
keadaan dan kesahihan.
5
c) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara
ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang
diteliti.7
7
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 154.
8
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 155.
6
e. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
7
4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang
berkenaan dengan proses belajar peserta didik dan kepribadianya
maupun penampilan guru dalam pembelajaran.
5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan
pedoman observasi
6) Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7) Melaksakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8) Mengolag dan menafsirkan hasil observasi.9
g. Fungsi Observasi
Untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan secara pemahaman
mengenai diri murid, juga berfungsi untuk menunjang dan melengkapi
bahan-bahan yang diperoleh interview
h. Alat pencatatan observasi
1) Anecdotal records
Suatu bentuk pengamatan berkala yang melukiskan tingkah
laku atau kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan yang
singkat dan objektif.
2) Checklist (daftar cek),
Sebuah daftar yang memuat atau berisi aspek-aspek yang
mungkin terhadap dalam suatu situasi, kegiatan maupun tingkah
laku yang sudah menjadi focus perhatian atau yang sedang
diamati.
Karakteristik daftar cek yang baik :
9
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 156.
8
a)
Kuantitatif, biasanya digabungkan dengan beberapa pernyataan
deskriptif mengenai sifat yang dapai dinilai menurut jumlah unit
b) Grafis, biasanya terdiri atas suatu garis dimana penilai/observer
memberikan tanda pada titik yang kiranya sangat mendekati
penilaian atas individu.
c) Deskriptif, biasanya mengemukakan sejumlah pernyataan yang
menggambarkan berbagai tingkat keadaan, sifat atau ciri-ciri.
4) Alat-alat mekanis (mechanical device)
Dalam observasi banyak dipergunakan alat-alat mekanis,
elektronis dan optis. Alat-alat yang dipergunakan misalnya:
kamera, tape recorder, video casstte, dan sebagainya.
2. Interview (wawancara)
a. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul data yang dilakukan secara
bertatap muka (face to face) bertujuan untuk menjaring data dan
informasi murid dengan jalan bertanya secara lisan dan langsung
kepada sumber data (murid) ataupun kepada orang lain.10
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun
tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara lanngsung
adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara
atau guru dengan oarag yang diwawncarai atau peserta didik tanpa
melalui perantara, sedanglkan wawancara tidak langsungartinya
pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik
melalui perantaraan orang lain atau media. Jadi tidak menemui
langsung kepada sumbernya.
b. Tujuan Wawancara
10
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010), 63.
9
belajar, 3) pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan
personal.
d. Bentuk Wawancara
1) Persiapan:
a) Menentukan tujuan dari wawancara
b) Menetapkan bentuk-bentuk pertanyaan
c) Menetapkan responden/interviewee yang betul-betul informasi
d) Menetapkan jadwal wawancara
e) Menetapkan jumlah responden
f) Menghubungi responden
2) Pelaksanaan:
a) Mengadakan seleksi dari berbagai pertanyaan yang sesuai
dengan maksud dan tujuan tertentu
b) Mengadakan wawancara
3) Penutup:
a) Menyusun laporan hasil-hasil wawancara
11
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 158.
10
b) Mengadakan evaluasi apakah wawancara yang telah
dilaksanakan ini cukup memadai
c) Mengadakan bentuk diskusi tentang pelaksanaan wawancara
f. Jenis wawancara (interview)
1) Wawancara jabatan: adalah wawancara yang ditujukan untuk
mencocokkan seorang calon pegawai dengan pekerjaan yang tepat.
2) Wawancara informative: adalah wawancara yang ditujukan untuk
memperoleh data atas memberikan informasi.
3) Wawancara disipliner: adalah wawancara yang ditujukan untuk
menuntut perubahan tingkah laku seseorang ke arah kegiatan yang
diinginkan pewawancara.
4) Wawancara penyuluhan: adalah wawancara yang bertujuan untuk
memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalah
atau kesulitan belajarnya.12
11
(3) Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali,
baik, sedang, dan kurang
(4) Menggunakan istilah-istilah yang menunjukan status seperti sangat
rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-tara, dan sangat tinggi
(5) Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5),
kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali(2), dan tidak pernah(1).
13
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 159.
14
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010), 65.
12
dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda
centang apad tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaianya.
