Anda di halaman 1dari 17

Pendapat Para Ahli Tentang 4 Pilar Kebangsaan

4 Pilar Kebangsaan Negara Indonesia, yakni:


1. Pancasila
2. Undang Undang Dasar 1945
3. Bhineka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Menjaga 4 Pilar Kebangsaan
Menurut beberapa ahli, untuk menjaga 4 pilar kebangsaan tersebut dibutuhkan pendekatan khusus.
Beberapa pendekatan tersebut diantaranya adalah pendekatan Kultural, Pendekatan Edukatif, Hukum,
dan Struktural.
1. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal lebih mendalam
kepada generasi muda. Ini bertujuan untuk membentuk generasi muda yang mengedepankan norma
dan budaya bangsa.
Pembangunan dan teknologi dapat berjalan dengan memperhatikan potensi dan kekayaan budaya
negara Indonesia tanpa mengeliminasi adat istiadat yang ada.
2. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif sangat diperlukan untuk memberikan pendidikan yang layak kepada generasi
penerus. Ini diharapkan dapat mengurangi tindak kriminal yang dilakukan generasi muda, misalnya
tawuran, pencurian, hingga pembunuhan.
Itu sebabnya lembaga pendidikan baik sekolah maupun keluarga menjadi faktor penentu bagi generasi
muda. Sekolah dan orang tua harus dapat memberikan wadah yang baik bagi anak muda untuk
menyalurkan ide dan kreatifitas mereka untuk hal-hal yang positif.
3. Pendekatan Hukum
Ini merupakan tindakan tegas terhadap segala tindak kekerasan, misalnya tawuran, bully, dan lain-lain.
Norma hukum hanya dapat berfungsi bila ditegakkan dengan tegas sehingga memberikan efek jera
bagi para pelaku tindak kekerasan dan kriminal.
4. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dapat dimulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, kepala desa, camat, lurah
sampai bupati/wali kota hingga gubernur. Kegiatan-kegiatan yang dapat mempersatu masyarakat
harus selalu diupayakan oleh lembaga sosial dan aparatur negara tersebut.
MASA_MASA KABINET DAN TURUNNYA
A. Masa Kabinet Mohammad Natsir (07 September 1950 - 21 Maret 1951
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai Masyumi).
Program-program :
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante.
2. Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta membentuk peralatan
negara yang kuat dan daulat.
3. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
4. Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas anggota tentara
dan gerilya dalam masyarakat.
5. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya.
6. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan
ekonomi nasional yang sehat.
7. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan
derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
8. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha meninggikan
derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat.
9. Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro).
10. Pembentukan DPRD.
Keberhasilan :
1. Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke ekonomi nasional.
2. Indonesia masuk PBB.
3. Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah
Irian Barat.
Masalah-masalah :
1. Pada penerapan Sumitro Plan, pengusaha nasional diberi bantuan kredit, tetapi bantuan itu
diselewengkan penggunaannya sehingga tidak mencapai sasaran.
2. Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan).
3. Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
4. Seringnya mengeluarkan Undang Undang Darurat yang mendapat kritikan dari partai oposisi.
Kegagalan :
1. Kegagalan kabinet dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
2. Adanya Mosi tidak percaya dari PNI tentang pencabutan peraturan pemerintah mengenai
DPRD dan DPRDS, Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga mandat kabinet harus
dikembalikan kepada Presiden.

B. Kabinet Sukiman 27 April 1951 - 3 April 1952


Sukiman Wirjosandjojo
Kabinet ini merupakan kabinet koalisi antara partai Masyumi dan partai PNI.
erdana Menteri : Sukiman Wiryosanjoyo (Partai Masyumi).
Program-program :
1. Menjamin keamanan dan ketentraman.
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.
Keberhasilan :
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, dari program Menggiatkan usaha
keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
Masalah :
1. Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan
Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Dimana dalam Mutual Security Act (MSA) terdapat
pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan
kepentingan Amerika. Tindakan tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara
Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat.
2. Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
3. Masalah Irian Barat belum juga teratasi.
4. Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Kegagalan :
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

