Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Gillies (1989) dalam Mugianti, Sri (2016) manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah
pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya faktor kelola yang
optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pemberian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan (Mugianti, 2016).
Langkah-langkah yang dapat diambil berupa penataan sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan MAKP
dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini
dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi tercapainya
keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk menggali secara
mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan melaksanakan ronde
keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan diharapkan dapat
memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir kritis berdasarkan
konsep asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik,
farmasi). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga
merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis
perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan
ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan
perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain
guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007).
Kegiatan ini mempunyai karakteristik yaitu : Klien dilibatkan langsung, klien
merupakan fokus kegiatan, PP/ PA dan konselor melakukan diskusi. Konselor
memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan PP dan PA
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah keperawatan. Adapun kriteria
klien yang dilakukan ronde adalah sebagai berikut: Klien dengan penyakit kronis,
penyakit langka atau baru, klien dengan penyakit komplikasi, klien dengan penyakit
akut dan klien dengan permasalahan keperawatan yang belum
terselesaikan(Nursalam, 2002).
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi
perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah
keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir
kritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah
klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien :
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawat inap
c. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
d. Memenuhi kebutuhan pasien.
1.3.2 Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan,
perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
2 RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

3  Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP
 Data apa yang mendukung?
4 PELAKSANAAN DI Penyajian  Bagaimana intervensi yang sudah
5 NURSE STATION Masalah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?
6

7 TAHAP RONDE DI
Validasi data
BED KLIEN
8

Diskusi PP-PP, Konselor,


KARU

9 TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi di
Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
Aplikasi Hasil analisis

dan diskusi

Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Aster A RSUP Muhammad
Hoesin, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent, alat,
dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis DM type 2 + ulkus
pedis + sepsis + anemia dengan masalah keperawatan kerusakan integritas
jaringan
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner & Sudarth, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka
diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price &
Wilson, 2006).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi &
Sukarmin, 2008).
Pathway
Abnormalitas genetic, factor
lingkungan, infeksi virus

Pembesaran kelenjar Hipertermi


Gangguan termoregulasi
Nyeri getah bening Resiko terjadinya
Resiko terjadinya infeksi
infeksi

Mendesak jaringan sekitar Mendesak pembuluh darah Mendesak sel saraf

Sistem Sistem saraf Sistem pencernaan Sistem Respons psikososial


pernapasan muskuluskletal

Pa O2 menurun Paralisis faringeal Efek hiperventilasi Sesak napas

PCO2 meningkat Penurunan suplai Tindakan invasif


oksigen kejaringan
Sesak napas
Produksi asam
Kesulitan menelan
Peningkatan lambung
produksi sekret meningkat Koping tidak
Peningkatan
efektif
Peristaltik metabolisme
Penurunan
Penurunan nafsu menurun anaerob
imunitas
makan
Kecemasan
Peningkatan
Mual, nyeri
Pola napas tidak produksi asam
lambung konstipasi laktat
efektif

Jalan nafas tidak


efektif
Kelemahan fisik
umum,odem

Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas

Sumber : (Mansjoer, A. 2001) Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1


