Ronde Keperawatan Lawang
Ronde Keperawatan Lawang
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir
kritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien :
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawat inap
c. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
d. Memenuhi kebutuhan pasien.
1.3.2 Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TAHAP PRA PP
2 RONDE
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
7 TAHAP RONDE DI
Validasi data
BED KLIEN
8
9 TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi di
Nurse Station
Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
Aplikasi Hasil analisis
dan diskusi
Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Aster A RSUP Muhammad
Hoesin, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat,
dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis DM type 2 + ulkus
pedis + sepsis + anemia dengan masalah keperawatan kerusakan integritas
jaringan
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner & Sudarth, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka
diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price &
Wilson, 2006).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi &
Sukarmin, 2008).
Pathway
Abnormalitas genetic, factor
lingkungan, infeksi virus
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM >
140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai
gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik.
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
Penatalaksanaan
a) Diet
Tujuan utama penatalaksanaan diet pada DM adalah:
Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar normal.
Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
Mencegah komplikasi akut dan kronik.
Meningkatkan kualitas hidup.
b) Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel.
Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30
tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di
Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status,
agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan
pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola
hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan.
Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya
dengan aktivitas fisik yang sedikit.
2) Keluhan utama
(1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
(2) Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan
emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus,
berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit
DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural,
nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan,
bola mata cekung.
3) Integritas ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
5) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
6) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
7) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
8) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
9) Penyuluhan
Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin, fenobarbitol.
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik.
Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90
mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor
kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >1500-1700 cc/hari, kadar
elektrolit urin dalam batas normal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan insulin.
Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi
terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat
menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan gangguan mikrovaskular.
Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak
terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau
diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam
batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5
meq/l, klorida: 100-106 meq/l.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya
peningkatan kemampuan dalam beraktivitas.
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau
berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
integritas kulit membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan.
Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh
gula darah dalam batas normal, bebas dari drainase purulen,
menunjukkan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi luka bersih, tidak
terdapat pembengkakan pada luka.
6) Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
peningkatan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak berbau
keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang mengingat intervestasi informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan informasi
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya
dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda
dan gejala dengan proses penyakit.
Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
(1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.
(2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan
membran mukosa.
R/ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan
kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
(3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan.
R/ memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah
air).
(4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung.
R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan
menghindari overload j antung.
(5) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan
dari buah yang manis.
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan
osmosis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masa otot.
(1) Timbang berat badan.
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan
jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM.
(2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar
gula.
R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk •
mengambil glukosa.
(3) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi.
R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.
(4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten.
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel.
(5) Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori
karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
(1) Pantau TTV dan status mental.
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu
yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
(2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus dengan
snellen card (apabila memungkinkan).
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.
(3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman seperti
buah pisang dan makanan yang mengandung garam.
R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit
seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan cairan.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
(1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang
menimbulkan keletihan.
R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang
berlebihan.
(2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk
aktivitas.
(3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat
aktivitas.
(4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap
hari.
R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi
metabolik dan unsur glukosa.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
(1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.
R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi
pilihan.
(2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan.
R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka.
(3) Balut luka dengan kasa steril
R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme.
(4) Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik.
(1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas.
R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma.
(2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam tubuh.
(3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis
yang berlebihan.
R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak diperoleh
dari glukosa melainkan dari benda keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
mengingat intervestasi informasi.
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan
pengobatannya
R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan
menghindari kejemuan informasi.
(2) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan
bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien
dengan pasti.
(3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
(4) Tinjau ulang program pengobatan.
R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat meningkatkan
penggunaan yang tepat.
8) Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan
ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya dukungan
keluarga.
(1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan.
R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang
menggunggu rejimen pengobatan.
(2) Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti
penanganan sesuai program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.
R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang /
kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat memiliki
informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-pilihan.
(3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan keperluan.
R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan mengarahkan
pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami kesulitan dalam
menjalankan diet,
(4) Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang
mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan
pasien.
R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan
akan lebih mampu bekerja sama.
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
a) Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat
penyakit
c) Menjelaskan masalah Nurse
klien yang belum Station PP1
terselesaikan dan 20
tindakan yang telah PP2 Menit
dilaksanakan
e) Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
f) Klarifikasi data yang
telah disampaikan
a. Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan
2) Penyusunan proposal ronde keperawatan
3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat
menjalankan perannya dengan baik.
c. Evaluasi Hasil
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan pasien.
BAB IV
RESUME KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Pasien : Tn M
Usia : 50 tahun
No RM : 0892117
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan panas, mual kurang lebih 4 hari, ada luka
di kaki kanan.
Rata-rata tensi pasien dari tanggal 04 Febuari 2020, sistole 120 mmHg dan diastole 80
mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata (36°-37,5°C), dan
respiratory rate rata-rata 24x/menit
Pemeriksaan Fisik
B1 : jalan nafas pasien bebas, tidak menggunakan alat bantu nafas. Suara nafas vesikuler
dengan irama nafas yang teratur. Tidak ditemukan adanya keluhan batuk dan sputum.
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris. Tidak terdapat retraksi otot
bantu nafas intercostae.
B2 : Irama jantung reguler, CRT <2 detik, tidak terdapat keluhan nyeri dada, akral dingin
dan basah, konjungtiva pink, tidak terdapat adanya tanda edema
B3 : GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan penciuman,
penglihatan, dan pendengaran.
B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, turgor elastis, nafsu makan baik, nilai laboratorium
Hemoglobin 5,6 mg/dl.
B6 :Kemampuan pergerakan sendi terbatas, tampak adanya luka di kaki sebelah kanan
kekuatan otot:
5 5
4 3
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat tampak cemas dan bingung.
Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5 mEq/L
Implementasi Keperawatan
Diagnosa Kerusakan intergritas kulit
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf
Keperawatan
1. Bina hubungan saling S -
percaya
2. Mempertahankan
keseimbangan cairan
tubuh. k/u baik
kes 456
3. Memberikan perawatan O
ttd 100/80
luka pada pasien secara
berkala.
05 4. Kontrol lingkungan yang
Febuari Kerusakan
2020 intergrita dapat mengurangi resiko
Dinas kulit infeksi : suhu ruangan, A Masalah belum teratasi
pagi
pencahayaan, dan
kebisingan.
5. Menganjurkan makanan
yang berprotein tinggi.
P Lanjutkan intervensi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasi dengan
tim medis.
Dinas Kerusakan 1. Bina hubungan saling S Pasien mengatakan
sore intergritas percaya kondisi luka masih
kulit belum membaik
2. Mempertahankan
Kesadaran : Compos
keseimbangan cairan Mentis
GCS : 4,5,6
tubuh
Tanda-tanda Vital :
3. Memberikan perawatan TD : 110/80 MmHg
O N : 85 x/menit
luka pada pasien secara
S : 36,3 oC
berkala. RR : 22x/menit
Terpasang infus
4. Kontrol lingkungan yang
RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
dapat mengurangi resiko
infeksi : suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
5. Menganjurkan makanan
yang berprotein tinggi Masalah teratasi
A
sebagian
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasi dengan tim
medis.
P Lanjutkan intervensi
tenaga medis
lain.
P Lanjutkan intervensi
1. Bina hubungan S -
saling percaya.
2. Melakukan TTV
3. Meningkatkan
untuk beristirahat Kesadaran : Compos
Mentis
4. Memberikan GCS : 4,5,6
Perfusi
Dinas makanan yang Tanda-tanda Vital :
parifer tidak
malam O TD : 110/90 MmHg
efektif mengandung N : 87 x/menit
banyak zat besi S : 36,6oC
RR : 20x/menit
5. Kolaborasi
dengan tim medis
lainnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari : Kamis
Supervisor :
Acara dihadiri oleh :
5.3 Materi :
Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medis DM Tipe II
5.4 Metode
1. Presentasi
2. Diskusi dan tanya jawab
5.5 Media
2. Sarana diskusi :
a. LCD
b. Alat tulis: kertas dan bollpoint
5.6 Persiapan
Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu ketiga Persiapan
kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai berikut:
a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien yang akan
dilakukan ronde keperawatan.
b. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan
c. Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat
d. Konsultasi pada pembimbing ruangan mengenai resume kasus ronde keperawatan.
5.7 Pelaksanaan
Sasaran :Pasien dan keluarga pasien Tn.M dengan diagnosa medis DM Tipe II
PP 1 : Angelicca Sunja
PA 1 : Indah Mei P
PP 2 : Dea Septiawati
PA 2 : Amalia Sholikah J
Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam ronde keperawatan
adalah nyeri
Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang sudah
direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan, karena sampai
saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan oleh CI
Ruang Aster A untuk membimbing mahasiswa ketika melakukan praktek ronde keperawatan
di ruang Aster A.
No WAKTU KEGIATAN