Artikel4 PDF
Artikel4 PDF
ARTIKEL
Oleh :
DENIA PRATIWI
08 212 13 052
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
2
3
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari
pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula
berakibat fatal (Hussar, 1995). Terapi obat yang aman dan efektif akan terjadi
apabila pasien diberi informasi yang cukup tentang obat-obat dan penggunannya
(Cipolle, Strand & Morley, 2004). Pada pemberian informasi obat ini terjadi suatu
komunikasi antara apoteker dengan pasien dan merupakan salah satu bentuk
2007). Salah satu manfaat dari konseling adalah meningkatkan kepatuhan pasien
dalam penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya
diperolehnya dari dokter karena tidak sempat bertanya, malu bertanya, atau tidak
menunjukkan bahwa 25 % pasien ini akan menggunakan obat dengan cara yang
bahwa 11% pasien masuk rumah sakit akibat ketidakpatuhan terhadap terapi obat
ditunjuk dokter, pasien dengan penyakit tertentu seperti hipertensi, gagal jantung,
pasien yang menerima golongan obat tertentu, pasien geriatrik, pediatrik, pasien
yang harus diberi konseling, karena hipertensi merupakan penyakit yang sangat
karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal dengan
demikian pemeriksaan tekanan darah secara teratur memilki arti penting dalam
sadar dengan karakter yang timbul tenggelam, ketika si penderita dinyatakan bisa
berhenti minum obat karena tekanan darahnya bisa normal, dia sering
itu akan terus ada yang bisa dilakukan mengontrolnya dengan mengkonsumsi
obat penurun hipertensi dan menjalankan pola hidup sehat (Price & Lorraine,
1994).
hidup meliputi penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, diet kolesterol
dan lemak jenuh, olahraga, pembatasan konsumsi alkohol dan kopi, relaksasi
untuk redakan stress dan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu penderita
hipertensi juga harus mempunyai pengetahuan dan sikap kepatuhan untuk dapat
mengalami penurunan tekanan darah terjadi pada 26 pasien (74,28 %). R hitung
yang didapat 0.68 ini berarti 68% kepatuhan mempengaruhi nilai tekanan darah
(Utami, 2009). Pada beberapa jurnal juga menyebutkan bahwa konseling akan
praktek pasien (Mellen, Palla, Goff, Bonds, 2004; Zillich, et al, 2005; Sushmita,
et al, 2010)
7
Oleh karena hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan harapan
kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan sehingga didapatkan model yang sesuai
untuk konseling obat pada pasien hipertensi rawat jalan poliklinik khusus RSUP.
Dr. M. Djamil.
2. Rumusan Masalah
penelitian ini :
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak manajemen RSUP Dr. M. Djamil Padang, hasil penelitian ini
obat yang sesuai untuk pasien hipertensi di Poliklinik Khusus RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
3. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai
hipertensi.
9
B. Metode Penelitian
2. Desain Penelitian
dan post test setelah diberi perlakuan, dengan rancangan yang digunakan adalah
The One Group Pretest-Posttest design (Sugiyono, 2007; TA, 2010). Dalam
prospektif.
Uji ada/tidaknya perbedaan antara nilai pre test dan post test dengan t
4. Sampel Penelitian
Pasien dengan kriteria inklusi pada bulan Februari - April dan pengamatan
5. Kriteria inklusi
10
6. Kriteria ekslusi
pemeriksaan nilai tekanan darah seperti diabetes, gangguan ginjal dan hati
yang berat.
7. Klasifikasi variabel
jumlah obat
9. Instrumen Penelitian
Kesehatan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007), tabel induk
untuk skor pengetahuan, tabel induk untuk skor sikap, lembar pengumpul data
11
untuk hasil pemeriksaan tekanan darah dan menghitung jumlah sisa tablet, modul
a. Data dari pasien baru yang memenuhi kriteria inklusi, dan data dari hasil
pemeriksaan untuk tekanan darah dicatat dari rekam medik dan dimasukkan
b. Pada saat pasien telah selesai melakukan pemeriksaan dilakukan pretest untuk
tekanan darah.
pengetahuan dan tabel induk sikap dalam bentuk yang sudah dinominalkan
C. Hasil Penelitian
1. Umur pasien
Dalam penelitian ini umur yang paling muda adalah 34 tahun sedangkan
2. Pendidikan pasien
Sekolah Dasar, sedangkan yang paling tinggi adalah Sarjana Strata 2. Hasil
3 6-10 tahun 10 20
4 >10 tahun 5 10
Jumlah 50 100
(tabulasi silang). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Obat-obat yang didapatkan pasien dalam terapi ada dalam bentuk tunggal dan
banyak dalam bentuk kombinasi, distribusi kombinasi obat pada pasien dapat
Uji normalitas data diperlukan untuk mengetahui distribusi sebuah data dimana
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Kuisioner Sebelum dan Sesudah Konseling
Obat di RSUP Dr. M. Djamil
diperoleh hasil 0.744 (Lampiran 13). Oleh karena nilai alpha lebih besar dari
Hasil uji validitas variabel sikap (Lampiran 13) dengan menggunakan uji
Uji reliabilitas variabel sikap dengan menggunakan uji alpha cronbach diperoleh
hasil 0.712. Oleh karena nilai alpha lebih besar dari 0.6 maka variabel sikap
adalah reliabel.
