Anda di halaman 1dari 20

Case Report Session

ANTENATAL CARE

Oleh :

Afifah Aqilatul Faridah Putri Wirza

1840312210

Pembimbing:

Dr. dr. Yusri Dianne Jurnalis, Sp.A (K)

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION III

PUSKESMAS ALAI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan Case Report Session ini yang berjudul “Antenatal Care”. Penyusunan Case
Report Session ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di
Family Oriented Medical Education III di Puskesmas Alai, Padang. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Dr. dr. Yusri Dianne Jurnalis, Sp.A (K) selaku preseptor dalam kepanietraan
klinik senior ini dan kepada Kepala Puskesmas Alai Padang beserta jajaran serta semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Case Report Session ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu sangat
diperlukan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis tentunya.

Padang, 29 Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antenatal Care atau pelayanan antenatal adalah pelayanan yang komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Tujuan dari pelayanan antenatal adalah
memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga
mampu menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang
sehat.1
Secara nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanankesehatan ibu cenderung
semakin membaik. Dimana tren AngkaKematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil
diturunkandari 390/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990) menjadi 359 / 100.000
kelahiran hidup (data SDKI tahun 2012). Namun demikian, jika dibandingkan dengan target
Millenium Development Goals(MDG) 5 pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup, sehingga Indonesia masih memerlukan upaya dan kerja keras untuk mencapainya.2
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 Angka Kematian Ibu
(AKI) tertinggi terdapat di wilayah Afrika Barat yaitu negara Sierra Leone sebesar 1.100 per
100.000 kelahiran hidup dan terendah terdapat di wilayah Eropa yaitu negara Belarus sebesar
1 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun di negara-negara berkembang seperti Indonesia
(190/100.000 kelahiran hidup), Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), dan Myanmar
(200/100.000 kelahiran hidup), AKI masih sangat tinggi angkanya bila dibandingkan dengan
negara - negara maju seperti Australia (6/100.000 kelahiran hidup), Italia (4/100.000 kelahiran
hidup), dan Singapura (6/100.000 kelahiran hidup).3
Menurut hasil Riskesdas (2017) kesehatan ibu di Indonesia juga membaik terlihat dari
meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan dari 95,2% tahun 2013 menjadi 96,1% tahun
2018, sedangkan proporsi pemeriksaan kehamilan (K1 ideal) dari 81,3% tahun 2013 menjadi
86% pada tahun 2018, proporsi pemeriksaan kehamilan (K4) dari 70% pada tahun 2013
menjadi 74,1% pada tahun 2018, proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% 2013
menjadi 79,3% tahun 2017. Meskipun dari data kesehatan ibu di Indonesia sudah membaik
tetapi bukan berarti perhatian pemerintah tidak terfokus lagi untuk kesehatan ibu karena tidak
semua daerah pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan sudah baik dan ini perlu perhatian
pemerintah.4
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkanmenjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan
nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan
abortus.Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan
ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan
terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit
proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT
(terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas
kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain yangberpengaruh
adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis,
sifilis; penyakit tidak menular sepertihipertensi, diabetes mellitus,jantung, gangguan jiwa;
maupun yang mengalami kekurangan gizi.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Antenatal Care atau pelayanan antenatal adalah pelayanan yang komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Kunjungan Antenatal Care adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatalcare (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya
masalah atau komplikasi.1,5
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko
kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi
dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan
kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan
timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh
tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care.
Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui
apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi dan
komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.5

2.2 Tujuan
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas
yang diberikan kepada semua ibu hamil.2
Tujuan umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamatdan melahirkan
bayi yang sehat dan berkualitas.2
Tujuan khusus
1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas, termasuk
konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,konseling KB dan pemberian ASI.
2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalammendapatkan pelayanan
antenatal terpadu, komprehensif, danberkualitas.
3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yangdiderita ibu hamil.
4. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguanpada ibu hamil sedini mungkin.
5. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuaidengan sistem rujukan yang
ada.2

2.3 Indikator Pelayanan Antenatal

1. Kunjungan pertama (K1)


K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak
pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu
ke 8.1

2. Kunjungan ke-4 (K4)


K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
Standar.1
Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: minimal satu kali pada trimester I(0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester ke2(>12 – 24 minggu), dan minimal 2 kali pada
trimester ke-3 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4
kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.1

