Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pembimbing : Ns Kristamuliana S.Kep, M.

Kep

SISTEM INTEGUMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


INFEKSI BAKTERI

OLEH :
KELOMPOK II
Cyprianus M. Hurulean 1701071
Muh. Agung 1701076
Ita Pusmita Sari 1701045
Riska 1701063
Nia Puspita 1701051
Salmawati 1701064
Fitriah Handayani 1701041
Nurul Hikma Rahim 1701055
Reski Paradillah 1701061

S1 KEPERAWATAN (KONVERSI) SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga tugas laporan yang kami susun
ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah sistem integumen yang telah memberikan
tugas dalam upaya meningkatkan kemampuan untuk memahami materi tersebut dan
sebagai pembelajaran secara berkelompok.

Sebagai hamba Allah yang tidak luput dari kekurangan, kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan di dalamnya,
itu dikarenakan kemampuan kami yang terbatas. Namun berkat kerja sama kami,
akhirnya pembuatan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap laporan yang kami kerjakan dan kami susun ini dapat
bermanfaat.

Makassar, Juli 2018

Kelompok II
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................. i

Daftar isi ......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang penulisan .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Kusta ..............................................................................................
2. Folikulitis .......................................................................................
3. Furukel ...........................................................................................
B. Konsep Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan ...................................................................
2. Intervensi keperawatan ..................................................................
3. Implementasi keperawatan ............................................................
4. Evaluasi kepererawatan .................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sitem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

dan melindungi terhadap lingkungan sekitar. Secara ilmiah kulit adalah lapisan

terluar yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi

permukaan tubuh. Kulit atau integumen dapat terserang penyakit. Penyakit kulit

adalah penyakit infeksi yang paling umum, erjadi pada orang-orang dari segala

usia. Infeksi pada kulit dapat terjadi salah satunya karena infeksi bakteri.

Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan waktu lama untuk

menunjukkan efek.

Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder, infeksi kulit primer

berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini

disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi

akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrupsi keutuhan

kulit karena cedera atau pembedahan. Infeksi bakteri yang sering terjadi antara

lain; kusta, folikulitis dan furukel.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kusta, folikulitis dan furukel.?

2. Bagaimana etiologi penyakit kusta, folikulitis dan furukel?

3. Bagaimana patofisiologi penyakit kusta, folikulitis dan furukel?

4. Apa manifestasi klinik penyakit kusta, folikulitis dan furukel?

5. Bagaimana asuhan keperawatan kusta, folikulitis dan furukel?


C. Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui definisi penyakit kusta, folikulitis dan furukel.

2. Untuk mengetahui etiologi penyakit kusta, folikulitis dan furukel.

3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit kusta, folikulitis dan furukel.

4. Untuk mengetahui manifestasi klinik kusta, folikulitis dan furukel.

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit kusta, folikulitis dan furukel.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Kusta

a. Definisi

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh

mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan

jaringan kulit lainnya, kecuali susunan saraf pusat.

Kusta adalah penyakit menular yang masih merupakan Masalah

yang sangat kompleks. Masalah yang ada bukan saja dari segi medisnya,

tetapi juga masalah social,ekonomi, budaya, serta keamanan dan

ketahanan nasional(Yudhoyono, 2011).

b. Etiologi

Kuman penyebab adalah mycobacterium leprae yang ditemukan

oleh G.A.Handsen pada tahun 1874 di Nerwegia, yang sampai sekarang

belum juga dapat dibiarkan dalam media artificial. Mycobacterium

Leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 Um , tahan asam dan

alcohol serta positif gram .(Kosasi dan sri linuwih , 2010)

c. Patofisiologi

Kuman M.Leprae masuk kedalam tubuh dapat melalui beberapa

cara di antaranya melalui kulit, atau saluran pencernaan. Setelah masuk

kedalam tubuh kuman menuju ketempat predileksinya, yaitu sel Schwan

pada saraf tepi. Didalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut

pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan atau kekulit.


Perkembaangan penyakit kusta ini bergantung pada kerentanan

seseorang respon tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat

sistem imunitas seluler. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit

berkembang ke arah tipe tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah

tipe lepramatosa. M.Leprae berpredilaksi didaerah dingin, yaitu daerah

akral dengan vaskularisasi yang sedikit.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Deparetemen kesehatan RI (2006), diagnosis penyakit

kusta di tetapkan dengan cara mengenali cardinal sign atau tanda utama

penyakit kusta yaitu:

1) Bercak pada kulit yang mengalami mati rasa, bercak dapat

berwarna putih (Hypapigmentasi) atau berwarna merah

(Erithematous), penebalan kulit (Plakinfihrate) atau berupa Nodul-

nodul. Mati rasa dapat terjadi terhadap rasa, raba, suhu, dan sakit

yang terjadi secarah total atau sebagian.