Hasil skor rata-rata sikap pasien hipertensi sebelum konseling obat adalah
pasien hipertensi berdasarkan skor kuisioner, maka digunakan uji regresi linear
(p<0.05).
Tekanan darah dibagi atas tekanan darah sistol dan diastol. Kadar nilai tekanan
darah sistol rata-rata pasien hipertensi sebelum konseling 151 ± 23.582 dan
sesudah konseling 138.40 ± 14.758. Kadar nilai tekanan darah diastol rata-rata
Hasil pengujian statistik pada skor pengetahuan nilai tekanan darah sistol
diperoleh nilai t hitung 3.963 dengan tingkat signifikansi 0.000 (p<0.05). Hasil
pengujian statistik pada skor pengetahuan nilai tekanan darah diastol sebelum
untuk mengetahui pengaruh konseling obat terhadap nilai tekanan darah pasien
sederhana pada tekanan darah sistol hasil F hitung 8.396 dengan tingkat
signifikansi 0.006 (p<0.05) dan pada tekanan darah diastol hasil F hitung 0.385
11. Hasil statistik pengaruh pengetahuan dan sikap dengan nilai tekanan
darah
diperoleh nilai F hitung 0.060 dengan tingkat signifikansi 0.942 (p>0.05) dan
pada tekanan darah diastol diperoleh nilai F hitung 1.831 dengan tingkat
bawah ini didapatkan ada 6 jenis obat yang kurang kepatuhannya dari 100%
pada pasien.
D. Pembahasan
diperoleh nilai 7.067, 20.842, 5.781, 2.361 dengan tingkat signifikansi 0.630,
0.053, 0.762, 0.501 (p> 0.05). Tingkat signifikansi pada umur, lama menderita
dan jenis kelamin lebih besar dari 0.05 maka tidak ada hubungan, sedangkan
pada pendidikan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 berarti ada
hubungan. Pada penelitian ini hal ini dapat disebabkan karena tingkat
2002).
20
(Lampiran 14).
obat mencakup nama obat, dosis, waktu dan jadwal minum obat dan juga
tentang penyakitnya. Hal ini dapat dilihat pada pertanyaan pada aspek
pengetahuan nomor 4, dimana pasien dari awal yang tidak mengerti tentang
jadwal minum obat apakah sesudah makan atau sebelum makan menjadi tahu
dan teratur karena adanya pemberian Kartu Minum Obat Mandiri yang
merugikan dari obat yang dikonsumsi, pasien tidak mengerti bagaiman cara
mengatasi efek samping yang kadang muncul seperti pusing atau mual dan
sebelum dan sesudah konseling karena pasien mendapatkan obat yang sama
sebelum dan sesudah konseling sehingga efek yang dirasakan pun sama.
akan meningkat dan hal ini mendorong pada perubahan perilaku (Rantucci,
2007). Melalui konseling maka asumsi dan perilaku pasien yang salah akan
secara akurat isyarat yang dibuat oleh konselor dan kapasitas untuk berprilaku
secara terampil dalam memberikan respon pada orang lain. Hal ini
dilakukan dengan uji regresi linear sederhana. Dari data yang diperoleh
oleh variabel lain. Nilai yang ditunjukkan melebihi dari 50%, ini berarti
dibandingkan variabel lain, dan sisanya 20.5% bisa saja dipengaruhi oleh
tidak seragam mulai dari tingkat pendidikan sampai status sosial sehingga
22
skor sikap yang terjadi setelah konseling menunjukkan bahwa informasi yang
ini dapat dilihat pada pertanyaan pada aspek sikap nomor 6 yaitu pertanyaan
tentang dosis obat, pada awalnya pasien merasa tidak perlu untuk mengetahui
dosis obat yang diberikan oleh dokter tetapi setelah diberi konseling
dosis menentukan ukuran kekuatan dari obat tersebut dan juga untuk
mengetahui apabila dokter meningkatkan dosis dari yang biasa diminum oleh
lama mereka harus mengkonsumsi obat ini tetapi setelah diberi konseling
pasien mengerti bahwa obat ini harus selalu diminum untuk mengontrol
peningkatan skor tidak terlalu banyak, hal ini disebabkan biasanya pasien
23
memang rajin untuk mengontrol tekanan darah walaupun tidak ke rumah sakit
biasanya mereka ke puskesmas terdekat dan bahkan ada yang memiliki alat
hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap terbentuk dari
perasaan dan emosi tentang seseorang atau sesuatu, (2) komponen kognitif,
komponen perilaku, sikap terbentuk dari tingkah laku atau perilaku. Untuk
dilakukan dengan uji regresi linear sederhana. Dari data yang diperoleh
69.8% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel bebas yang
diteliti. Nilai yang ditunjukkan melebihi dari 50%, ini berarti konseling
dan sisanya 30.2% bisa saja dipengaruhi oleh jumlah dan karakteristik sampel
karena perubahan sikap itu sulit dicapai karena sikap positif seseorang
24
Dari rata-rata nilai tekanan darah sistol dan diastol pasien sebelum dan
sesudah konseling terdapat perbedaan nilai tekanan darah sistol dan diastol
nilai t hitung 3.963 dengan tingkat signifikansi 0.000 (p<0.05) dan tekanan
darah diastol diperoleh nilai t hitung 2.087 dengan tingkat signifikansi 0.042
(p<0.05).