C. Kabinet Wilopo : 3 April 1952 – 3 Juni 1953


Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam biangnya).
Perdana Menteri : Mr. Wilopo
Program-Program :
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Tidak memiliki prestasi yang baik
Masalah :
1. Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
2. Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah
terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
3. Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah
yang tidak seimbang.
4. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952, yang merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang
akan membahayakan kedudukannya. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang
menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanan di Sulawesi
Selatan.
5. Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai bentrokan antara aparat kepolisian dengan
para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli) karena sesuai
dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia
dan memiliki tanah-tanah perkebunan.
Kegagalan :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap
kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

D. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955


Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Perdana Menteri : Mr. Ali Sastroamidjojo
Program-Program :
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik.
Keberhasilan :
1. Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada
29 September 1955.
2. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Masalah :
1. Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII
di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
2. Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 yaitu suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952.
Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh
kabinet.
3. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan
gejala membahayakan.
4. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
5. Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Kegagalan :

NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

E. Kabinet Burhanuddin Harahap 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956


Perdana Menteri : Burhanuddin Harahap
Tanggal Pelantikan :
Program-program:
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru.
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi.
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat.
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Keberhasilan:
1. Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar
tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh
suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
2. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
3. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
4. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
5. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution
sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Masalah :
Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Kegagalan :
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga cabinet pun jatuh.

F. Kabinet Ali Sastroamidjojo II 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957


Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Perdana Menteri : Ali Sastroamidjojo
Tanggal Pelantikan :
Program yang disebut sebagai "Rencana Pembangunan Lima Tahun" :

1. Perjuangan pengembalian Irian Barat.


2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.
Program Pokok :
1. Pembatalan KMB.
2. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif.
3. Melaksanakan keputusan KAA.
Keberhasilan :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Masalah :
1. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
2. Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan.
3. Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
4. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Sehingga muncullah peraturan yang dapat melindungi
pengusaha nasional.
5. Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat
bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Kegagalan :
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.

G. Kabinet Djuanda 9 April 1957 - 5 Juli 1959


Kabinet ini adalah zaken kabinet (kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya).
Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS
1950 dan terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
Program- program yang disebut "Panca Karya" :
1. Membentuk Dewan Nasional.
2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
3. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB.
4. Perjuangan pengembalian Irian Jaya.
5. Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan.
Keberhasilan :
1. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur
mengenai laut pedalaman dan laut teritorial.
2. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.
Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
3. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
4. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.
Masalah :
1. Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat
yang menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3. Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di
depan Perguruan Cikini pada tanggal 30 November 1957 dan menyebabkan keadaan negara
semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
Kegagalan :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas negara Kepulauan
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI

Deklarasi Juanda” itu memiliki isi 3 pokok tentang wilayah perairan Indonesia, yaitu:

1. Darat dan laut Indonesia adalah satu kesatuan wilayah yang bulat, yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Laut dan selat yang terdapat di antara pulau-pulau menjadi pemersatu karena
menghubungkan pulau yang satu dengan yang lainnya.
2. Perantara garis pangkal untuk menentukan wilayah laut, dengan cara menarik garis lurus yang
menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar hingga 200 titik pangkal yang
dihubungkan oleh 196 garis pangkal lurus. Semua perairan yang berada di dalam garis pangkal
lurus merupakan perairan nusantara yang memiliki kedaulatan hukum.
3. Batas-batas wilayah Indonesia diukur sejauh 12 mil dari garis pangkal lurus.

Rumusan Deklarasi Juanda akhirnya mendapat pengakuan dunia internasional pada konvensi Hukum
Laut Internasional di Jamaika, Amerika Tengah. Dalam konvensi itu, keberadaan wilayah perairan
Indonesia meliputi:

Perairan Nusantara

Perairan Nusantara adalah semua laut dan selat yang menghubungkan pulau-pulau wilayah Indonesia.
Luas perairan Indonesia mencapai 2,7 juta km2.

Laut Wilayah

Laut Wilayah atau biasa disebut laut teritorial, ditetapkan sejauh 12 mil yang diukur dari garis pangkal
lurus. Wilayah laut meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya, maupun ruang di atas laut, serta seluruh
kekayaan yang di kandungnya.

Batas Landas Kontinental

Landas kontinental dapat diartikan sebagai lanjutan daratan suatu benua yang terendam hingga
kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut. Sumber-sumber daya alam yang berada di landas
kontinen adalah milik pemerintah Republik Indonesia.

