Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MENJELASKAN CARA PEMBERIAN DAN PERHITUNGAN

DOSIS OBAT

Disusun Oleh

1. Asma Fhara Fadilla NIM : P07220218004


2. Muhammad Balegh Prasta Pribadi NIM : P07220218017
3. Muthia Fitri Desiranti NIM : P07220218019
4. Nur Amalia NIM : P07220218024
5. Nur Musdalifah NIM : P07220218025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Makalah Menjelaskan Cara Pemberian dan Perhitungan Dosis Obat”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan di
Poltekkes Kemenkes Kaltim. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak ???? selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan serta arahan
selama penulisan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 1 Maret 2019

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia termasuk obat tradisional.
Karna seperti yang telah kita ketahui, hal yang pertama kali kita lakukan jika kita
sedang sakit atau ada bagian tubuh, anggota tubuh, atau ada yang tidak beres dengan
tubuh kita pasti kita akan buru-buru kedokter dan mencari obat untuk mengobati sakit
yang kita derita.
Namun apakah kita tahu bagaimana cara obat bekerja didalam tubuh kita itu? Oleh
karenanya paling tidak, kita harus tahu dulu bagaimana sebenarnya perjalanan panjang
obat di dalam tubuh, sampai kemudian menimbulkan efek yaitu mengurangi rasa cemas,
menghilangkan rasa sakit, menyembuhkan penyakit dan membuat rasa nyaman, atau
bahkan membuat “fly” alias terbang ke angkasa. Selain manfaatnya, tentu kita juga harus
tahu akibat buruknya jika mengkonsumsi diluar aturan dari yang ditentukan.
Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan bagaimana obat itu bekerja, dosis
yang harus kita konsumsi, efek dari pemakaian obat tersebut, dan keadaan dari obat itu
sendiri apakah masih dalam keadaan baik atau sudah tidak layak untuk digunakan.
Sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan sepertihalnya over dosis,
atau malah menimbulkan kekebalan bagi penyakit yang kita derita atau bahkan dapat
menimbulkan kematian bila salah dalam mengkonsumsi obat.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang
dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik
pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis
terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat
yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai
dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai
dosis letal.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis
awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose).
Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih
awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa
(Sulfisoxazole,Trisulfa pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan
diikuti dengan dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.

B. Macam-Macam Dosis Obat


1. Dosis Terapi
Dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan orang
sakit
2. Dosis Maksimum
Batas dosis yang relatif masih aman diberikan pada penderita. Dosis terbesar
yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan
sehari membahayakan
3. Dosis Toksik
Dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keracunan obat
4. Dosis Lethalis (Lethal Dose),
Yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila
mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)
5. Initial Dose
Merupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan tujuan
agar konsentrasi / kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal
6. Loading Dose
Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi
terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis
7. Maintenace Dose
Dosis obat yang diperlukan untuk memelihara-mempertahankan efek klinik
atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen.Diberikan
dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang dieliminasi dari dosis
yang terdahulu. Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat
mempertahankan suatu keadaan stabil di dalam tubuh.

C. Cara Perhitungan Dosis Obat


Dosis maksimum
Dosis maksimum dewasa (20-60 tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi
subkutan dan rektal.
Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun. Pemberian
dosis harus lebih kecil dari dosis maksimum..
Menurut buku Obat-Obat penting .
- 65- 74 tahun, dosis biasa - 10%
- 75-84 tahun, dosis biasa - 20%
- Diatas 85 tahun, dosis biasa – 30%
Menurut buku ilmu resep
- 60 -70 tahun 4/5 dosis dewasa
- 70- 80 tahun 3/4 dosis dewasa
- 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa
- 90 tahun ke atas ½ dosis dewasa.
Perhitungan dosis anak berdasarkan usia
1. Rumus Young: n× dosis dewasa
n+12
(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun).

2. Rumus Dilling: n×dosis dewasa


20
(n dalam tahun anak di atas 8 tahun)
3. Rumus Fried : n×dosis dewasa
150
(n dalam bulan)
4. Rumus Cowling: n×dosis dewasa
24
(n adalah satuan tahun yang digenapkan ke atas)
5. Rumus Gaubius:
Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa
0-1 tahun =1/12x dosis dewasa
1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa
2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa
3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa
4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa
7-14 tahun = ½ x dosis dewasa
14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa
21-60 tahun = dosis dewasa

Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan


1. Rumus Clark (amerika)
Bobot badan anak (pon) x dosis dewasa
150
2. Rumus Themich Fier (Jerman)
Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa
70
3. Rumus black (Belanda)
Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa
62

Dosis maksimum gabungan (DM sinergis)


- Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang
kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang
digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek
sama tersebut.
- Baik sekali pakai ataupun dosis sehari.

Contoh obat yang memiliki efek yang sama


- Atropin sulfat dengan ekstrak belladonae
- Pulvis opii dengan pulvis overi
- Kofein dan aminofilin
- Arsen trioxida dan Natrii arsenas

Dosis Obat Untuk Anak (Pediatrik)


Kategori Anak :

Anak premature : lahir kurang 35 minggu

Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari

Bayi : infant s/d 1 tahun

Balita : 1-5 tahun

Anak : 6-12 tahun

PENENTUAN DOSIS ANAK

Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita
perhatikan. Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna,
metabolisme obat belum maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan
orang dewasa
1. Neonatus >29,7% dari dewasa

2. Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa

3. Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa

Rumus perhitungan dosis anak


1. Menurut perbandingan umur orang dewasa ;
Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah

Da = n x Dd
n + 12

CARA PEMBERIAN OBAT


1. Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih
disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini
adalah bentuk tablet, kapsul, dan lozengez.
Bentuk sediaan oral :
a. Obat Cair (liquid)
 Solutio:
Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat
pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam
namanya, misalnya :minyak kamfer, Nitrogliserin dalam spiritus
 Suspensi:
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu
kental agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
 Sirup:
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
 Elixir:
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven.
 Emulsi
Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase cairan lainnya
dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (Emulgator).
- Emulsi O/W:
Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi / pembawa
(emulsi ini dapat dicernakan dengan air). Emulgatornya larut dalam
air. Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott Emultion
- Emulsi W/O:
Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang
merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan
dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak. contoh :
Mentega, Ianolin
 Netralisasi atau penetralan:
Obat minum yang di buat dengan jalan mencampurkan suatu asam
dengan suatu basa (yang dipergunakan adalah suatu Carbonat) dan tidak
mengandung CO2 (karena CO2 yang terbentuk selalu dihilangkan
seluruhnya dengan cara pemanasan sampai larutannya jernih), yang
termasuk Netralisasi:
- Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
- Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3,
dapat juga dengan NaOH
- Capsulae / capsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan
obat serbuk, butiran atau granul, cair, semi padat.
Jenis – jenis kapsul:
a. Capsulae gelatinosae (dibuat dari gelatin) terdiri dari:
b. Soft Capsulae / Capsulae Molles à lunak
c. Hard Capsulae / Capsulae Durae à keras
d. Capsulae Amylaceas (dibuat dari amylum)
e. Capsulae Metilsellulosa

a) Absorpsi sediaan oral :


 Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran penceranaan. Terdiri
atas dua bagian, bagian luar yang sempit, yaitu ruang di antara gusi serta
gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah
belakang dengan awal faring.
Di dalam mulut terdapat tiga kelenjar ludah, yaitu: kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, kelenjar sublingualis. kelenjar ludah berfungsi
mengeluarkan saliva. Saliva memiliki pH 6,7-7,8 mengandung enzim
ptyalin, fungsinya untuk membebaskan zat aktif dari obat.
 Tenggorokan (Esofagus)
Esofagus adalah suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25
cm dengan garis tengah 2 cm. Esophagus terutama berfungsi untuk
menghantarkan makanan dan obat dari faring ke lambung, dengan gerakan
peristaltic. Dinding esophagus seperti juga bagian lain dari saluran cerna,
terdiri dari empat lapisan: mukosa, sub mukosa, muskularis, dan serosa.
 Lambung
Panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm dan memiliki kapasitas volume 1- 1
½ liter. Secara anatomis lambung dibagi atas fundus, korpus dan antrum
pilorikum atau pilorus. Lambung terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan
tunika serosa atau lapisan luar, muskularis, submukosa,dan mukosa.
Kandungan lambung adalah asam lambung, mucus, polisakarida, protein
mineral, dan cairan lambung yang memiliki pH 1,9. Hormone gastrin
diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pylorus lambung. Gastrin
merangsang kelenjar gastric untuk menghasilkan asam hidroklorida dan
pepsinogen. Subtansi lain yang diseksresi oleh lambung adalah enzim dan
berbagai elektrolit, terutama ion-ion kalium, natrium dan klorida.
Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu fungsi
reservoir (menyimpan makanan sampai mekanan tersebut sedikit demi
sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.), fungsi mencampur
(memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya
dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.),
fungsi pengosongan lambung.
 Usus halus
Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan diameternya 2-3 cm.
Terdiri dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit selama 15 menit,
jejunum memiliki pH 6-7dan waktu transit 2-3 ½ jam, ileum memiliki pH
6-8. Berfungsi untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum)
dan absorpsi (bagian akhir jejunum dan ileum). Bagian pertama dari usus
halus steril sedangkan bagian akhir yang menghubungkan secum (bagian
awal dari usus besar) mengandung beberapa bakteri.
Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar karena
usus halus memiiki mikrovilli usus halus yang memberikan luas permukaan
yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan. Konsistensi usus halus
berupa cairan kental seperti bubur. Waktu transit untuk makanan dari mulut
ke secum memerlukan waktu sekitar 4-6 jam, sedangkan waktu transit
sediaan padat dari 95% populasi sekitar 3 jam atau kurang.
Dua cairan pencerna masuk duodenum, yaitu cairan ampedu melalui hati
dan getah prankeas dari prankeas. sekresi prankreas berupa enzim amilasi,
lipase, proteolitik. Sekresi empedu berupa musin, garam empedu.
Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi, peristaltic,
pendule.
 Usus besar
Usus besar atau kolon yang kira-kira 1 ½ meter panjangnya adalah
merupakan sambungan dari usus halus. Usus besar dibagi menjadi tiga
bagian yaitu kolon asendens, kolon transverses dan kolon desendens.
Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi dan
saluran untuk mengeluarkan feses (defekasi). Isi kolon memiliki pH 7,5-8.
Antibiotic yang tidak diabsorpsi tidak sempurna akan mempengaruhi flora
normal bakteri dalam kolon. Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan
atau absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat
telah diabsorpsi dan bersifat cair. Selama perjalanan di dalam kolon isinya
menjadi makin padat karena terjadi reabsorpsi air dan ketika mencapai
rectum feses bersifat padat. Gerakan peristaltic dalam kolon sangat lamban
dan diperlukan waktu kira-kira enam belas sampai dua puluh jam bagi isinya
untuk mencapai flexura sigmoid.
b) Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi
atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah
salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih lama.
Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
c) Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu
badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat
atau agar diserap sistemik.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan
dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada
pasien yang kita berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga
akurat. Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus
perhitungan dosis.

B. Saran
DAFTRAR PUSTAKA

Buku F.I III daftar dosis maksimum halaman 959-994.


Diktat Mata kuliah Farmasetik dasar. Penulis Dra.Gloria Martini,M.Si.,Apt.
http://azizahmidwife.blogspot.com/pemberian-obat.html
http://khahyun.wordpress.com/2010/11/29/sediaan-oral/
http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/06/dosis-obat.html
http://trisusilowatibhm.blogspot.com/dosis-obat.html

Anda mungkin juga menyukai