Anda di halaman 1dari 10

BIOMASSA

REVIEW KARBON AKTIF

Nama :
Dendi Bahtiar R (3335140285)
Fajariswan Nurrahman (3335141120)
Yudith Raka A (3335140314)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017/2018
A. Pendahuluan
Karbon aktif atau sering disebut juga sebagai arang aktif merupakan ruang
(porosity) yang mengandung senyawa karbon sekitar 85 – 95% (Marsh dan
Rodriguez-Renioso, 2006), dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
dengan pemanasan pada suhu tinggi. Kualitas karbon aktif juga dipengaruhi oleh
kesempurnaan dalam proses karbonisasinya. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
suhu dan akan menentukan kualitas dari karbon yang dihasilkan. Banyaknya
karbon yang dihasilkan ditentukan oleh komposisi awal biomassa yang digunakan.
Bila dalam proses karbonisasi kandungan zat menguap semakin banyak maka akan
semakin sedikit karbon yang dihasilkan karena banyak bagian yang terlepas ke
udara.
Karbon aktif juga dapat didefinisikan sebagai senyawa karbon amorf yang
memiliki porositas serta luas area yang tinggi, antara 500-2.000 m2/g (Bansal dan
Goyal, 2005). Karena strukturnya yang berpori inilah, karbon aktif banyak
digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti adsorben zat warna, adsorben logam
berat, adsorben gas, support katalis, penghilang bau, pemurni air baik dalam air
minum maupun penanganan air limbah (Wu, 2004). Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Biasanya pengaktifan hanya bertujuan
untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri. Sintesis karbon
aktif dari biomassa sendiri dapat dilakukan dengan aktivasi fisika (dua tahap)
menggunakan kukus atau pun gas CO2 pada temperatur tinggi, atau pun aktivasi
kimia (satu tahap) dengan menggunakan bahan kimia sebagai agen aktivasi untuk
membentuk struktur pori-pori (Yahya dkk., 2015). Contoh yang mudah dari karbon
aktif adalah yang banyak dikenal dengan sebutan norit yang digunakan untuk
mengatasi gangguan pencernaan. Prinsip kerja norit adalah ketika masuk kedalam
perut dia akan mampu menjerap bahan – bahan racun dan berbahaya yang
menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian menyimpannya di dalam
permukaan porinya sehingga nantinya keluar nantinya bersama tinja.
Beberapa biomassa yang dapat dimanfaatkan menjadi karbon aktif seperti
tempurung kelapa, kulit buah – buahan, biji buah – buahan, sekam padi, dll.
Biasanya, pembuatan kerbon aktif paling mudah menggunakan bahan tempurung
kelapa, karena memiliki mikropori yang banyak, kadar abu yang rendah, kelarutan
dalam air yang tinggi, memiliki daya serap yang tinggi, tidak berbahaya bagi
lingkungan, dan mempunyai reaktivitas yang tinggi (Dhidan, 2012). Kualitas
karbon aktif dapat dinilai berdasarkan persyaratan (SNI) 06–3730-1995 pada Tabel
dibawah ini :

Tabel 1. Standar Karbon Aktif (SNI) 06 – 3730 - 1995

B. Karbonasi
Karbonisasi atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu
tertentu dari bahan-bahan organik dengan jumlah oksigen sangat terbatas, biasanya
dilakukan dalam tanur. Tujuan karbonisasi adalah untuk menghilangkan zat-zat
yang mudah menguap (volatile matter) yang terkandung pada bahan dasar. Proses
ini menyebabkan terjadinya penguraian senyawa organik yang menyusun struktur
bahan membentuk air, uap asam asetat, tar-tar, dan hidrokarbon. Material padat
yang tinggal setelah karbonisasi adalah karbon dalam bentuk arang dengan pori-
pori yang sempit. Pada saat karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi
penghilangan air atau dehidrasi, penguapan selulosa, penguapan lignin, dan
pemurnian karbon. Pada suhu pemanasan sampai 400 °C terjadi penghilangan air
atau deehidrasi, penguapan selulosa, dan penguapan lignin, sedangkan untuk proses
pemurnian karbon terjadi pada suhu 500-800 °C. Hampir 80% unsur karbon yang
diperoled pada suhu 500-800 °C (Marsh and Francisco, 2006).
C. Aktivasi
Aktivasi adalah bagian dalam proses pembuatan karbon aktif yang bertujuan
untuk membuka, menambah atau mengembangkan volume pori dan memperbesar
diameter pori yang telah terbentuk pada proses karbonisasi. Melalui proses aktivasi
karbon aktif akan memiliki daya adsorpsi yang semakin meningkat, karena karbon
aktif hasil karbonisasi biasanya masih mengandung zat yang masih menutupi pori-
pori permukaan karbon aktif. Pada proses aktivasi karbon aktif akan mengalami
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia sehingga dapat berpengaruh terhadap
daya adsorpsi (Budiono, 2009).
Dalam hal aktivasi karbon aktif, terdapat 2 metode aktivasi yang umum
digunakan, yaitu aktivasi fisika dan kimia.

1. Aktivasi Fisika
Bahan dasar dari karbon aktif diaktivasi menggunakan agen pengaktivasi
dari gas CO2 atau uap pada temperatur 500-800 °C. Faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik atau sifat dari karbon aktif yang dihasilkan melalui
proses aktivasi fisika antara lain adalah bahan dasar, laju aliran kalor, laju aliran
gas, proses karbonasi sebelumnya, suhu pada saat proses aktivasi, agen
pengaktivasi yang digunakan, lama proses aktivasi, dan alat yang digunakan
(Marsh and Francisco, 2006).
2. Aktivasi Kimia
Aktivasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia. Pada cara ini, proses aktivasi
dilakukan dengan mempergunakan bahan kimia (aktivator) sebagai agen
pengaktivasi. Aktivator adalah zat atau bahan kimia yang berfungsi sebagai
reagen pengaktif pada adsorben karbon aktif sehingga dapat menyebabkan daya
serapnya menjadi lebih baik. Zat aktivator bersifat mengikat air yang
menyebabkan air yang terikat kuat pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada
saat karbonisasi menjadi lepas. Selanjutnya zat aktivator akan memasuki pori
dan membuka permukaan karbon aktif yang masih tertutup. Aktivasi karbon
aktif dilakukan dengan merendam arang ke dalam larutan kimia yang bersifat
asam (H3PO4 dan H2SO4), basa (KOH dan NaOH), dan bersifat garam (ZnCl2
dan NaCl) (Dabrowski, 2005).

Dari kedua jenis proses aktivasi yang ada, menurut Suhendra dan Gunawan
(2010), cara aktivasi kimia memiliki berbagai keunggulan tertentu dibandingkan
dengan cara aktivasi fisika, diantaranya adalah:

1. Dalam proses aktivasi kimia, zat kimia pengaktif sudah terdapat dalam tahap
penyiapannya sehingga proses karbonisasi dan proses aktivasi karbon
terakumulasi dalam satu langkah yang umumnya disebut one-step activation
atau metode aktivasi satu langkah.
2. Dalam proses aktivasi kimia, suhu yang digunakan umumnya lebih rendah
dibandingkan pada aktivasi fisika.
3. Efek dari agen dehidrasi pada aktivasi kimia ddaapat memperbaiki
pengembangan pori di dalam struktur karbon.
4. Produk yang dihasilkan dalam aktivasi kimia lebih banyak dibandingkan dengan
aktivasi fisika.

E. Faktor – Faktor Pada Pembuatan Karbon Aktif


Berikut ini merupakan factor –faktor yang mempengaruhi pembuatan karbon
aktif :

1. Suhu Karbonisasi
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Vinsiah (2014), Variasi suhu
karbonisasi yang digunakan yaitu : 300oC, 400 oC, 500 oC, dan 600 oC dengan
bahan baku cangkang kulit buah karet. Diperoleh daya penyerapan maksimum
dari karbon aktif yang melalui proses karbonisasi pada temperature 500 oC.
Semakin tinggi suhu karbonisasi akan menurunkan kadar air, menaikan kadar
abu, dan menurunkan kadar zat yang menguap.
Gambar 1. Grafik Hasil Jurnal Vinsiah

Sedangkan menurut Siahaan (2013), Berbeda dengan jurnal sebelumnya yang


menggunakan cangkang kulit buah karet, jurnal ini menggunakan sekam padi
sebagai bahan baku. Diperoleh semakin tinggi suhu karbonisasi maka kadar air
menurun, rendemen yang dihasilkan sedikit, kadar abu meningkat, dan terjadi
penurunan kadar zat yang menguap. Suhu optimum didapatkan yaitu pada suhu
karbonisasi 400oC.
Gambar 2. Grafik Hasil Jurnal Siahaan

Pada Penelitian Ma (2017), Variasi suhu karbonisasi yang digunakan yaitu


400oC, 450 oC, 500 oC, dan 550 oC dengan bahan baku sekam padi. Daya Serap
maksimum terjadi pada suhu karbonisasi yaitu 500 oC.

Gambar 3. Grafik Hasil Jurnal Ma

2. Waktu Karbonisasi
Berdasarkan Penelitian Rohmah (2014), Waktu karbonisasi divariasikan
selama 30, 45, 60, 75, dan 90 menit dengan bahan baku yang digunakan yaitu
sekam padi. Diperoleh kondisi waktu optimum yaitu selama 90 menit
menghasilkan hasil serapan yang tertinggi.
Tabel 2. Pengaruh waktu terhadap adsorpsi

Sedangkan dalam Penelitian Siahaan (2013), dapat dilihat pada Gambar 2


didapatkan semakin lama waktu karbonisasi akan menghasilkan rendemen yang
sedikit, menurunkan kadar air, meningkatkan kadar abu, serta menurunkan kadar
zat yang menguap. Waktu optimum terjadi pada waktu karbonisasi 120 menit.

Dalam Penelitian Ma, Waktu optimum karbonisasi yang menghasilkan daya


serap yang tinggi terjadi pada waktu karbonisasi 60 menit.

Gambar 4. Waktu Karbonisasi Penelitian Ma

3. Bahan Baku
Berdasarkan hasil review yang dilakukan Thomas (2015), diperoleh
perbedaan pelakuan dan hasil yang diperoleh dari berbagai macam bahan baku
untuk membuat karbon aktif. Berikut ini adalah bahan baku untuk pembuatan
karbon aktif.

Tabel 3. Pembuatan karbon aktif dari berbagai bahan baku

4. Media Aktivasi
Pada Penelitian yang dilakukan Atabak (2013) menggunakan aktivasi kimia
dengan berbagai macam activator seperti H3PO4, H2SO4, HNO3, HCl, ZnCl2,
NH4Cl, K2CO3, CaCl2, MgCl2, NaOH, KOH. Dengan 2 sample yaitu sampel 1
dari sebuk kayu dan sampel 2 dari limbah bubur kertas. Berikut ini adalah hasil
yang diperoleh yaitu :
Gambar 5. Hasil Penelitian Atabak

Sivakumar (2012) melakukan variasi pada activator yaitu H2SO4 (BAC1 dan
BAC2), Sodium Karbonat (BAC3), Kalsium Karbonat (BAC4), dan Sodium
Sulfat (BAC5). Diperoleh hasil daya serap dari berbagai media yaitu :

Gambar 6. Hasil Penelitian Sivakumar

Anda mungkin juga menyukai