Etiologi
a) Pada Diabetes tipe I:
Ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta pankreas, yang
mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, imunologi dan
mungkin lingkungan .
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun. Respons ini merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor-faktor lingkungan
Penelitian sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
external yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.
b) Pada Diabetes tipe II
Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak
berperan antara lain:
1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes akan
ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan
produksi insulin.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini
yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin dan resistensi insulin cenderung meningkat pada
usia diatas 65 tahun
3) Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikkan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin.
4) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan
resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan
obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola
makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan
pada ketidakseimbangan kerja pankreas.
5) Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Hipertrofi pankreas pada penderita obesitas disebabkan karena
peningkatan beban metabolisme glukosa untuk mencukupi energi sel
yang terlalu banyak.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi menurut ADA (American Diabetes Association) yang
dikutip oleh Price & Wilson (2006) dan yang telah disahkan oleh WHO, yaitu:
a) Diabetes Melitus
1. Tipe 1 (juvenile onset dan tipe dependen insulin) 5-10% kejadian.
 Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta.
 Idiopatik, tidak diketahui sumbernya.
Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika,
Asia. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya muda < 30 tahun.
Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis dengan penurunan BB
yang baru saja terjadi. Cenderung mengalami komplikasi akut
hiperglikemi: ketoasidosis diabetik (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Tipe 2 (onset maturity dan nondependen insulin) : 90-95% kejadian.
Obesitas, herediter dan lingkungan sering dikaitkan dengan
penyakit ini. Awitan terjadi di segala usia biasanya > 30 tahun. Cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun. Mayoritas penderita obesitas dapat
mengendalikan kadar glukosa darah melalui penurunan berat badan.
Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila
modifikasi diet dan latihan tidak berhasil. Memerlukan insulin dalam
waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemi. Ketosis
jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeksi.
Komplikasi akut: sindrom hiperosmolar nonketotik (Brunner & Suddarth,
2002).
3. Diabetes Gestasional (GDM)
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari
semua kehamilan. Faktor resiko yaitu usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional dahulu. Karena
terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek
metabolik terhadap toleransi glukosa maka kehamilan adalah suatu
keadaaan diabetogenik.
4. Tipe khusus lain
Cacat genetik fungsi sel beta: MODY
Memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan resisten terhadap
insulin.
Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom
resistensi insulin yang berat dan akantosis negrikans.
Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik.
Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali.
Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.
Infeksi.
Manifestasi Klinis
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM,
yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke
plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar
biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya
akibat tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan
protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan.
8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan
pada lensa oleh hiperglikemia.
Komplikasi
Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibagi dalam 2
kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular
jangka panjang.
a) Komplikasi Metabolik Akut
1. Hyperglikemia.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) hiperglikemi didefinisikan
sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa
sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.
Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami
infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit
insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
 Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
 Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang dan
tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
 Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara
terus menerus melebihi kebutuhan.
 Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam
darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia yaitu :
1. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan
lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai
pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan
beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria
yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil
akhir dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Pasien dapat menjadi
hipotensi dan mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak, pasien
akan mengalami koma dan kematian.
2. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena
defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa
ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan
dehidrasi berat.
3. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) terutama komplikasi
terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat menerima insulin
yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadinya
hipoglikemia.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) hipoglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3
mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Tingkatan hypoglikemia adalah
sbb:
(1) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan
gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
(2) Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik.
Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku
yang tidak rasional,
(3) Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk
mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya dapat
mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
b) Komplikasi Kronik Jangka Panjang
 Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal
(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).
 Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan
oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit
vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol dalam intima
vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
Data Penunjang Diagnostik
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah ,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:

a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM >
140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai
gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.

b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik.

c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
Penatalaksanaan
a) Diet
Tujuan utama penatalaksanaan diet pada DM adalah:
 Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar normal.
 Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
 Mencegah komplikasi akut dan kronik.
 Meningkatkan kualitas hidup.
b) Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya
kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan
glukosa ke dalam sel.
Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30
tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di
Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status,
agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan
pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola
hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan.
Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya
dengan aktivitas fisik yang sedikit.
2) Keluhan utama
(1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
(2) Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan
emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus,
berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit
DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural,
nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan,
bola mata cekung.
3) Integritas ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
5) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
6) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
7) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
8) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
9) Penyuluhan
Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin, fenobarbitol.
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik.
Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90
mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor
kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >1500-1700 cc/hari, kadar
elektrolit urin dalam batas normal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan insulin.
Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi
terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat
menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan gangguan mikrovaskular.
Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak
terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau
diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam
batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5
meq/l, klorida: 100-106 meq/l.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya
peningkatan kemampuan dalam beraktivitas.
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau
berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
integritas kulit membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan.
Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh
gula darah dalam batas normal, bebas dari drainase purulen,
menunjukkan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi luka bersih, tidak
terdapat pembengkakan pada luka.
6) Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
peningkatan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak berbau
keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang mengingat intervestasi informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan informasi
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya
dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda
dan gejala dengan proses penyakit.
Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
(1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.
(2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan
membran mukosa.
R/ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan
kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
(3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan.
R/ memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah
air).
(4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung.
R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan
menghindari overload j antung.
(5) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan
dari buah yang manis.
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan
osmosis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masa otot.
(1) Timbang berat badan.
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan
jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM.
(2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar
gula.
R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk •
mengambil glukosa.
(3) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi.
R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.
(4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten.
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel.
(5) Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori
karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
(1) Pantau TTV dan status mental.
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu
yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
(2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus dengan
snellen card (apabila memungkinkan).
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.
(3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman seperti
buah pisang dan makanan yang mengandung garam.
R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit
seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan cairan.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
(1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang
menimbulkan keletihan.
R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang
berlebihan.
(2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk
aktivitas.
(3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat
aktivitas.
(4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap
hari.
R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi
metabolik dan unsur glukosa.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
(1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.
R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi
pilihan.
(2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan.
R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka.
(3) Balut luka dengan kasa steril
R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme.
(4) Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik.
(1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas.
R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma.
(2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam tubuh.
(3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis
yang berlebihan.
R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak diperoleh
dari glukosa melainkan dari benda keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
mengingat intervestasi informasi.
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan
pengobatannya
R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan
menghindari kejemuan informasi.
(2) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai
rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan
bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien
dengan pasti.
(3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
(4) Tinjau ulang program pengobatan.
R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat meningkatkan
penggunaan yang tepat.
8) Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan
ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya dukungan
keluarga.
(1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan.
R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang
menggunggu rejimen pengobatan.
(2) Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti
penanganan sesuai program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.
R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang /
kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat memiliki
informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-pilihan.
(3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan keperluan.
R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan mengarahkan
pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami kesulitan dalam
menjalankan diet,
(4) Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang
mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan
pasien.
R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan
akan lebih mampu bekerja sama.
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis DM type 2
+ ulkus pedis + sepsis + anemia dengan masalah keperawatan
kerusakan integritas jaringan
Sasaran : Tn M dengan diagnosa medis DM type 2
Hari/Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
Waktu : 11.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Marwah
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Ana Mas’amah
Konselor : Dyah Sulistiyaningtyas
PP 1 : Angelicca Sunja
PP 2 : Dea Septiawati, Fitri Yunita A
PA 1 : Indah Mei P
PA2 : Amalia Sholikah J, Kiki Ferliasari
Dokter : dr. M. Nur Sultan
Ahli gizi : Salsabila Kilfi, S.Gz.
Apoteker : Umi Bariroh, S.Farm.
Supervisor :
1. Shinta Wahyu Dewanti
2. Tya Dwi Anggraeni
Pembimbing :
1. Roichatul Jannah, S.Kep Ners
2. Ainus Shoba, S.Kep Ners
3. Suhandi Puriyanto, S.Kep Ners
4. Nanang Riono, S.Kep Ners
5. M. Wahyu W, S.Kep Ners
6. Sofia Mayasari, M.Kep
7. Yenny P, S.Kep Ners, M.Kes
Dokumenter : Aprilia Rachim
3.3 Materi :
Paparan asuhan keperawatan Tn M dengan diagnosa medis DM type 2 di Ruang
Marwah RSI Masyithoh Bangil
3.4 Metode
1. Ronde Keperawatan
2. Diskusi
3.5 Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Sarana diskusi :
a. Literatur mengenai diabetes mellitus
b. Alat tulis : kertas dan ballpoint
3.6 Mekanisme Kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN

Pra Pra Ronde Ruang PP 1, PA1 - Satu


Ronde Marwah hari
a) Menetapkan kasus dan sebelu
topik
b) Menentukan tim ronde. m
c) Mencari sumber dan pelaksa
literatur. naan
d) Membuat proposal ronde
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde

I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5


a) Salam pembukaan Station Menit
b) Memperkenalkan Ruangan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya

II. Penyajian data/masalah

a) Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat
penyakit
c) Menjelaskan masalah Nurse
klien yang belum Station PP1
terselesaikan dan 20
tindakan yang telah PP2 Menit
dilaksanakan
e) Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
f) Klarifikasi data yang
telah disampaikan

II. Validasi Data


a) Memberi salam dan
memperkenalkan tim Bed Klien Karu Memberi 20
ronde kepada klien respon dan Menit
dan keluarga. PP2, PA menjawab
b) Memvalidasi data pertanyaan
yang telah
disampaikan dengan
melibatkan keluarga .
c) Karu membuka dan
memimpin diskusi.
d) Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang
masalah keperawatan
yang belum
terselesaikan dari
validasi data antar tim
ronde
e) Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang Nurse Karu
masalah pasien serta Station
rencana tindakan PP2, PA,
yang akan dilakukan
Tim ronde

Pasca Pasca Ronde


Ronde
a) Menyimpulkan hasil Nurse Karu - 10
diskusi dan Station menit
merekomendasikan solusi
yang dilakukan dalam
mengatasi masalah. Tim ronde
b) Reward dan Salam
penutup
Karu

3.7 Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan
2) Penyusunan proposal ronde keperawatan
3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat
menjalankan perannya dengan baik.

c. Evaluasi Hasil
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan pasien.
BAB IV
RESUME KEPERAWATAN

Data Umum

Nama Pasien : Tn M

Usia : 50 tahun

No RM : 0892117

Alamat : JL. BADER no 395C 4/3 KALIREJO BANGIL, PASURUAN

Tgl MRS : 4 Februari 2020

Keluhan Utama : Panas, mual ada luka di jempol kaki kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan panas, mual kurang lebih 4 hari, ada luka
di kaki kanan.

Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan menpunyai DM dari tahun 97.

Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga.

Perkembangan vital sign

Rata-rata tensi pasien dari tanggal 04 Febuari 2020, sistole 120 mmHg dan diastole 80
mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata (36°-37,5°C), dan
respiratory rate rata-rata 24x/menit

Pemeriksaan Fisik

B1 : jalan nafas pasien bebas, tidak menggunakan alat bantu nafas. Suara nafas vesikuler
dengan irama nafas yang teratur. Tidak ditemukan adanya keluhan batuk dan sputum.
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris. Tidak terdapat retraksi otot
bantu nafas intercostae.

B2 : Irama jantung reguler, CRT <2 detik, tidak terdapat keluhan nyeri dada, akral dingin
dan basah, konjungtiva pink, tidak terdapat adanya tanda edema
B3 : GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan penciuman,
penglihatan, dan pendengaran.

B4 : BAK spontan, tidak terdapat pembesaran kandung kemih.

B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, turgor elastis, nafsu makan baik, nilai laboratorium
Hemoglobin 5,6 mg/dl.

B6 :Kemampuan pergerakan sendi terbatas, tampak adanya luka di kaki sebelah kanan
kekuatan otot:

5 5
4 3

Pengkajian Psikososial :

Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat tampak cemas dan bingung.

Daftar Masalah Keperawatan :

1. Kerusakan intergritas kulit.

2. Perfusi parifer tidak efektif

Masalah keperawatan yang muncul


1. Kerusakan intergritas kulit b/d kurangnya suplay O2
2. Perfusi parifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 5.6 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit 2.2 4.20-4.87 106/mm3
Leukosit 9.64 4.5-11.0 103/mm3
Hematrokit 17.0 43-49 %
Trombosit 225 150-450 103/µL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 1 1-6 %
Netrofil batang 0 2-6 %
Netrofil segmen 71 50-70 %
Limfosit 9 25-40 %
Monosit 9 2-8 %

Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5 mEq/L

Implementasi Keperawatan
Diagnosa Kerusakan intergritas kulit

Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf
Keperawatan
1. Bina hubungan saling S -
percaya
2. Mempertahankan
keseimbangan cairan
tubuh. k/u baik
kes 456
3. Memberikan perawatan O
ttd 100/80
luka pada pasien secara
berkala.
05 4. Kontrol lingkungan yang
Febuari Kerusakan
2020 intergrita dapat mengurangi resiko
Dinas kulit infeksi : suhu ruangan, A Masalah belum teratasi
pagi
pencahayaan, dan
kebisingan.
5. Menganjurkan makanan
yang berprotein tinggi.
P Lanjutkan intervensi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasi dengan
tim medis.
Dinas Kerusakan 1. Bina hubungan saling S Pasien mengatakan
sore intergritas percaya kondisi luka masih
kulit belum membaik
2. Mempertahankan
Kesadaran : Compos
keseimbangan cairan Mentis
GCS : 4,5,6
tubuh
Tanda-tanda Vital :
3. Memberikan perawatan TD : 110/80 MmHg
O N : 85 x/menit
luka pada pasien secara
S : 36,3 oC
berkala. RR : 22x/menit
Terpasang infus
4. Kontrol lingkungan yang
RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
dapat mengurangi resiko
infeksi : suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
5. Menganjurkan makanan
yang berprotein tinggi Masalah teratasi
A
sebagian
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasi dengan tim
medis.

P Lanjutkan intervensi

1. Bina hubungan saling Pasien mengatakan


S kondisi luka masih
percaya
belum membaik
2. Mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh.
Kesadaran : Compos
3. Memberikan perawatan Mentis
GCS : 4,5,6
Kerusakan luka pada pasien secara
Dinas Tanda-tanda Vital :
intergritas
malam berkala. TD : 110/90 MmHg
kulit
O N : 87 x/menit
4. Kontrol lingkungan yang
S : 36,6oC
dapat mengurangi resiko RR : 20x/menit
Terpasang infus
infeksi : suhu ruangan,
RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
pencahayaan, dan
kebisingan.
5. Menganjurkan makanan
yang berprotein tinggi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasi dengan tim
medis.

Diagnosa Perfusi parifer tidak efektif


Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf
Keperawatan
1. Bina hubungan Pasien mengatakan
S
lemas dan pusing
saling percaya.
2. Melakukan TTV
3. Melakukan
tranfusi darah
K/U: baik
4. Memberikan
05 Kes : 456
Febuari Perfusi makanan yang TTD: 100/80
2020 parifer tidak O N: 90x/ menit
mengandung
Dinas efektif Hb: 5,6g/dl
pagi banyak zat besi
5. Kolaborasi
dengan tim medis
lainnya.
6. Meningkatkan
A Masalah belum teratasi
untuk beristirahat
P Lanjutkan intervensi
1. Bina hubungan Pasien mengatakan
S
masih lemas dan pusing
saling
Kesadaran : Compos
percaya Mentis
GCS : 4,5,6
Perfusi 2. Melakukan TTV
Dinas Tanda-tanda Vital :
parifer tidak
sore 3. Memberi TD : 110/80 MmHg
efektif O
N : 85 x/menit
makanan
S : 36,3 oC
yang RR : 22x/menit
mengndung
banyak zat
besi
4. Meningkatkan
istirahat
5. Kolaborasi Masalah teratasi
A
dengan sebagian

tenaga medis
lain.

P Lanjutkan intervensi

1. Bina hubungan S -
saling percaya.
2. Melakukan TTV
3. Meningkatkan
untuk beristirahat Kesadaran : Compos
Mentis
4. Memberikan GCS : 4,5,6
Perfusi
Dinas makanan yang Tanda-tanda Vital :
parifer tidak
malam O TD : 110/90 MmHg
efektif mengandung N : 87 x/menit
banyak zat besi S : 36,6oC
RR : 20x/menit
5. Kolaborasi
dengan tim medis
lainnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Berhubungan dengan: Tujuan : Mandiri
 Eksternal Setelah di lakukan asuhan  Jaga kebersihan
 Kelembaban udara dan keperawatan selama 1x24jam kulit agar tetap
kulit tidak terjadi gangguan bersih dan kering
 Hipertermi integritas kulit:  Hindari kerutan
 Mobilitas fisik  Integritas kulit yang pada tempat tidur
Internal baik bisa dipertahankan  Mobilisasi pasein
 Perubahan status  Perfusi jaringan baik tiap 2 jam
metabolik  Menunjukan  Monitor kondisi
 Ketidakseimbangan pemahaman dalam kulit adanya
nutrisi proses perbaikan kulit kemerahan
 Defisit imunologi  Mampu melindungi Pendidikan

 Penurunan sirkulasi kulit dan perawatan  Anjurkan untuk


memakai baju
yang longgar
Kolaborasi
 Konsulkan ke
dokter untuk
pengobatan luka
 Konsul dengan alhi
gizi untuk diet