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Zona Ekonomi Eksklusif ditetapkan pada 21 Maret 1980, yang isinya adalah sebagai berikut.

1. Jalur laut wilayah Indonesia selebar 200 mil, yang diukur dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia.
2. Pemerintah Indonesia berhak melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya hayati dan
sumber daya alam non hayati, yang berada di dasar laut dan tanah di bawahnya, serta
memanfaatkan air lautnya.
3. Pemerintah memiliki kebebasan melakukan pelayaran dan penerbangan sesuai dengan prinsip-
prinsip hukum laut internasional.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 1983
TENTANG
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

BAB II
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

Pasal 2

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia
sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi
dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis
pangkal laut wilayah Indonesia.

Pasal 3

(1) Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara
yang pantainya saling berhadapan atau berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi
eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan persetujuan antara Republik Indonesia
dan negara yang bersangkutan.

(2) Selama persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum ada dan tidak terdapat keadaan-keadaan
khusus yang perlu dipertimbangkan, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara
tersebut adalah garis tengah atau garis sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia atau
titik-titik terluar Indonesia dan garis-garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara tersebut, kecuali
jika dengan negara tersebut telah tercapai persetujuan tentang pengaturan sementara yang berkaitan dengan
batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia termaksud.

BAB III
HAK BERDAULAT, HAK-HAK LAIN, YURISDIKSI
DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN

Pasal 4

(1) Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyai dan melaksanakan :

a. �Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya
alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya dan kegiatan-
kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona tersebut, seperti pembangkitan tenaga
dari air, arus dan angin;

b. �Yurisdiksi yang berhubungan dengan :

1. �pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan


lainnya;

2. �penelitian ilmiah mengenai kelautan;

3. �perlindungan dan pelestarian lingkungan taut;

c. �Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan Konvensi Hukum Laut yang berlaku.

(2) Sepanjang yang bertalian dengan dasar laut dan tanah di bawahnya, hak berdaulat, hakhak lain, yurisdiksi
dan kewajiban-kewajiban Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan menurut peraturan
perundang-undangan Landas Kontinen Indonesia, persetujuan-persetujuan antara Republik Indonesia
dengan negara-negara tetangga dan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berlaku-

(3) Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional serta kebebasan
pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional yang
berlaku.
ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL
1. Budi Utomo
Didirikan oleh para pelajar STOVIA dibawah pimpinan dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Dan
setelah kemerdekaan, karena Budi Utomo sebagai organisasi pertama, maka tgl 20 Mei ditetapkan
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

2. )Sarekat Dagang Islam (SDI)


SDI didirikan oleh saudagar kaya raya H. Samanhudi pada 1911 di Laweyan(Surakarta). Latar
belakang didirikannya SDI adalah : terjadinya persaingan perdagangan antara pedagang pribumi
dengan pedagang asing seperti Cina dan Tionghoa.

3. )Sarekat Islam (SI)


Awalnya adalah SDI, tapi pada masa kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto di ubah menjadi Sarekat
Islam pada tahun 18 September 1912 1912, dan berkedudukan di Surabaya.

4. )Indische Partij
Didirikan oleh Tiga Serangkai, yang terdiri dari Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar Dewantara, dr. cipto
Mangunkusumo, dan dr. EFE Douwes Dekker / Danur Dirjo Setiabudi pada 25 Desember 1912 1912.
Tujuan utama dari IP adalah : membangun lapangan hidup dan menganjurkan kerjasama atas dasar
persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah air Hindia Belanda untuk mempersiapkan
kehidupan rakyat yang merdeka.