2) Penebalan pada saraf tapi disertai dengan rasa nyeri dan gangguan

pada fungsi saraf yang terkena. Saraf sensorik mengalami mati

rasa, saraf motorik mengalami kelemahan otot (parase) dan

kelumpuhan (paralisis), dan gangguan pada saraf otonom berupa

kulit kering dan retak – retak.

3) Gejala pada penderita kusta yang dapat ditemukan biasanya

penderita mengalami demam dari derajat rendah mengigil, nafsu

makan menurun, mual dan kadang di ikuti dengan muntah.

Penderita kusta juga mengalami sakit kepala , kemerahan pada


lestis, radang pada pleura, radang pada ginjal, terkadang disertai

penurunan fungsi ginjal, pembesaran hati dan empedu, serta radang

pada serabut saraf (Zulkifli, 2003).

Tanda dan gejala menurut jenisnya:

1) Jenis kusta kering

a) Bercak keputihan seperti panu.

b) Bercak keputihan tersebut mati rasa, artinya bila di sentuh dengan

kapas tidak terasa atau kurang terasa.

c) Permukaan bercak kering dan kasar.

d) Permukaan bercak tidak berkeringat.

e) Batas (pinggir) bercak jelas dan sering ada bintik-bintik kecil

f) Penyakit kusta kering kurang atau tidak menular. Pada awalnya

penderita kusta tidak merasa terganggu, karena seperti orang panu

saja.

g) Bila tidak segera di obati dan dibiarkan saja, akan timbul cacat.

2) Jenis kusta basah

a) Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata

diseluruh kulit badan.

b) Terjadi penebalan dan pembengkakan bercak.

c) Pada permukaan bercak, sering-sering masih ada rasa bila di

sentuh dengan pakas.

d) Pada permulaan , tanda dari jenis kusta basah sering terdapat pada

kuping telinga dan muka wajah.


e) Penyakit kusta basah dapat menular kepada orang lain, maka bagi

yang menderita penyakit kusta jenis basah harus berobat yang

baik dan teratur sampai selesai seperti yang telah di tetapkan.

f) Kalau tidak berobat dengan baik akan terjadi cacat, oleh karena

itu bila terdapat tanda-tanda tersebut diatas supaya segera

memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

2. Folikulitis (Peradangan folikel rambut)

a. Definisi

Folikulitis adalah respon peradangan pada folikel rambut akibat

infeksi folikel rambut atau 1 folikel.

Folikulitis adalah peradangan yang terjadi pada tempat rambut

tumbuh yang biasanya di sebabkan oleh infeksi bakteri.

b. Etiologi

Disebabkan oleh infeksi folikel rambut atau kondisi kulit lainnya.

Berikut hal-hal yang memicu:

1) Kondisi kulit seperti dermatitis dan jerawat.

2) Visus , jamur, rambut yang tumbuh kearah dalam (ingrown hair).

3) Luka akibat kecelakaan atau operasi.

4) Folikel rambut yang rusak atau tersumbat akibat tergesek pakaian

atau saat mencukur.

5) Penyebab utamanya folikulitis adalah bakteri stapylococcus aureus.


c. Patofisiologi

Mycroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat

retakan sawar kulit (serta tempat luka). Kemudian mycroorganisme

menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut.(Kowalak, 2011)

d. Manifestasi Klinis

Gejala –gejala umum dari folikulitis adalah:

1) Kulit terasa gatal dan nyeri.

2) Akan terdapat sekumpulan benjolan berwarna merah dan berisi

nanah pada bagian sekita folikel rambut.

3) Selanjutnya akan terjadi lepuhan kulit yang bergerak dan berisi

nanah yang pecah.

4) Kulit anda juga akan berwarna merah meradang.

5) Ada juga akan merasakan nyeri pada bagian yang bengkak tersebut.

6) Selanjutnya anda juga akan mendapatkan sebuah benjolan yang

bengkak dan besar pada bagian yang terinfeksi.