3. Penanganan Komplikasi (PK)


PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak menular
serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah
gizi yang sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eklampsia, persalinanmacet, infeksi,
abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetesmeliitus, anemia gizi besi (AGB)
dan kurang energi kronis (KEK).1
2.4 Konsep Pelayanan Antenatal
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan
antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin
dan bayi baru lahir serta ibu nifas.1,2
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami
ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
persalinan normal.1,2
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau
komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar
dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal
terpadumerupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui
:
a. pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar kehamilan
berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas
b. deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
c. penyiapan persalinan yang bersih dan aman
d. perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.
e. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
f. Melibatkanibu hamil, suami dan keluarganyadalam menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil,
menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.1,2
Gambar 2.1 Kerangka konsep pelayanan antenatal komprehensif dan terpadu2
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari
9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan
dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang
dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).1,2

2. Ukur Tekanan darah


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah = 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).1,2
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko KEK. Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR). 1,2

4. Ukur Tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus
tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.1,2

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika,
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120
kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan
adanya gawat janin.1,2

6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasiTibu saat ini. Ibu hamil
minimalmemiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus.
Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval minimal.
Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 Imunisasi TT2

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah
(tablet zat besi)dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak
kontak pertama.1,2

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas
indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi: 1,2
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan jugauntuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena
kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kadarhemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan
ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula
darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malariadilakukan pemeriksaan darah Malaria
dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria
dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang
diduga menderita sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada
ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya
saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Teknik penawaran ini disebut Provider
Initiated Testing and Councelling (PITC)atau Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling (TIPK).
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita tuberkulosis
sebagai pencegahan agar infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya di fasilitas rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan alat
deteksi risiko ibu hamil oleh bidantermasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium
rutin (golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes
hamil.

9. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.1,2

10. Temu wicara (konseling)


Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:1,2
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga
ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting
agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan
pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan
derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit
tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas dan
terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera diberikan informasi
mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
Bagi ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif
diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil, menyusui dan
seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.
Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri,
anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih memberikan
perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu
hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi
tetanus.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit
otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Rawang Alai

Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan-Keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : -
c. KB : tidak ada
d. Kondisi Rumah :
Rumah kontrakan, lantai dari ubin, dinding tembok, atap biasa, jumlah kamar dua, kamar
mandi satu, dapur satu dan berada di belakang, jendela ada, ventilasi ada, pencahayaan baik,
sumber air PDAM, jamban didalam rumah, sampah dibuang, pekarangan rumah bersama
dengan pemilik rumah.
Kesan: higien dan sanitasi cukup
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Penghuni rumah dua orang, tinggal di daerah padat penduduk

Aspek Psikologis di Keluarga:


Hubungan dengan suami baik. Pasien menyatakan bahwa tidak ada masalah di keluarganya.
Pasien terbuka untuk menceritakan apa yang dirasakan oleh pasien kepada keluarganya. Pasien
tidak suka memendam sendiri.

3.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan berumur 26 tahun datang ke poliklinik Ibu dan Anak
Puskesmas Alai tanggal 29 Januari 2020 dengan:
Keluhan Utama
Pasien ingin kontrol rutin kehamilannya

Riwayat Penyakit Sekarang:


 Pasein tidak haid sejak ± 6 bulan yang lalu.
 HPHT : 10-08-2019 TP: 17-05-2020
 Gerak anak dirasakan baru dalam minggu ini.
 Riwayat Hamil Muda: Mual (+), Muntah (-), Perdarahan (-)
 ANC: Kontrol teratur ke puskesmas setiap bulan
 Riwayat menstruasi : Menarche umur 14 tahun, siklus haid teratur, lamanya 5 hari,
banyaknya 2-3x ganti duk/hari, nyeri haid (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan
1 x : Juni 2019

Riwayat Hamil/Abortus/Persalinan: 1/0/0


1. Ini
Riwayat Kontrasepsi :tidak ada
Riwayat Imunisasi : Imunisasi TT Catin
Riwayat Pendidikan : Tamat SMA
Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Kebiasaan : Tidak ada riwayat merokok, minum alkohol, dan narkoba