5. )Muhammadiyah
Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan 18 November 1912 di Yogyakarta.
Tujuan pendirian Muhammadiyah antara lain :
1. Memajukan pengajaran dan pendidikan berdasarkan agama Islam;
2. Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut peraturan agama Islam,
yang diselaraskan dengan kehidupan modern.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut antara lain dengan :
1. Mendirikan dan membantu pendirian sekolah-sekolah yang berdasarkan Islam
2. Mendirikan kegiatan-kegiatan social
3. Menyebarluaskan ketentuan agama Islam
4. Mendirikan organisasi kepemudaan (Hisbul Wathan)
5. Membentuk Majelis Tarjih yang bertugas mengeluarkan fatwa.
6.)Perhimpuan Indonesia (PI)
PI didirikan oleh para mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di negeri Belanda. PI
merupakan penjelmaan dari Perkumpulan Pelajar Indonesia di Negeri Belanda yang bernama Indische
Vereeninging (IV) tahun 1908. Tahun 1923 berubah menjadi Indonesiiche Vereeninging, dan tahun
1924 akhirnya menjadi Perhimpunan Indonesia.
Tujuan dari PI adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, ditempuh dengan mengambil
haluan politik yang non-kooperatif dan menyatakan bahwa tanah air Indonesia adalah satu dan tidak
dapat dibagi-bagi.
Tokoh PI antara lain : Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, dan Ali Sastro Amidjojo
7. )Partai Nasional Indonesia (PNI)
Didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 oleh sebuah studi club di Bandung dibawah pimpinan Ir. Soekarno.
Tujuan PNI adalah :
1. Selp-help, yaitu bekerja menurut kemampuan sendiri, baik dalam lapangan politik,ekonomi, maupun
budaya;
2. Non-kooperatif, yaitu tidak menjalin kerjasama dengan penjajah;
3. Sosio-demokrasi atau marhaenisme, yaitu dengan pengerahan masa rakyat tertindas yang hidup
dalam kemiskinan ditanah yang kaya raya.
Setelah penangkapan yang dilakukan kepada tokoh PNI yaitu : Ir. Soekarno, Maskun,
Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata pada tanggal 24 Desember 1929 oleh pemerintah Belanda,
kemudian di adili dan dipenjara, PNI terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Partai Indonesia (Partindo) dibawah pimpinan Sartono
2. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) dibawah pimpinan Moh. Hatta.

8. )Partai Komunis Indonesia (PKI)


PKI terbentuk setelah Sarekat Islam Merah memisahkan diri dari Sarekat Islam. Kegiatan PKI
diarahkan untuk memepertentangkan antarkelas dalam masyarakat, dengan kekuatan utama terletak
pada golongan buruh.
9. )Gerakan Wanita
Gerakan wanita diawali oleh suatu kesadaran untuk meningkatkan derajat kaum wanita (emansipasi).
10. )Taman Siswa
Didirikan tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk
mewujudkan masyarakat yang tata tentram, tertib, dan damai.
11. )Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
Berdiri 17 Desember 1926, yang terdiri dari gabungan PNI, PSI, Algeme Studi Club, BO,Pasundan,
Serikat Sumatra, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, Serikat Madura, Tirtayasa, dan Serikat
Celebes. Tokohnya : Ir. Soekarno (PNI) dan Dr. Sukiman (Sarekat Islam).
12. )Partai Indonesia Raya (Parindra)
Budi Utomo dan Persatuan Bangsa melaui kongres di Solo tanggal 24-26 Desember 1935, berfusi
menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya), dan Dr. Soetomo sebagai ketua.
13. )Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Dibentuk pada tanggal 25 September 1937 di Surabaya. Dicetuskan oleh K.H. mas Mansur dari
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan dari Muhammadiyah, dan K.H. AbdulWahab dari NU.
14. )Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Didirikan tanggal 21 Mei 1939 dibawah pimpinan Muh. Husni Tamrin.
Perang Kemerdekaan Indonesia
SEBLUM KEMERDEKAAN

1) Perlawanan rakyat Maluku


A.Masa perjuangan16 mei-16 desember 1817
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan perjuangan
-Berawal dari monopoli perdagangan belanda dan pelayaran Holgi
-Perlawanan terhadap belanda dengan menyerang benteng duurstede dan memukul mundur
Belanda dengan terbunuhnya Jenderal Van der Berg
-Belanda membalas dengan kekuatan lebih besar dan menangkap Pattimura dan teman
temannya.Pattimura dihukum gantung di Ambon.
2) Perlawanan kaum Padri
A.Masa perjuangan 1821-1837
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan perjuangan
-Dikenal dengan perang paderi karena perselisihan antara kaum adat dan kaum ulama
-Perselisihan ini dimanfaatkan Belanda dengan politik adu domba sehingga terjadi perang saudara
-Belanda menggunakan siasat benteng yaitu membangun benteng Fort de Kock yang
menyimbolkan telah dikuasai daerah tsb
-Kaum adat akhirnya bersatu dengan kaum ulama melawan Belanda
-Persatuan ini merisaukan Belanda yang akhirnya mengeluarkan pernyataan yang disebut Plakat
panjang dengan isi:
1.Tanam paksa dengan kerja paksa bagi rakyat Minangkabau
2.Kepala Kepala daerah akan digaji
3.Belanda bertindak penengah
-Dibawah pimpinan Letkol Michiels Belanda menyerang dan menaklukkan Bonjol dengan
ditangkapnya Imam Bonjol Diasingkan ke Cianjur-Ambon-Manado
-Imam Bonjol wafat dan dimakamkan di Pinelang,Manado

3) Perlawanan Pangeran Diponegoro


A.Masa perjuangan 1825-1830
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan perjuangan
-Berawal dari sengketa penetapan patok jalan oleh Belanda yang melewati makam leluhur
P.Diponegoro tanpa melakukan perundingan terlebih dahulu
-Perang dengan cara gerilya dibantu oleh Pangeran Mangkubumi,Pangeran Ngabehi
Joyokusumo,dan Sentot Ali
-Dipimpin Letkol Soeharto pada 1 maret 1949 gerilyawan menyerang Yogyakarta dengan sandi
Janur Kuning dan berhasil menduduki kita selama 6 jam.Hal ini di kenal dengan serangan umum 1
maret

4) Perlawanan rakyat Sulawesi


A.Masa perjuangan 1829-1907
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan perjuangan
-Sultan Hasanuddin menyerang Belanda karena VOC melakukan monopoli yang ketat dengan
pelayaran Hongi
-VOC dibantu Aru Palaka menyerang Makassar
-Sultan Hasanuddin kalah dan harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang isinya Makassar
menjadi wilayah jajahan dan perdagangan menjadi hak monopoli VOC

5) Perlawanan Rakyat Kalimantan


A.Masa perjuangan 1859-1905
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan Perjuangan
-Perlawanan terhadap Belanda karena mencampuri urusan pemerintahan kerajaan banjar
-Dipimpin P.Hidayat yang ditangkap dan dibuang ke Cianjur dan dilanjutkan P.Antasari
-Perjuangan terhenti karena P.Antasari wafat karena penyakit cacar dan dimakamkan di
Banjarmasin

6) Perlawanan Rakyat Aceh


A.Masa perjuangan
1873-1904
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan perjuangan
-Belanda menyerang Aceh dengan menghancurkan masjid Baiturahman dan Jenderal Kohler tewas
-Belanda pergi dari Aceh
-Belanda datang kembali dipimpin Jederal J.Van Swieten
-Tokoh aceh bersatu dan belanda mengalami kesulitan,akhirnya mengirim Dr.Snouck Hurgroje
seorang belanda yang ahli islam untuk mempelajari kehidupan sosial budaya aceh.Siasat inilah
yang akhirnya dapat menaklukkan Ace

7) Perlawanan Rakyat tanah Batak


A.Masa perjuangan1870-1907
B.Perjuangan melawanBelanda
C.Ringkasan Perjuangan
-Belanda menyerang Tapanuli tapi dapat digagalkan
-Penyerangan Belanda di Silindung Humbang dan Tobe Hulbung
-Penyerangan Belanda ke Tanah Gayo dan Danau Toba
-Penyerangan Belanda di pusat pertahanan Sisingamangaraja di Pak pak
-Sisingamangaraja gugur dan dimakamkan di Terutung lalu di pindah ke Balige

8) Perlawanan Rakyat Bali


A.Masa perjuangan 1846-1849
B.Perjuangan melawan Belanda
C.Ringkasan Perjuangan
-Terjadi karena belanda menentang hukum tawan karang yang berlaku di Bali
-Hukum tawan karang yaitu Kerajaan di Bali memiliki hak untuk merampas muatan kapal yang
teradampar di pantai wilayah kerajananya
-Dalam perangnya raja Buleleng dibantu Gusti ketut Jelantik
-Dalam perangnya menggunakan sistem perang puputan

SESUDAH KEMERDEKAAN

1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Surabaya)

Gencatan senjata antara tentara Indonesia dan pihak Sekutu justru berbuntut ke insiden Jembatan
Merah. BrigJen Mallaby yang kala itu berpapasan dengan milisi Indonesia terlibat baku tembak karena
kesalahpahaman semata. Kematian Mallaby memicu kemarahan tentara Sekutu. MayJen Robert
Mansergh yang menggantikan Mallaby lantas mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 yang
meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan semua persenjataan dan mengibarkan bendera putih.
Tidak diindahkan, salah satu perang paling destruktif di Indonesiapun tak terelakkan. Inggris
mengerahkan 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang untuk mengepung
Surabaya. Arek-arek Surabaya tak mengenal kata menyerah. Dengan perlengkapan seadanya, mereka
memutuskan untuk memberi perlawanan. 6.000 rakyat Indonesia tewas dan 200.000 lainnya harus
mengungsi. Peristiwa Surabaya lantas menjadi pemicu upaya pertahanan kemerdekaan di wilayah lain.

2. Bandung Lautan Api (Bandung) 23 Maret 1946

Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung
memicu salah satu gerakan paling spektakuler di sejarah perang Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan
senjata tidak akan berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI tidak rela jika Sekutu
memanfaatkan Bandung sebagai pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain. Berdasarkan hasil
musyawarah, sebuah tindakan bumi hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi. 200.000
penduduk Bandung membakar rumah mereka selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak
mengungsi ke wilayah selatan.

4. Operasi Trikora (Irian Barat) 19 Des 1961 – 15 Agt 1962

Operasi Trikora digelar dengan satu tujuan utama yang sederhana namun jelas dengan berbagai
usaha: merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan
Irian Barat dengan Indonesia. Belanda yang keras kepala dan tidak ingin menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia harus merasakan konsekuensi yang tidak ringan dari keputusannya tersebut.
Berbekal persenjataan berat yang baru saja didapatkan dari Uni Soviet, sebuah operasi militer besar-
besaran dikerahkan; terbesar yang pernah dilakukan Indonesia sepanjang sejarah.

4. Serangan Umum 1 Maret 1949 (Yogyakarta)

Indonesia semakin berani ketika perlengkapan senjata dan koordinasi militernya yang masih muda
mulai menunjukkan potensi pertahanan yang cukup kuat. Belanda yang di kala itu sedang menjajal
usaha invasi keduanya datang seolah tak terbendung. Namun, TNI tidak tinggal diam. Sebuah rencana
serangan disusun untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki sebuah kemampuan
sebuah negara berdaulat, tetapi juga eksistensi badan militer. Yogyakarta dipilih sebagai ajang
pembuktian. Selain sebagai ibu kota, Yogyakarta kala itu juga memuat banyak wartawan asing yang
signifikan untuk publisitas dan memperkenalkan Indonesia. Serangan dimulai saat fajar, berlangsung
selama 6 jam, dan berhasil memukul mundur Belanda.
5. Pertempuran Laut Aru (Maluku) 15 Januari 1962

Tidak diragukan lagi, perang laut paling dramatis yang pernah terjadi di Indonesia adalah Pertempuran
Laut Aru yang merupakan bagian dari operasi Trikora. Tiga kapal perang tempur Indonesia yang
ditugaskan melakukan operasi penyusupan, RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, dan RI Harimau,
harus berhadapan dengan sebuah takdir buruk. Operasi yang seharusnya berjalan rahasia ini ternyata
terendus oleh pihak otoritas Belanda. Mereka mengirimkan dua kapal jenis destroyer dan pesawat
tempur untuk menenggelamkan ketiga kapal perang Indonesia. Namun, dengan heroiknya, RI Matjan
Tutul memutuskan untuk maju dan mengalihkan perhatian musuh, memberikan kesempatan kepada
dua kapal yang lain untuk melarikan diri. Komodor Yos Sudarso wafat dalam pertempuran ini.

6. Operasi Dwikora (Malaysia)

Kecemasan Soekarno bahwa Malaysia dan Kalimantan Utara akan menjadi kaki tangan kolonial
membuat operasi Dwikora dikerahkan. Malaysia yang kala itu berada di bawah wewenang kekuasaan
Inggris diberikan kesempatan untuk melakukan referendum dan menentukan nasibnya sendiri. Namun,
masyarakat Malaysia saat itu justru mulai menghasilkan sikap anti-Indonesia dan "meludahi" Tanah Air
kita. Soekarno yang marah memutuskan untuk berperang. Sebuah pidato terkenal, Ganyang Malaysia,
juga diproklamasikan saat itu. Perang agen rahasia, sabotase, dan militer terbuka dikerahkan.
Indonesia harus melawan tiga negara sekaligus: Malaysia, Inggris, dan Australia.

Instruksi Presiden Soekarno pada tanggal 31 Agustus 1945 untuk mengibarkan bendera Merah Putih di
seluruh pelosok Nusantara tidak serta-merta membuat kedaulatan Indonesia berjaya. Belanda
tampaknya tak kehilangan akal untuk terus menancapkan taringnya di atas Tanah Air. Berkedok
sebuah lembaga kemanusiaan, Intercross, Belanda melakukan langkah-langkah politik dan berunding
dengan pihak Jepang di Hotel Yamato. Pada tanggal 18 September 1945, sekelompok orang Belanda
W.V. Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di atas hotel tersebut. Tentu saja
ini memicu kemarahan besar rakyat Surabaya. Para pemuda berkumpul di luar hotel dalam jumlah
masif, marah karena kedaulatan Indonesia yang terinjak. Mereka merangsek paksa, masuk ke dalam
hotel dan memicu apa yang kita kenal sebagai Insiden Hotel Yamato. Bagian biru bendera Belanda
tersebut dirobek. Bendera yang kini hanya menyisakan warna merah dan putih dikibarkan kembali
dengan disertai pekik "Merdeka" para pemuda Surabaya.

8. Perang Gerilya Soedirman 19 Desember 1948

Tidak ada masyarakat Indonesia yang tidak mengenal sosok kharismatik, Jenderal Soedirman. Dalam
kondisi kesehatan yang bahkan tidak memungkinkan untuk bergerak sendiri, Jenderal Soedirman tetap
memimpin pergerakan dari atas tandu. Taktik utamanya adalah dengan bergerilya, menyerang
pasukan musuh, dan kemudian bersembunyi. Beliau adalah ahli strategi yang mumpuni dan sering
berhasil menyerang pasukan Belanda dan Sekutu di titik-titik yang memang berdampak signifikan.
Sayangnya, beliau harus kalah kepada ketidakberdayaan melawan penyakit tuberkolosis yang semakin
parah.
9. Perang Ambarawa (Semarang) Tanggal 12 Desember 1945,

Sekutu memang tidak pernah berhenti berulah. Kedatangan awal di Semarang untuk semata mengurus
tahanan perang Jepang justru berbuntut menjadi kekacauan. Rakyat marah ketika melihat para
tahanan yang sebagian besar merupakan eks-tentara Belanda tersebut justru dipersenjatai. Serangan
dilancarkan oleh Tentara Keamanan Rakyat yang berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga
mereka terpaksa bertahan di kompleks gereja. Tanggal 12 Desember 1945, kesatuan-kesatuan TKR
datang untuk menyerang dan memulai perang selama 1,5 jam. Melalui strategi flanking, Indonesia
berhasil merebut Ambarawa dan memukul mundur Sekutu.

10. Puputan Margarana (Bali) 20 November 1946

Bagi Anda yang belum mengenal sejarah Bali sebelumnya, Puputan mungkin tampil sebagai sebuah
konsep yang masih asing terdengar. Namun, bagi yang pernah mempelajarinya, Puputan merupakan
tindakan paling patriotik yang ada dalam sejarah Indonesia. Puputan adalah tradisi masyarakat Bali
untuk memberikan perlawanan terhadap siapa pun agresor yang berani menyentuh Tanah Air hingga
titik darah penghabisan. Tidak ada kata mundur, tidak ada kata menyerah. Salah satu perang puputan
paling dramatis adalah Puputan Margarana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Dalam usaha
mempertahankan desa Marga dari serangan NICA, Ngurah Rai yang berhasil merampas senjata api
dari tentara Belanda berkomitmen untuk mengobarkan perang perlawanan hingga titik darah
penghabisan. Tentara Belanda yang sempat kewalahan dan kalah terpaksa meminta bantuan sebagian
besar pasukannya di Bali dan pesawat pengebom dari Makassar untuk membasmi perlawanan ini. 96
orang tewas, termasuk I Gusti Ngurah Rai. Dari pihak Belanda? Kurang lebih 400 orang tewas.

11. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi serdadu Belanda dan NICA di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Pada awalnya kedatangan mereka
disambut oleh tokoh dan masyarakat di Sumatera Utara. Akan tetapi, tindakan tentara Sekutu
menyakitkan rakyat. Mereka membebaskan para tahanan Belanda dan dibentuk Medan Batalyon KNIL
Revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
akhirnya disahkan menjadi Undang-Undang. Pengesahan dilakukan dalam rapat paripurna di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/5/2018).

Pasal 1: Definisi Terorisme Definisi terorisme ini menjadi pembahasan yang paling alot dan yang paling
terakhir disepakati oleh pemerintah dan DPR. Pada akhirnya, terorisme didefinisikan sebagai
perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau
fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Pasal 12 A: Organisasi Teroris Pasal ini mengatur, setiap orang yang dengan sengaja menjadi anggota
atau merekrut orang untuk menjadi anggota korporasi yang ditetapkan pengadilan sebagai organisasi
terorisme dipidana paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun

Pasal 12 B: Pelatihan Militer Pasal ini mengatur setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan,
memberikan, atau mengikuti pelatihan militer, pelatihan paramiliter, atau pelatihan lain, baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, dengan maksud merencanakan, mempersiapkan, atau melakukan tindak
pidana terorisme atau ikut berperang di luar negeri untuk tindak pidana terorisme, dipidana paling
singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun.

Pasal 13 A: Penghasutan Pasal ini mengatur, setiap orang yang memiliki hubungan dengan organisasi
Terorisme dan dengan sengaja menyebarkan ucapan, sikap atau perilaku, tulisan, atau tampilan
dengan tujuan untuk menghasut orang atau kelompok orang untuk melakukan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang dapat mengakibatkan tindak pidana terorisme, dipidana paling lama 5 tahun.

Pasal 16 A: Pelibatan Anak Pasal ini mengatur, setiap orang yang melakukan tindak pidana terorisme
dengan melibatkan anak, ancaman pidananya ditambah sepertiga

Pasal 25: Waktu Penahanan Pasal ini mengatur tersangka teroris bisa ditahan dalam waktu yang lebih
lama. Jika sebelumnya penahanan seorang tersangka untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan
hanya bisa dilakukan dalam waktu 180 hari atau 6 bulan, kini menjadi 270 hari atau 9 bulan.

Pasal 28: Penangkapan Pasal ini mengatur polisi memiliki waktu yang lebih lama untuk melakukan
penangkapan terhadap terduga teroris sebelum menetapkannya sebagai tersangka atau
membebaskannya. Jika sebelumnya polisi hanya memiliki waktu 7 hari, kini bisa diperpanjang sampai
21 hari.

Pasal 31 dan 31A: Penyadapan Pasal ini mengatur, dalam keadaan mendesak penyidik kepolisian
bisa langsung melakukan penyadapan kepada terduga teroris. Setelah penyadapan dilakukan, dalam
waktu paling lama tiga hari baru lah penyidik wajib meminta penetapan kepada ketua pengadilan
negeri setempat. Izin penyadapan dari ketua pengadilan negeri kini dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.
Pasal 33 dan 34: Perlindungan Pasal ini mengatur penyidik, penuntut umum, hakim, advokat, pelapor,
ahli, saksi, dan petugas pemasyarakatan beserta keluarganya dalam perkara terorisme wajib diberi
perlindungan oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan atau
hartanya.

Pasal 35A-B dan 36A-B: Hak Korban Empat tambahan pasal baru ini mengatur secara lebih
komprehensif hak korban terorisme.

Pasal 43-C: Pencegahan Pasal ini mengatur bahwa pemerintah wajib melakukan pencegahan tindak
pidana terorisme.

Pasal 43 E-H: BNPT Keempat pasal mengatur mengenai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT). Disebutkan bahwa BNPT berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 43 I: TNI Tambahan satu pasal ini mengatur tugas TNI dalam mengatasi aksi terorisme
merupakan bagian dari operasi militer selain perang.

Pasal 43J Pasal ini mengatur DPR untuk membentuk tim pengawas penanggulangan terorisme.
Ketentuan mengenai pembentukan tim pengawas ini diatur dengan Peraturan DPR

Anda mungkin juga menyukai