Contoh:
Berilah tanda cetak (√) pada kolom yag sesuai dengan pendapat saudara.
Pendapat
Tidak
Pernyataan Penting Biasa Penting
1.Melihat
pemandangan indah
2.Olahraga tiap pagi
3.Melihat film
4.Belajar menari
5.Tulisann bagus
6.Bekujung ke kawan
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 29.
16
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 164.
17
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010), 65.
13
5. Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variable
tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena
yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah di
tentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya
variable tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana itensitas gejala yang
ingin di ukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar.
Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak ada. Hal ini agak kuranh
realistic. Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun
prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, untuk
mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
6. Angket (Kuesioner)
a. Pengertian Angket
Angket atau kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang harus di
jawab oleh responden, yang di gunakan untuk mengubah berbagai
keterangan yang langsung di berikan oleh responden. Angket sebagai alat
pengumpul data mempunyai ciri khas yang membedakan dengan alat
pengumpul data lainnya.19
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau
informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket
mempunyai kasamaan dengan wawancara, kecuali dalam
implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan
wawancara dilaksanakan secara lisan.
b. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Keuntungan angket antara lain:
18
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 165.
19
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010), 66.
14
1) Responden dan menjawab dengan bebas tanpa di pengaruhi oleh
hubunagn dengan peneliti atau penilai
2) Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya
homogeny
3) Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden
yang besar di jadilkan sampel.
Kelemahanya adalah:
SD SLTP SLTA
Perguruan Tinggi √
Tanda cetak (√) dibutuhkan pada kotak di depan “Perguruan
Tinggi” jika pengisi berstatus mahasiswa.20
20
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 29.
15
b) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
Kuesioner terbuka disusun apabia macam jawabannya akan
beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak
mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang
disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta
pendapat seseorang.
Contoh:
Untuk membimbing mahasiswa ke arah kebiasaan membaca buku-
buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing
sebagai salah satu buku wajib.
Bagaimana pendapat saudara?
Jawab:.................21
d. Penyusunan Angket
21
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 28.
16
(2) Hindarkan tambahan, seperti “biasanya”, “sering kali”
hendaknya dihindari.
b) Jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban.
Misalnya, “kamu tidak menganggap dia anak yang cerdas,
bukan?”
c) Jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat
pertanyaan. Misalnya, “apakah kamu tidak senang untuk tidak
membaca buku pelajaran?”
d) Hindari pertanyaan berlaras dua, seperti: “apakah kamu senang
belajar membaca dan berhitung?”
e) Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, apakah kamu
suka belajar komputer di rumah? pertanyaan ini tidak tepat.
Bagaimana jika anak tidak mempunyai komputer? Untuk itu,
perlu dibuat dua pertanyaan, seperti: (1) apakah kamu
mempunyai komputer di rumah? (2) Jika Ya, apakah kamu
senang belajar komputer di rumah?.
f) Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka harus membagikan
lagi angket itu kepada peserta didik yang lain sebanyak yang
tidak menjawab (tidak mengembalikan).
g) Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat
pengantar angket.
h) Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu
sedikit.22
e. Jenis Angket
1) Tipe isian
a) Isian terbuka
b) Isian tertutup
2) Tipe pilihan
a) Pilihan paksa
b) Pilihan ganda23
17
a. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa yang dilakukan oleh sesoarng dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana pengaruh timgkah laku seseorang terhadap lingkungan?
24
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 166.
18
membandingkan beberapa kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan
pencatatan
3) Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap
perlu diselidiki itu.25
9. Sosiometri-sosiogram
a. Pengertian Sosiometri
Sosiometri adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur
hubungan social didalam kelompoknya. Sosiometri dapat pula
dipergunakan untuk mengetahui popularitas seseorang dalam
kelompoknya, serta meneliti kesukaran seseorang terhadap teman-
temannya dalam kelompok baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja
dengan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya. 26
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun dan
sampai batas tertentu dapat mengkuatifikasi pendapat-endapat peserta
didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara
mereka. Seperti diketahui, di sekolah banyak peserta didik kurang
mampu menyesuaikan diri, mudah tersinggung. Hal ini dapat dilihat
ketika mereka sedang istirahat, bermain, atau mengerjakan tugas
kelompok. Fenomena tersebut menunjukan adanya kekurangmapuan
peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Kondisi
seperti ini perlu di ketahui dan di pelajari oleh guru dan dicarikan upaya
untuk memperbaikinya, karena dapat menggaggu proses belajarnya.
25
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya:2016), 169.
26
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: Uin Maliki Press, 2010),67.
19
4) Pilihan-pilihan yang setar dalam table digambarkan pada sebuah
sosiogram.27
c. Kegunaan Sosiometri
1) Memperbaiki hubungan insani
2) Menentukan kerja kelompok tertentu
3) Meneliti kemampuan memimpin
4) Untuk mengatur tempat duduk dalam kelas
5) Untuk mengetahui perpecahan kelompok
d. Pelaksanaan Sosiometri
1) Persiapan:
(a) Menentukan kelompom murid yang diselidiki
(b) Mempersiapkan angket sosiometri
(c) Memberikan informasi tertentu tentang tujuan
diselenggarakannya sosiometri
2) Pelaksanaan:
(a) Membagikan dan mengisi angket
(b) Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah pengisian
angket tersebut sudah benar
3) Penutup:
(a) Memeriksa hasil angket sosiometri
(b) Mengadakan tabulasi dalam metrik sosiometri
(c) Membuat sosiogram
(d) Membuat indeks pemilihan
(e) Membuat laporan sosiometri
e. Mengadakan Hubungan (Analisis Sosiogram)
1) Bentuk segitiga, menggambarkan segitiga menunjukan hubungan
yang harmonis
2) Hubungan social yang terpusat
3) Hubungan social yang akrab dan berpasangan
4) Hubungan berbentuk jala
5) Hubungan berbentuk rantai28
20
melalui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinan, dan
dominasi.
Dari sekian banyak bentuk tes dam non tes, pada akhirnya guru harus
memilih bentuk-bentuk tersebut sesuai dengan ranah yang diukur. Misalnya,
untuk ranah kognitif, guru dapat menggunakan bentuk tes lisan, tes
perbuatan, tes tertulis dalam bentuk uraian, bentuk pilihan-ganda, bentuk
benar-salah, bentuk jawaban singkat, dan atau bentuk menjodohkan. Untuk
ranah afektif, guru dapat menggunakan bentuk skala sikap, observasi, skala
minat, wawancara, laporan pribadi, dan lain-lain. Untuk ranah psikomotorik,
ada baiknya kita mengikuti pendapat Gagne (1977), yang mengatakan “ada
dua kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan, yaitu
kondisi internal dan kondisi eksternal.” Untuk kondisi internal, guru dapat
menggunakan du acara, yaitu mengingatkan kembali sub-sub keterampilan
yang sudah dipelajari dan mengingatkan langkah-langkah gerakan yang
telah dikuasai. Untuk kondisi eksternal, guru dapat menggunakan instruksi
verbal, gambar, demonstrasi, praktik, dan umpan balik.
29
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 172.
21
Dalam melakukan penilaian, kebanyakan guru-guru di ssekolah hanya
memberikan nilai pada akir pembelajaran. Guru masih belum terbiasa
memberikan penghargaan terhadap tingkah laku peserta didik yang baik.
Sebaliknya guru sering membrikan komentar negative atau perlakuan yang
kasar terhadap tingkah laku peserta didik yang salah. Hal ini akan
berdampak negative bagi perkembangan kebribadian peserta didik itu
sendiri.
30
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), 173.
31
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 31.
22
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
23
Teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang tidak
dapat dinilai secara kuantitatif seperti dalam teknik tes. Dengan kata lain
penilaian non tes berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati,
dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat
diamati oleh indera. Teknik non test, meliputi observasi, interview, skala sikap,
problem checklist, skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental,
sosiometri-sosiogram, inventori kepribadian, teknik pemberian penghargaan
kepada peserta didik,dan riwayat hidup.
B. Saran
Demikian pembahasan yang kami sampaikan. Harapan kami, dengan
adanya tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita,
tentang “Pengembangan Alat Evaluasi Jenis Non Test”. semoga bermanfaat
bagi para pembaca dan sudilah memberi motivasi, kritik, saran yang selalu
penulis nantikan untuk membebani karya-karya tulis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
24
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV
Pustaka Setia
Bumi Aksara
25