3. Furukel

a. Definisi

Furukel adalah inflamasi akut yang timbul dalam pada 1 atau lebih

folikel rambut dan menyebar kelapisan dermis sekitarnya. Kelainan ini

lebih dalam dari folikulitis.

b. Etiologi

Furukel dapat disebabkan oleh beberapa factor, di antaranya:

1) Iritasi pada kulit.

2) Kebersihan kulit yang kurang terjaga.


3) Daya tahan tubuh yang rendah.

4) Infeksi oleh stapilococcus aureus berbentuk bulat diameter 0,5-1,5

Um, susunan bergerombal seperti anggur, tidak mempunyai kapsul,

nonmotil katalase positif.

c. Patofisiologi

Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut pada kulit

(folikulitis) yang menyebar pada jaringan sekitarnya radang nanah yang

dekat sekali dengan kulit di sebut (pustule). Kulit diatasnya sangat tipis,

sehingga nanah didalamnya dapat dengan mudah mengalir keluar.

Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam,

kadang- kadang nanah yang berada dalam bisul di serap sendiri oleh

tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang pada kulit.

d. Manifestasi Klinis

Gejala –gejala umum dari furukel adalah:

1) Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri. Berbentuk

halus, berbentuk kubah dan berwarna merah disekitarnya.

2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritemotosa yang berbentuk

kerucut dan memiliki pustule.

3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan

nekrotik yang dapat pecah menbentuk pistel lalu keluar melalui

lobus minoris resistensie.

4) Setelah seminggu, umunya furukel akan pecah sendiri dan sebagian

dapat menghilangkan dengan sendirinya.


5) Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai

3-10 cm atau bahkan lebih.

6) Demam dan malase sering muncul dan pasien tampak sakit berat.

7) Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan membentuk

lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh

perlahan dengan granulasi.

8) Waktu penyembuhan kurang lebih 2 minggu.

9) Jaringan parat permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.

B. Konsep Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

b. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan lapisan kulit, ,

gangguan permukaan kulit, kelembapan, perubahan pigmentasi,

perubahan turgor.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia

e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

2. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NIC NOC

Domain : 12. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


1.
Kenyamanan keperawatan selama …. x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri

Kelas : 1. Kenyamanan jam, diharapkan nyeri dapat komperehensif yang meliputi


Fisik terkontrol dengan indikator : lokasi, karakteristik, durasi,

Kode : 00132 1. Dapat mengenali kapan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas

Diagnosa : nyeri akut terjadi atau beratnya nyeri dan faktor

berhubungan dengan agen 2. Dapat menggunakan pencetus.

cedera biologis tindakan pengurangan nyeri 2. Gunakan strategi komunikasi

tanpa analgetik terapeutik untuk mengetahui

Dapat melaporkan nyeri pengalaman nyeri dan

yang terkontol sampaikan penerimaan pasien

terhadap nyeri.

3. Gali bersama pasien factor-

faktor yang dapat menurunkan

atau memperberat nyeri

4. Ajarkan prinsip-prinsip

manejeman nyeri

5. Dorong pasien untuk

memonitor nyeri dan

menangani nyerinya dengan

tepat

6. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti

suhu, pencahayaan dan

kebisingan.

7. Libatkan keluarga dalam

modalitas penurunan nyeri jika

memungkinkan

8. Pastikan perawatan analgesic


bagi pasien dilakukan dengan

pemantauan yang ketat.

Domain : 11. Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam:


2.
Keamanan/Perlindungan keperawatan selama ....x24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital

Kelas : 6. Termoregulasi diharapkan suhu tubuh klien 2. Monitor warna kulit dan suhu

Kode : 00007 normal dengan indikator: kulit

Diagnosa : Hipertermia 1. Tanda-tanda vital dalam 3. Mandikan pasien dengan spon

berhubungan dengan batas normal (Nadi, Suhu, hangat (hanya untuk pasien

proses inflamasi Pernafasan). dengan suhu yang sangat

2. Tidak ada tanda-tanda tinggi)

infeksi 4. Tutup pasien dengan selimut

atau pakaian ringan, tergantung

pada fase demam.

5. Fasilitasi istirahat, terapkan

pembatasan aktivitas jika

diperlukan.

6. Pantau komplikasi yang

berhubungan dengan demam

serta tanda dan gejala kondisi

penyebab demam (misal,

kejang, penurunan tingkat

kesadaran, status elektrolit

abnormal).

7. Beri obat atau cairan IV (misal,

antipiretik, agen antibakteri dan

agen anti menggigil)


Perlindungan infeksi:

8. Monitor adanya tanda dan

gejala infeksi.