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis cooperatif (CMC)
Tinggi Badan : 157 cm.
Berat Badan sebelum hamil : 54 Kg.
Berat Badan selama hamil : 60 Kg.
LILA : 25 cm
Vital sign : Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 88 x/menit.
Nafas : 20 x/menit.
Temperatur : 36,5 0C.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O,
Kelenjar tiroid tidak tampak membesar.
Palpasi : Kelenjar tiroid dan getah bening tidak membesar.
Toraks :
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
Perkusi : Batas jantung :
Kanan : RICS IV parasternal dextra.
Kiri : RIC II midclavicula sinistra.
Atas : RIC II parasternal kiri.
Auskultasi : Irama jantung reguler, bising (-).
Pulmo : Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan.
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor kiri sama dengan kanan.
Auskultasi : Vesikuler normal, Rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : Status Obstetricus.
Genitalia : Status Obstetricus.
Ekstremitas : Edema -/-, Refleks fisiologis (+/+), Refleks patologis (-/-)

Status Obstetrikus :
Muka : Chloasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, tegang, aerola dan papilla hiperpigmentasi (-),
pembesaran kelenjar montgomery (-), klostrum (-)
Abdomen :
I : Perut tampak membuncit sesuai dengan kehamilan 26 minggu
striae gravidarum (-), linea nigra (-), sikatrik (-).
Pa : L1 = FUT teraba di umbilikus.
Teraba massa besar, lunak, noduler.
L2 = Teraba tahanan besar disebelah kiri.
Teraba bagian-bagian kecil disebelah kanan.
L3 = Teraba massa bulat, keras, tidak terfiksir.
L4 = Konvergen
TFU = 21 cm ; His : (-)
Pe : Tympani.
Au : BU (+) Normal; BJA : 146 x/menit.
Genitalia : Perdaraha (-)

3.4 Diagnosis :
G1P0A0H0 gravid 26 – 27 minggu

3.5 Penatalaksanaan
a. Promotif dan Preventif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai kehamilannya dan tetap berobat secara rutin
walaupun tidak ada keluhan.
- Menganjurkan kepada ibu untuk menyempatkan membaca buku Kesehatan Ibu dan
Anak.
- Menjelaskan kepada ibu untuk mulai memeprsiapkan persalinan dengan mengatakan
taksiran persalinan berdasarkan HPHT.
- Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan badan.
- Menganjurkan ibu untuk tetap mengajak komunikasi bayi dengan mengelus-elus perut
dan ajak bicara.
- Menganjurkan ibu untuk berbaring minimal 1 jam di siang hari dan posisi tidur
sebaiknya miring dan tidur memakai kelambu (jangan obat nyamuk semprot atau
bakar).
- Makanlah dengan pola gizi seimbang lebih banyak daripada sebelum hamil. Jika mual
muntah, dan tidak nafsu makan, pilihlah makanan yang tidak berlemak dan
menyegarkan seperti roti, ubi, singkong, biskuit, dan buah.
- Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan yaitu:
a. Perdarahan pada hamil muda ataupun tua.
b. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
c. Demam atau panas tinggi.
d. Air ketuban keluar sebelum waktunya
e. Bayi dikandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
f. Muntah terus
g. Tidak mau makan
Jika ada gejala diatas segera periksakan kehamilan karna beresiko untuk keguguran.
- Pemberian tablet tambah darah, kalsium dan imunisai TT kepada ibu.

DINAS KESEHATAN KOTA PADANG

Puskesmas Alai

DM Afifah Aqilatul

1840312210 Padang, 29 Januari 2020

R/ SF tab 60 mg No.XXX
S.1.d.d.tab.1
R/ Kalk tab 500 mg No.XX
S.1.d.d.tab.1
Pro : Ny.R
Umur : 26 th
Alamat : Rawang Alai
BAB IV
DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 26 tahun datang ke poliklinik Ibu
dan Anak Puskesmas Alai pada tanggal 29 Januari 2020 dengan diagnosis klinis G1P0A0H0
gravid 26 – 27 minggu ini. Pasien datang untuk kontrol rutin kehamilan dan saat ini tidak
memiliki keluhan apapun.
Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran pasien komposmentis, BB
60 kg, Lila 25 cm, Vital Sign normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan TFU 21 cm
dimana fundus teraba di umbilikal, gerak janin ada, dan DJJ: 146x/menit, janin presentasi
kepala di bawah dan belum masuk pintu atas panggul.
Pada pasien ini, dilakukan imunisai TT dan pemberian Tablet tambah darah dan juga
Kalsium. Pada pasien dilakukan edukasi mengenai kehamilannya yaitu tetap berobat secara
rutin walaupun tidak ada keluhan, menyempatkan membaca buku Kesehatan Ibu dan Anak,
mulai memeprsiapkan persalinan, menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan
badan, menganjurkan ibu untuk tetap mengajak komunikasi bayi dengan mengelus-elus perut
dan ajak bicara, menganjurkan ibu untuk berbaring minimal 1 jam di siang hari dan posisi tidur
sebaiknya miring dan tidur memakai kelambu (jangan obat nyamuk semprot atau bakar),
makanlah dengan pola gizi seimbang lebih banyak daripada sebelum hamil. Jika mual muntah,
dan tidak nafsu makan, pilihlah makanan yang tidak berlemak dan menyegarkan seperti roti,
ubi, singkong, biskuit, dan buah, menjelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan dan jika ada
gejala diatas segera periksakan kehamilan karna beresiko untuk keguguran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ANC yang dilakukan pada
pasien ini sudah sesuai dengan Permenkes 97 tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
2. Kemenkes RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. WHO. 2014. Trens in maternal mortality 1990 to 2013.
4. Riskesdas. 2017. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI
tahun 2017.
5. Azwar, Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai

  • Varisela Zoster BST
    Varisela Zoster BST
    Dokumen17 halaman
    Varisela Zoster BST
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    Dokumen30 halaman
    Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    Dokumen36 halaman
    Program Pemerintah Terkait Kesehatan Reproduksi
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Varisela Zoster BST
    Varisela Zoster BST
    Dokumen17 halaman
    Varisela Zoster BST
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Varisela Zoster BST
    Varisela Zoster BST
    Dokumen17 halaman
    Varisela Zoster BST
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • CRS Oe
    CRS Oe
    Dokumen8 halaman
    CRS Oe
    Nadrah Nizom
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DHF
    Penyuluhan DHF
    Dokumen14 halaman
    Penyuluhan DHF
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Hidrosefalus Css
    Hidrosefalus Css
    Dokumen20 halaman
    Hidrosefalus Css
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Crs Pengelolaan Jkn-Bpjs
    Crs Pengelolaan Jkn-Bpjs
    Dokumen34 halaman
    Crs Pengelolaan Jkn-Bpjs
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Referta Radio
    Referta Radio
    Dokumen13 halaman
    Referta Radio
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Bones
    Bones
    Dokumen2 halaman
    Bones
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Css DBD
    Css DBD
    Dokumen17 halaman
    Css DBD
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen36 halaman
    Referat
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Css DBD
    Css DBD
    Dokumen17 halaman
    Css DBD
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • CRS SN
    CRS SN
    Dokumen29 halaman
    CRS SN
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Ikterus Neonatorum
    Ikterus Neonatorum
    Dokumen54 halaman
    Ikterus Neonatorum
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BST Hordeolum
    BST Hordeolum
    Dokumen5 halaman
    BST Hordeolum
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Jurnal
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BST PV
    BST PV
    Dokumen25 halaman
    BST PV
    Sahyudi Darma Asepti
    Belum ada peringkat
  • Crs Pseudokista
    Crs Pseudokista
    Dokumen52 halaman
    Crs Pseudokista
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BST Hordeolum
    BST Hordeolum
    Dokumen5 halaman
    BST Hordeolum
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BST 1 Ambliopia
    BST 1 Ambliopia
    Dokumen27 halaman
    BST 1 Ambliopia
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Css Hifema Traumatika
    Css Hifema Traumatika
    Dokumen11 halaman
    Css Hifema Traumatika
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Diskusi CRS Mata
    BAB 3 Diskusi CRS Mata
    Dokumen6 halaman
    BAB 3 Diskusi CRS Mata
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • BST Hordeolum
    BST Hordeolum
    Dokumen5 halaman
    BST Hordeolum
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Css Istc
    Css Istc
    Dokumen28 halaman
    Css Istc
    ShafiraAghniaWinditia
    0% (1)
  • Blefarokonjungtivitis
    Blefarokonjungtivitis
    Dokumen2 halaman
    Blefarokonjungtivitis
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    ShafiraAghniaWinditia
    Belum ada peringkat
  • Hiperbilirubinemia Pada Neonatus 35 Minggu Di Indo
    Hiperbilirubinemia Pada Neonatus 35 Minggu Di Indo
    Dokumen8 halaman
    Hiperbilirubinemia Pada Neonatus 35 Minggu Di Indo
    tiar
    Belum ada peringkat