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Berhubungan dengan: Tujuan : Mandiri
Penurunan sirkulasi Setelah di lakukan asuhan  Monitor adanya
darah ke perifer yang keperawatan selama 1x24jam tidak daerah tertentu yang
dapat mengganggu terjadi gangguan integritas kulit: hanya peka terhadap
kesehatan  Ttv normal benda asing
Internal  Tidak ada ortostatik  Instruksikan keluarga
 Perubahan funsi hipertensi untuk mengobservasi
motorik  Tidak ada tanda kulit jika ada isi atau
 Perubahan peningkatan tekanan darah laserasi
karakteristik intrakarnial Pendidikan
sskulit  Anjurkan untuk
 Edema memakai baju yang
 Nyeri longgar
Kolaborasi
 Konsulkan ke dokter
untuk pengobatan
 Konsul dengan alhi
gizi untuk diet
BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1 Pelaksanaan Kegiatan

Hari : Kamis

Tanggal : 6 Februari 2020

Waktu : 11.00 WIB - selesai

Pelaksana : Kepala ruangan, Perawat Primer dan Perawat Associate

Tempat : Ruang Marwah RSI Masyithoh Bangil


Pembimbing :

Supervisor :
Acara dihadiri oleh :

1. Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang.


2. Supervisor sebanyak 1 orang.
3. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang 11 orang.
5.2 Struktur Pengorganisasian
Kepala ruangan : Ana Mas’amah

PP1 : Angelicca Sunja

PA1 : Indah Mei P


PP2 : Dea Septiawati

PA2 : Amalia Sholikah J

5.3 Materi :
Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medis DM Tipe II

5.4 Metode

1. Presentasi
2. Diskusi dan tanya jawab

5.5 Media

1. Dokumentasi klien (status)

2. Sarana diskusi :

a. LCD
b. Alat tulis: kertas dan bollpoint
5.6 Persiapan

Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu ketiga Persiapan
kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai berikut:

a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien yang akan
dilakukan ronde keperawatan.
b. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan
c. Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat
d. Konsultasi pada pembimbing ruangan mengenai resume kasus ronde keperawatan.
5.7 Pelaksanaan

Topik : Ronde Keperawatan

Sasaran :Pasien dan keluarga pasien Tn.M dengan diagnosa medis DM Tipe II

Hari/tanggal : Senin 04 Febuari 2020

Waktu : 11.00 WIB-selesai.

Tempat : Ruang Ruang Marwah.

Acara dihadiri oleh :

1. Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang


2. Supervisor sebanyak 1 orang
Pengorganisaasian :

Penanggung jawab : Fitri Yunita

Kepala Ruangan : Ana Mas‘ama


Konselor :

PP 1 : Angelicca Sunja

PA 1 : Indah Mei P

PP 2 : Dea Septiawati

PA 2 : Amalia Sholikah J

Dokter : dr. M. Nur Sultan

Masalah keperawatan yang belum dapat diatasi dan dibahas dalam ronde keperawatan
adalah nyeri

5.8 Hambatan dan Dukungan

Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang sudah
direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan, karena sampai
saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan oleh CI
Ruang Aster A untuk membimbing mahasiswa ketika melakukan praktek ronde keperawatan
di ruang Aster A.

5.9 Hasil Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan kelompok, telah
dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus ronde keperawatan,
pembuatan proposal kegiatan, pembagian peran sebagai PP1, PA1, PP2, PA2, Karu.
Pasien yang diangkat sebagai kasus ronde keperawatan adalah pasien yang telah
menjalani perawatan di Ruang Aster Adengan kasus yang unik dan jarang ditemukan di
ruang rawat inap Aster A. Sebelum pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah
diberitahukan dan bersedia untuk menjadi pasien ronde keperawatan.

b. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan

No WAKTU KEGIATAN

1 01.20 – 01.40 WIB Proses pelaksanaan Role Play


c. Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan

1) Kegiatan ronde dihadiri oleh 1 orang pembimbing klinik, 1 orang supervisor.


2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya masing –
masing.
3) Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara berlangsung
selama 30 menit.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
antara lain PP1 yang aktif dalam mengklarifikasi data, karu bisa mengontrol fase
klarifikasi sehingga terdapat solusi dari perawat konselor, dan kerja yang
terkoordinasi pada tim ronde sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai