BAB I
PENDAHULUAN
1
2
A. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan dalam Al-Qur’an?
2. Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits?
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep pendidikan dalam Al-Qur’an.
2. Mengetahui prinsip-prinsip pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
lebih mengarah kepada perbaikan tingkah laku. Meskipun arti lafal ta’dzib
begitu tinggi nilainya, tetapi lafal ta’dzib tidak sekalipun dipakai dalam
Al-Qur’an. Barang kali asumsi Al-Qur’an tidak menyebutkannya adalah
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam lafal ta’dzib sudah termasuk
dalam lafal yang menunjukkan dalam arti pendidikan yang lain (tarbiyah
dan ta’lim).
4. Tahzib
Wehr mengartikan lafal tahzib dalam 10 macam arti, yaitu:
expurgation (penghijauan yang jelek), emendation (perbaikan), correction
atau retification (pembentukan), revision (perbaikan), training (pelatihan),
intruction (perintah), education (pendidikan), upbringing (penumbuhan),
culture (kebudayaan) dan refinement (perbaikan). Meskipun lafal tahzib
begitu tinggi kandungan artinya, namun ternyata tidak satu kali pun kata
ini terdapat dalam Al-Qur’an, yang jelas ini juga menunjukkan pada upaya
menjadikan manusia meningkatkan kualitas kebaikan seseorang supaya
moral atau akhlaknya menjadi lebih bagus. Dan inilah yang menjadi tujuan
pendidikan. Untuk itu istilah tahzib juga di maksudkan sebagai upaya
pendidikan.
Meskipun term untuk pendidikan tidak digunakan dalam Al-Qur’an
hanya tarbiyah dan at-ta’lim, tidak berarti konsep pendidikan Islam tidak
menyentuh aspek yang dimilki oleh istilah ta’dzib, sebab esensi dari sistem
pendidikan adalah perbaikan moral. Hal ini tercermin dari misi Rasulullah
SAW. adalah penyempurnaan akhlak dengan sabdanya; “Artinya:‘aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.’”
Begitu juga lafal tahzib yang lebih menekankan pada aspek
perbaikan atau penghilangan sifat buruk ini juga berkenaan masalah moral.
Sehingga pendidikan akhlak di istilah tahzib, al-akhlaq, sebab hasil dari
pendidikan Islam haruslah mampu berperan sesuai dengan kemajuan iptek,
disamping harus menghiasinya dengan dengan nilai-nilai akhlak Islami.
Hal ini sebgai konsekuensi logis dari posisi Islam sebagai agama penutup
sehingga mesti memiliki nilai-nilai ajaran yang sempurna. Pendidikan
7
2. Keseimbangan
Yaitu seimbang antara unsur material dan spiritual, unsur jasmani
dan rohani. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan
iman dan amal secara bersamaan, secara implisit menggambarkan
kesatuan yang tidak terpisahkan. Allah berfirman:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali
yang beriman dan beramal sholeh dan nasihat menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-
‘Ashr: 1-3)
Juga dalam QS. Al-Mulk ayat 3, Allah SWT. berfirman:
Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang?”
3. Persamaan
Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang manusia yang
mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara
9
jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, suku, ras, maupun warna kulit.
Sehingga budak sekali pun mendapatkan hak dalam pendidikan.
Rasulullah bersabda: “Siapa pun diantara seorang laki-laki yang
mempunyai seorang budak perempuan, lalu diajar dan dididiknya dengan
ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu
dikawininya, maka (laki-laki) itu mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari)
4. Keutamaan
Ditegaskan bahwa pendidikan bukan hanya proses mekanik
melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh dimana segala
kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan.
Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral. Nilai moral
yang paling penting dan paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral
yang paling buruk dan paling rendah adalah syirik. Allah SWT. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48)
Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas
menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut
membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang
ditunjukkan oleh pendidik tersebut.
Rasulullah bersabda: “Hargailah anak-anakmu dan baikkanlah
budi pekerti mereka.”(HR. Nasa’i)
5. Berlangsung Seumur Hidup
Menuntut ilmu adalah fardhu ‘ain artinya diwajibkan bagi tiap-tiap
muslim selama hidupnya. Oleh karena menuntut ilmu berlangsung seumur
10
mendekatkan aku pada Allah SWT. Maka aku tidak akan diberkahi pada
hari itu.” (HR. Tirmidzi)
Juga dalam satu riwayat:
“Orang yang paling berat penderitaannya di hari kiamat ialah
orang pandai yang pengetahuannya tak memberi manfaat baginya.” (HR.
Thabrani).
14
BAB III
KESIMPULAN
14
15
DAFTAR PUSTAKA
15
16
DAFTAR ISI
i
17
Karya Tulis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Kenaikan Pangkat Dan Golongan
Disusun Oleh:
Heru Susanto, M.Pd.I
NIP.198207192009121005
Tahun 2017