hipertensi yang lebih intensif akan mendapatkan kontrol tekanan darah yang
sistol dan diastol dilakukan dengan uji regresi linear sederhana. Dari data
yang diperoleh terdapat pengaruh konseling terhadap tekanan darah sistol nilai
0.386 (38.6%). Pada tekanan darah diastol nilai F hitung 0.385 dengan tingkat
terhadap tekanan darah sistol dan 8.9% terhadap tekanan darah diastol dan
menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh turunnya
tekanan darah tidak hanya karena obat tetapi naik turunnya tekanan darah
pada tekanan darah sistol dan tidak terlalu berpengaruh terhadap tekanan
darah diastol. Pada kebanyakan pasien, tekanan darah diastol yang diinginkan
akan tercapai apabila tekanan darah sistol yang diinginkan sudah tercapai.
dengan menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil uji F pada tekanan
0.942 (p>0.05) dan pada tekanan darah diastol 1.831 dengan tingkat
pengetahuan dan sikap tidak berpengaruh terhadap nilai tekanan darah baik
tekanan darah, walaupun pasien telah rajin minum obat tetapi faktor internal
dan eksternal akan sangat mempengaruhi. Faktor internal itu misalnya usia,
semakin tua umur maka arteri akan kehilangan elastisitasnya dan dapat
seperti merokok dan berlari (Sulaiman, et al., 2009; Sadorf, 2009; Calhoun &
Ahmed, 2010).
persuasif yang efektif untuk mengubah sikap seseorang menjadi lebih sehat
(Nelvin, 2002).
count (menghitung jumlah obat sisa), metode ini dinilai lebih efektif dan
Hasilnya didapatkan ada 6 buah obat pada 14 pasien yang memiliki persentase
dengan pasien sehingga ketika pasien merasa tidak cocok dengan suatu obat
ini pasien merasa lebih baik diam karena komunikasi yang terbatas
anti hipertensi seumur hidup juga akan menjadi masalah, di sini konselor
harus menekan kan bahwa obat anti hipertensi yang dikonsumsi adalah aman
tekanan darah agar selalu stabil sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang
parah seperti stroke, gagal ginjal, gagal jantung dan yang lainnya (Direktorat
E. Kesimpulan
sebagai berikut :
(p<0.05).
sikap pasien.
d. Ada pengaruh konseling obat terhadap nilai tekanan darah sistol pasien
8.396 dan tidak ada pengaruh konseling obat terhadap nilai tekanan
F. Saran
dengan jangka waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang
optimal
Padang.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aslam, Mohammed., Tan, Chik Kaw., Prayitno, Adji. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Cipolle, RJ., Strand, LM., Morley, PC. 2004. Pharmaceutical Care Practice : The
Clinician’s Guide (2th Ed). New York: The McGraw Hill Co.
Hussar, DA., 1995. Patient Compliance, in Remington: The Science and Practice of
Pharmacy (1796-1807), Volume II, USA: The Philadelphia Collage of Pharmacy and
Science.
Jasti, Sunitha., Siega-Riz, AM., Cogswell, ME., Hartzema, AG, Bentleyt, ME. 2005.
Pill Count Adherence to Prenatal Multivitamin/Mineral Supplement Use Among
Low-Income Women. USA : The American Society for Nutritional Science. 135:
1093-1101.
Jepson, M.H. 1990. Patient Compliance and Counselling, Diana M., Aulton,
ME.(Editor), London: Pharmaceutical Practice, Churscill Livingstone.
Mellen, P. B., Palla, S. L., Goff, D. C., Bonds, D. E. (2004). Prevalence of Nutrition
and Exercise Counseling for Patients With Hypertension. J. Gen Intern Med, 19, 917-
924.
Schnipper, JL, Jennifer, LK, Michael, CC, Stephanie, AW, Brandon, AB, Emily, T,
Allen, K, Mark, H, Christoper, LR, Sylvia, CM, David, WB. 2006. Role of
Pharmacist Counseling in Preventing Adverse Drug Events After Hospitalization.
USA : Archives of Internal Medicine. Vol 166.565-571.
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis menamatkan SD pada tahun 1998, SMP tahun 2001 dan SMA pada tahun
Andalas di Padang tahun 2008 dan memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas
di Padang.
33