9. Monitor kerentangan terhadap

infeksi.

10. Skirining semua pengunjung

terkait penyakit menular.

11. Periksa kulit adanya

kemerahan dan kehangatan

ekstrim.

12. Ajarkan pasien dan keluarga

mengenali tanda dan gejala

infeksi.

13. Ajarkan pasien dan keluarga

bagaimana cara menghindari

infeksi.

14. Kolaborasi pemberian

antibiotik.

Domain : 11. Setelah dilakukan tindakan Perawatan tirah baring :


3.
Keamanan/Perlindungan keperawatan ....x24 jam 1. Tempatkan matras atau kasur

Kelas : 2. Cidera fisik diharapkan dapat menunjukkan terapeutik cara yang tepat

Kode : 00046 peningkatkan penyembuhan dan 2. Jaga kain linen kasur tetap

Diagnosa : Kerusakan komplikasi dengan indikator: bersih dan bebas kerutan

integritas kulit 1. Tidak terdapat ruam kulit 3. Balikkan pasien paling tidak

berhubungan dengan setempat (local) setiap 2 jam, sesuai dengan

kerusakan lapisan kulit, 2. Tidak terdapat rasa gatal jadwal yang spesifik
, gangguan permukaan setempat (local) 4. Monitor kondisi kulit pasien

kuliit, kelembapan, 3. Tidak terdapat peningkatan 5. Bantu menjaga kebersihan (

perubahan pigmentasi, suhu kulit setempat (local) mis, dengan menggunakan

4. Tidak terdapat lecet pada deodorant atau parfum)


perubahan turgor.
kulit Pengecekan kulit :

1. Monitor warna dan suhu kulit

2. Periksa kulit terkait dengan

adanya kemerahan,

kehangatan ekstrim dan

edema

3. Lakukan langkah- langkah

untuk mencegah kerusakan

lebih lanjut ( misalnya,

melapisi kasur, menjadwalkan

reposisi)

4. Monitor perubahan membrane

mukosa

5. Ajarkan anggota keluarga

mengenai tanda-tanda

kerusakan kulit

6. Berikan perlindungan pada

kulit seperti krim pelembab

atau penyerap cairan, untuk

mengatasi basah berlebih

7. Lembabkan kulit yang kering

dan pecah- pecah


8. Hindari air panas dan gunakan

sabun yang lembut saat mandi

9. Dokumentasikan gambaran

perkembangan kulit setiap

hari mulai dari hari pertama

dirawat

Domain : 2. Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


4.
Kelas : 1. Makan keperawatan selama ...x24 1. Identifikasi adanya alergi
Kode: 00002 jam, diharapkan nafsu makan makanan yang dimiliki
Diagnosa : meningkat dengan kriteria pasien.
hasil : 2. Diskusikan dengan keluarga
Ketidakseimbangan
1. Status nutrisi : asupan mengenai kebutuhan nutrisi
nutrisi: kurang dari
makanan dan cairan (yaitu mebahas tentang
kebutuhan berhubungan adekuat pedoman diet).
2. Berat badan : massa 3. Tentukan jumlah kalori dan
dengan anoreksia.
tubuh normal jenis nutrisi yang
3. Nafsu makan meningkat dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
4. Berikan makanan sambil
menawarkan bimbingan
terhadap pilihan makanan
yang lebih sehat, jika
diperlukan.
5. Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan.
6. Pastikan makanan disajikan
dengan cara yang menarik
dan suhu yang paling cocok
untuk konsumsi secara
optimal.
7. Anjurkan keluarga pasien
untuk membawa makanan
favorit pasien sementara
pasien berada di rumah
sakit.
8. Bantu pasien membuka
makanan, memotong
makanan, dan makan, jika
diperlukan.
9. Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi.
10. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
kontipasi.
11. Monitor kalori dan asupan
makanan.
12. Monitor penurunan dan
kenaikan berat badan.
Domain: 4. aktivitas atau Setelah dilakukan tindakan Peningkatan latihan: latihan
5
istrahat keperawatan selama ....x24 jam kekuatan

Kelas : 2. diharapkan terjadi toleransi 1. Dapatkan persetujuan medis

aktivitas/olahraga terhadap aktivitas dengan untuk memulai program latihan

Kode: 00085 indikator: kekuatan jika diperlukan

1. Kekuatan tubuh bagian atas 2. Bantu pasien dalam


Diagnosa: hambatan
dan bawah membaik. mengespresikan nilai,
mobilitas fisik
2. Kemudahan dalam kepercayaan dan tujuannya
berhubungan dengan
melakukan ADL. dalam melakukan latihan otot
kelemahan otot
3. Toleransi dalam melakukan dan kesehatan
aktivitas. 3. Tentukan tingkat kebugaran

otot dengan latihan dilokasi

4. Beri informasi mengenai jenis

(latihan) daya tahan otot yang

bisa dilakukan (misalnya,

{latihan} tanpa beban,

pembebanan dengan mesin,

objek angkat berat, {olahraga})

5. Bantu mengembangkan

program latihan kekuatan yang

sesuai dengan tingkat

kebugaran otot, hambatan

musculoskeletal, tujuan

kesehatan fungsional, sumber

peralatan latihan,

kecenderungan pribadi dan

dukungan sosial

6. Spesifikkan tingkat resistensi,

jumlah pengulangan, jumlah set

(latihan), dan frekuensi dari sesi

latihan menurut level kebugaran

dan ada atau tidaknyaa factor

resiko

7. Modifikasi gerakan dan metode

dalam mengaplikasikan

resistensi untuk pasien yang


harus tetap duduk di kursi

maupun ditempat tidur

8. Instruksikan untuk mengenali

tanda / gejala latihan yang bisa/

tidak bisa ditoleransi selama

dan setelah sesi latihan

(misalnya, {kepala} terasa

ringan, otot yang tidak

biasanya, nyeri tulang atau

sendi, kelemahan, kelelahan

yang ekstrem)

Evaluasi ulang tingkat

kebugaran otot setiap bulan

Domain : 6. Persepsi diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan citra tubuh :


6.
Kelas : 3. Citra tubuh keperawatan selama ..x24 jam 1. Bantu pasien untuk

Kode : 00118 diharapkan mampu menerima mediskusikan perubahan-

Diagnosa : dan beradaptasi dengan perubahan (bagian tubuh)

Gangguan citra tubuh penampilan dan fungsi tubuh disebabkan adanya penyakit

berhubungan dengan sendiri dengan indicator : dengan cara yang tepat

penyakit 1. Pasien mampu menyesuaikan 2. Tentukan perubahan fisik saat

diri terhadap perubahan ini apakah berkontribusi pada

penampilan fisik citra diri pasien

2. Pasien mampu menyesuaikan 3. Bantu pasien memisahkan

diri terhadap perubahan status penampilan fisik dari perasaan

kesehatan berharga secara pribadi dengan

Pasien mampu menyesuaikan tepat


diri terhadap perubahan tubuh 4. Bantu pasien mediskusikan

stressor yang mempengaruhi

citra diri terkait dengan kondisi

kongenital, cedera, penyakit

atau pembedahan

5. Monitor frekuensi dari

pernyataan mengkritisi diri

6. Tentukan persepsi pasien dan

keluarga terkait dengan

perubahan citra diri dan realitas

7. Tentukan apakah perubahan

citra tubuh berkontribusi pada

peningkatan isolasi sosial

3. Implementasi Keperawatan

Menurut NANDA (2012-2014) implementasi yang dilakukan perawat

terdiri dari:

a. Do (melakukan) yang dibagi menjadi dependent intrventionis

dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberian perawatan

kesehatan lain dan independent(outonomous) intrventions yang

dilakukan dengan nursing orders.

b. Delegate (mendelegasikan) yaitu pelaksanaan order bias didelegasikan

dengan mencermati tugas dan tanggung jawab komunikasi yang tepat,

adanya supervise atau pengecekan aktifitas yang didelegasikan.


c. Record (mencatat) yaitu pencatatan bisa dilakukan dengan format

Keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan suatu aktifitas yang direncanakan,

terus menerus, aktifitas yang disengaja yaitu klien, keluarga, perawat dan

petugas kesehatan lain menentukan kemajuan klien terhadap outcome yang

dicapai dan keefektifan dari rencana asuhan keperawatan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi bakteri pada kulit bisa primer atau sekunder, infeksi kulit primer

berawal dari kulit yang sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini

disebabkan oleh satu macam mikroorganisme. Infeksi kulit sekunder terjadi

akibat kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya atau akibat disrupsi keutuhan

kulit karena cedera atau pembedahan. Infeksi bakteri yang sering terjadi antara

lain; kusta, folikulitis dan furukel.

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa Keperawatan harus memahami Konsep Medis

dari penyakit-penyakit infeksi bakteri pada sistem integumen dan mengetahui

bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai