Anda di halaman 1dari 40

Makalah etikolegal

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR................................................................................................... . .2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3

A. Latar Belakang...................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 3

C. Manfaat dan Tujuan.............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4

A. Definisi Bidan....................................................................................................... 4

B. Pelaporan dan Regristrasi...................................................................................... 6

C. Masa Bakti............................................................................................................. 8

D. Praktek Bidan........................................................................................................ 9
E. Wewenang Bidan.................................................................................................. 12

F. Pencatatan dan Pelaporan......................................................................................


...............................................................................................................................16

G. Pembinaan dan Pengawasan..................................................................................


...............................................................................................................................17

H. Ketentuan Pidana................................................................................................. 21

I. Ketentuan Peralihan Tentang Surat Penugasan dan Ijin Praktek.......................... 22

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 24

A. Kesimpulan............................................................................................................
...............................................................................................................................24

B. Saran......................................................................................................................
...............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Kami haturkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas etikolegal yang bertemakan
“Permenkes Tentang Regristrasi dan Praktek Bidan”

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah melalui beberapa proses, memperdalam
materi dengan mengambil dari beberapa sumber buku kemudian menghubungkan dengan
study literatur.

Atas terselesainya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, kami sangat menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar dalam pembuatan makalah-
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan suatu profesi yang mana dalam setiap asuhan dan tindakan
yang dilakukan memiliki sebuah tanggung jawab yang besar. Apabila seorang bidan
melakukan suatu kesalahan yang dilakukan, maka ia akan mendapatkan sanksi dan
hukuman yang telah ditetapkan oleh pemenkes.

Dalam melakukan tindakan–tindakan tersebut, selain melakukan sesuai dengan


standar bidan juga harus memperhatikan norma, etika profesi, kode etik profesi dan
hukum profesi dalam setiap tindakannya.

B. Rumusan Masalah

Mengetahui permenkes tentang regristrasi dan praktek bidan yang meliputi,


pengertian bidan, pelaporan dan regristrasi, masa bakti, praktek bidan, wewenang
bidan, pencatatan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, ketentuan pidana,
ketentuan peralihan tentang surat pengawasan dan ijin praktek bidan.

C. Manfaat dan Tujuan

Untuk memenuhi tugas etika profesi dalam kebidanan serta menambah


wawasan mengenai permenkes tentang registrasi dan praktek bidan. Di samping itu
memberikan informasi mengenai peraturan mentri kesehatan tentang registrasi dan
praktek bidan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bidan
Bidan menurut KepMenKes RI No. 900/MenKes/SK/VII/2002
Seorang perempuan yang telah mengikuti program pendidikan Bidan & lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

1. Untuk melakukan praktik yang bersangkutan Harus mempunyai Kualifikasi


agar mendapatkan lisensi untuk praktik (IBI)
Bidan diakui sebagai seorang professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, bermitra dengan perempuan, praktik berdasarkan bukti.

2. Asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan & nifas,
memfasilitasi atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir & anak.

3. suhan mencakup upaya pencegahan, mendeteksi adanya komplikasi pada ibu


& anak, memperoleh akses bantuan medis & melakukan tindakan
kegawatdaruratan.

4. Bidan mempunyai peran penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan


tidak saja untuk perempuan yang bersangkutan tetpai untuk keluarga &
komunitasnya.

5. Tugas mencakup ANC & persiapan menjadi orang tua serta permasalahan
tertentu dari kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana & asuhan
anak.

6. Dia dapat berpraktek di berbagai tempat meliputi : rumah, masyarakat,


pondok bersalin, klinik, RS atau pelayanan di tempat lainnya.

Esensi definisi Bidan :

1. Pendidikan formal kebidanan


2. Kemitraan

3. Berdasarkan bukti

4. Tanggung jawab sendiri

5. Lingkup asuhan :

a) Promosi kesehatan dan preventif

b) Deteksi dini komplikasi pada ibu & anak

c) Melakukan tindakan kegawatdaruratan

6. Tugas penting :

a) Pendidikan kesehatan, konseling untuk ibu, keluarga & masyarakat

b) Pendidikan ANC & persiapan menjadi orang tua

c) Memperluas area dari kesehatan reproduksi perempuan, KB & asuhan


anak.

7. Tempat bekerja : Rumah, Klinik umum / bersalin, RS, Pusat kesehatan


lainnya Masyarakat

Pengertian Bidan Indonesia :

Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia,


maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah:
seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi
dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi unttk
menjalankan praktik kebidanan.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.Falsafah kebidanan
merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :

1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun


peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan
kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO.

2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam
rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam
rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas
yang aman dan KB.

3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan


kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,
mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.

4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause


adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi
medic.

5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.

6. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat
pelayanan yang berkualitas.
7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang
membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.

8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan


dan pelayanan kesehatan.

9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat.

10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam


rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan
interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi
manajemen secara terpadu.

11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian


berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan
untuk berbagai strata masyarakat.

B. Pelaporan dan Regristrasi

KepmenkesRI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

PELAPORAN DAN REGISTRASI

Pasal 2

(1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan


laporansecara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai
peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
dinyatakanlulus.
(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalamformulir I terlampir.

Pasal 3

(1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkankelengkapan


registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimanainstitusi pendidikan
berada guna memperoleh SIB selambat-lambatnya1(satu) bulan setelah
menerima ijazah bidan.

(2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lainmeliputi :

a. fotokopi Ijazah Bidan;

b. fotokopi Transkrip Nilai Akademik;

c. surat keterangan sehat dari dokter;

d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;

(3) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantumdalam
Formulir II terlampir.

Pasal 4

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3untuk
menerbitkan SIB.
(2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu
selambatlambatnya1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku
secaranasional.

(3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.

Pasal 5

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi

mengenai SIB yang telah diterbitkan.

(2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala

kepada Menteri Kesehatan malalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro

Kepegawaian Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi

profesi mengenai SIB yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala

akan diterbitkan dalam buku registrasi nasional.

Pasal 6

(1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk


melengkapipersyaratan mendapatkan SIB.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saranapendidikan
yang terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.

(3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan surat keterangan


selesaiadaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan.

(4) Untuk melakukan adaptasi bidan mengajukan permohonan kepada KepalaDinas


Kesehatan Propinsi.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan :

a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal


PendidikanTinggi;

b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik yang bersangkutan.

(6) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan


sebagaimanadimaksud pada ayat (4) menerbitkan rekomendasi untuk
melaksanakanadaptasi.

(7) Bidan yang telah melaksanakan adaptasi,berlaku ketentuan


sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.

(8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


sebagaimanatercantum dalam Formulir IV terlampir.

Pasal 7

(1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar
untukmenerbitkan SIPB.

(2) Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala
Dinas.

Kesehatan Propinsi dimana bidan praktik dengan melampirkan antara lain:

a. SIB yang telah habis masa berlakunya;


b. Surat Keterangan sehat dari dokter;

c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

C. Masa Bakti

KepmenkesRI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

Pasal 8

Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku.

D. Praktek Bidan

Permenkes 1464/X/Menkes/2010

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 9

Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang


meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu

2. Pelayanan kesehatan anak

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana


Pasal 10

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan


pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi :

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal padakehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling padamasa antara dua kehamilan

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud padaayat 2


berwenang untuk :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe padaibu hamil

e. Pemberian Vit A dosis tinggi padaibu nifas

f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif


g. Pemberian uterotonika padamanajemen aktif kala tiga dan Postpartum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan padakelompok ibu hamil

j. Pemberian surat keterangankematian

k. Pemberian surat keterangancuti bersalin

Pasal 11

1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan


padabayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimanadimaksud pada


ayat (1) berwenang untuk :

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan


hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatanbayi baru lahir
pada masa neonatal (0-28 hr)perawatan tali pusat.

b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan denganrujukan.

d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

e. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.

f. Pemberian konseling dan penyuluhan.

g. Pemberian surat keterangan kelahiran.

h. Pemberian surat keterangan kematian.


Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk.

a. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Pasal 13

1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan
yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi :

a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat
kontrasepsi bawah kulit.

b. Asuhan antenatal terintegrasi denganintervensikhusus penyakitkronis


tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter.

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan.

d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidangkesehatan ibudan


anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.

e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak
sekolah.

f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.


g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikanpenyuluhantehadap
Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberiakondom, dan penyakit
lainnya.

h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif


lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.

i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan programPemerintah.

2. Pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan


bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan
peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah dilatih untuk itu.

Pasal 14

1. Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 9.

2. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

3. Dalam hal daerah sebagaimanadimaksud padaayat (2) telah terdapat dokter,


kewenangan bidan sebagaimanadimaksud padaayat (1) tidak berlaku.

Pasal 15

Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktek mandiri


tertentu untuk melaksanakan program pemerintah.

1. Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah


berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemeritah daerah
provinsi/kabupaten/kota.

Pasal 16

1. Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah
harus menempatkan bidan denganpendidikan minimal Diploma III Kebidanan.

2. Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud padaayat (1),


pemerintah dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah
mengikuti pelatihan.

3. Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab menyelenggarakan


pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memilki
dokter.

Pasal 17

1. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan


meliputi :

a. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan
kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak
balita dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan sehat.

b. menyediakan maksimal 2 ( dua ) tempat tidur untuk persalinan.

c. memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai denganketentuannyang berlaku.


2. Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimanadimaksud
pada ayat (1)satutercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 18

1. Dalam melaksanakan praktek/kerja, bidan berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien.

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan


yang dibutuhkan.

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani


dengantepat waktu.

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelyanan lainnya secara


sistematis.

g. Mematuhi standar.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktikkebidanan


termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

2. Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan


profesinya, denganmengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah


dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 19

Dalam melaksanakan praktek bidan mempunyai hak :

1. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang


sesuai denganstandar.

2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau


keluarganya.

3. Melaksanakan tugas sesuai dengankewenangan dan standar.

4. Menerima imbalan jasa profesi.

E. Wewenang Bidan

Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002

Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai dengan


Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No:900/Menkes/SK/VII/2002 tentang
registrasi dan praktek bidan,yang disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain:

Pasal 14

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang


meliputi:

a. Pelayanan kebidanan

b. Pelayanan keluarga berencana


c. Pelayanan kesehatan masyarakat

pasal 15

a. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan


kepada ibu dan anak.

b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara (periode interval).

c. Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi,
masa anak balita dan masa pra sekolah.

Pasal 16

Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:

a. Penyuluhan dan konseling

b. Pemeriksaan fisik

c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus
iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan

e. Pertolongan persalinan normal

f. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet


kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post
partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan
preterm
g. Pelayanan ibu nifas normal

h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup ratensio plasenta, renjatan, dan
infeksi ringan

i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan,


perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:

a. Pemeriksaan bayi baru lahir

b. Perawatan tali pusat

c. Perawatan bayi

d. Resusitasi pada bayi baru lahir

e. Pemantauan tumbuh kembang anak

f. Pemberian imunisasi

g. Pemberian penyuluhan.

Pasal 17

Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut,
bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan
anak sesuai dengan kemampuannya.

Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaskud dalam Pasal 16
berwenang untuk :

a. Memberikan imunisasi.

b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas.

c. Mengeluarkan placenta secara manual.

d. Bimbingan senam hamil.

e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.

f. Episiotomy.

g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II.

h. Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

i. Pemberian infuse.

j. Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan sedative.

k. Kompresi bimanual.

l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya.

m. Vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul.

n. Pengendalian anemi.

o. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.

p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

q. Penanganan hipotermi.
r. Pemberian minum dengan sonde/pipet.

s. Pemberian obat-obat terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dengan


Formulir VI terlampir.

t. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian.

Pasal 19

Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana sebagaimana


dimaksud dalam pasal 14 huruf b berwenang untuk:

a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat kontrasepsi dalam
rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom

b. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi

c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim

d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan


kesehatan masyarakat.

Pasal 20

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat sebagaimana


dimaskud dalam pasal 14 huruf c berwenang untuk :

a. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak

b. Memantau tumbuh kembang anak


c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan petolongan pertama, merujuk dan


memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya.

Pasal 21

a. Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain


kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.

b. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan


jiwa.

F. Pencatatan dan Pelaporan

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X/2010

Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010


tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan pada bab VI pasal 20 mengenai
pencatatan dan pelaporan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 20

1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan


sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kePuskesmas


wilayah tempat praktik.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002

Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO.900/MENKES/2002


tentang Registrasi dan Praktik Bidan pada bab VI pasal 27 mengenai pencatatan dan
pelaporan, yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 27

1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencacatan dan pelaporan


sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke puskesmasdan


tembusan keepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat

3) Pencatatan dan peaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum


dalam lampiran IV keputusan ini.

G. Pembinaan dan Pengawasan

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan


praktek bidan pada Bab V pasal 20 sampai pasal 24 mengenaipembimbingan dan
pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 20
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
dan mengikutsertakan organisasi profesi.

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan


untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.

Pasal 21

1) Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota


melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengikut sertakan Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi
profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan.

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan


untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.

3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus melaksanakan pembinaan


dan pengawasan penyelenggaraan praktik bidan.

4) Dalam pelaksanaa ntugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan praktik
mandiri dan bidan di desa serta menetapkan dokter puskesmas terdekat untuk
pelaksanaan tugas supervise terhadap bidan di wilayah tersebut.
Pasal 22

1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja


dan yang berhenti bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap
triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan tembusan
kepada organisasi profesi.

Pasal 23

1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten /
kota dapat memberikan tindakan administrative kepada bidan yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam
Peraturanini.

2) Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui:

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun ;


atau

d. pencabutan SIKB / SIPB selamanya.

Pasal 24

1)
Pemerintahdaerahkabupaten/kotadapatmemberikansanksiberuparekomendasi
pencabutansuratizin/STR
kepadakepaladinaskesehatanprivinsi/majelistenagakesehatan Indonesia
(MTKI) terhadapbidan yang melakukanpraktiktanpamemiliki SIPB
ataukerjatanpamemiliki SIKB sebagaimanadimaksuddalampasal 3 ayat (1)
dan (2).

2) Pemerintahdaerah kabupaten/kotadapatmengenakansanksiteguranlisan,
teguransementara/tetapkepadapimpinanfasilitaspelayanankesehatan yang
mempekerjakanbidan yang tidakmempunyai SIKB.

Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek


bidan pada Bab VIII pasal 31 sampai pasal 41 mengenai pembimbingan dan
pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 31

1) Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya


ditetapkanoleh organisasi profesi.

2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari


angkakegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat.

3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur


sebagaimanadimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.

4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong


paraanggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.
Pasal 32

Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan praktik dan
yang berhenti melakukan praktik pada saran kesehatannya kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.

Pasal 33

1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau organisasi profesi terkait


melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang
melakukanpraktik diwilayahnya.

2) Kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1)dapat dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara
periodiksekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam 1(satu) tahun.

Pasal 34

Selama menjalankan praktik seorang Bidan wajib mentaati semua peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35

1) Bidan dalam melakukan praktik dilarang :

a. Menjalankan praktik apabila tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum


dalam izin praktik.

b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standarprofesi.


2) Bagi bidan yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
ataumenjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan
lain,dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a.

Pasal 36

1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan peringatanlisan


atau tertulis kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadapKeputusan
ini.

2) Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana dimaksudpada ayat (1)


diberikanpaling banyak 3(tiga) kali dan apabila peringatan tersebut tidak
diindahkan,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPB
Bidan yangbersangkutan.

Pasal 37

Sebelum Keputusan pencabutan SIPB ditetapkan, KepalaDinas


KesehatanKabupaten/Kota terlebih dahulu mendengarpertimbangan dari Majelis
DisiplinTenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan
EtikaPelayanan Medis (MP2EPM) sesuai peraturan perundang-undangan
yangberlaku.

Pasal 38
1) Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang
bersangkutandalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
terhitung sejakkeputusan ditetapkan.

2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan


lamapencabutan SIPB.

3) Terhadap pencabutan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapatdiajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam
waktu 14(empat belas) hari setelah Keputusan diterima, apabila dalam waktu
14(empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan
tersebutdinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap.

4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan ditingkat pertama dan


terakhirsemua keberatan mengenai pencabutan SIPB.

5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)ditempuh,


Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang mengadilisengketa tersebut
sesuai dengan maksud Pasal 48 Undangundang Nomor 5Tahun 1986 tentang
Pengadilan Tata Usaha Negara.

Pasal 39

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIPB


kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempatdengan tembusan
kepadaorganisasi profesi setempat.
Pasal 40

1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan nasional Menteri


Kesehatandan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut
untuksementara SIPB bidan yang melanggar ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku

2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya


diproses sesuai dengan ketentuan Keputusan ini.

Pasal 41

1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim/Panitia yang bertugas melakukan
pemantauan pelaksanaan praktik bidan di wilayahnya.

2) Tim/Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur


pemerintah, Ikatan Bidan Indonesia dan profesi kesehatan terkait lainnya

H. Ketentuan Pidana

Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek


bidan pada Bab IX pasal 42 sampai pasal 44 mengenai ketentuan pidana, yang mana
bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 42
Bidan yang dengan sengaja :

a. Melakukan praktik kebidanan tanpa


mendapatpengakuan/adaptasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 6dan/atau;

b. Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9

c. Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) ayat (2);dipidana sesuai ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 43

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan bidan


sebagaimanadimaksud dalam Pasal 32 dan/atau mempekerjakan bidan yang tidak
mempunyaiizin praktik, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 35
PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 44

1. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


42,Bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur
dalamKeputusan ini dapat dikenakan tindakan disiplin berupa teguran lisan,
tegurantertulis sampai dengan pencabutan izin.

2. Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksudpada ayat


(1)dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
I. Ketentuan Peralihan Tentang Surat Penugasan dan Ijin Praktek

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010

Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan


praktek bidan pada Bab VI pasal 25 sampai pasal 28 mengenai ketentuan peralihan
tentang surat penugasan dan ijin praktek. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 25

1) Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 900 / Menkes / SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Praktik Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/149/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan ini sampai
dengan masa berlakunya berakhir.

2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB


apabila Surat Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya,
berdasarkan Peraturan ini.

Pasal 26

Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Tenaga


Kesehatan Provinsi (MTKP) belum dibentuk dan / atau belum dapat
melaksanakan tugasnya. maka, registrasi bidan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Pasal 27

Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum


ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.

Pasal 28

Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang


menjalankan praktik mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
ini selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Peraturanini ditetapkan.

Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002

Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek


bidan pada Bab XI pasal 45 mengenai ketentuan perlihan, yang mana bunyi pasal
tersebul ialah :

Pasal 45

1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan


Peraturan Mentri Kesehatan no 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi
dan praktek bidan dianggap telah memiliki SIB dan SIPBberdasarkan
ketentuan.

2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima)
tahun dan apabila telah habis, maka masa berlakunya dapat di perbaharui
sesuai ketentuan keputusan ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keputusan mentri kesehatan mengenai registrasi dan praktek bidan dapat di


golongkan atas beberapa babdiantaranyameliputi, pengertian bidan, pelaporan dan
regristrasi, masa bakti, praktek bidan, wewenang bidan, pencatatan dan pelaporan,
pembinaan dan pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan tentang surat
pengawasan dan ijin praktek bidansemuanya telah tercantum dalam Permenkes RI
No.1464/ Menkes/X/2010 dan Permenkes RI No.900/Menkes/SK/VII/2002

B. Saran

Semoga dengan adanya keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia


mengenai registrasi dan praktek bidan ini menjadi pedoman terhadap para bidan dan
calon bidan dalam menjalankan praktik dan tindakan yang akan di lakukan.
Daftar Pustaka

1. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007.


2. Sarwono P. Ilmu Kebidan ᄃ an, Jakarta, 2007.

3. Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidan ᄃ an. Yogyakarta, 2008.

4. Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI Bidan ᄃ Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III Jakarta:
PP IBI.2004.
5. Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidan ᄃ an,Jakarta.1995.

6.Puji Wahyuningsih, Heni.2008.Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Jakarta.

7. http://hanyhandri.blogspot.com/2011/11/pencatatan-dan-pelaporan-kebidanan.html ᄃ
Diposkan oleh susi lawati ᄃ di 07.20 ᄃ
Kirimkan Ini lewat Email ᄃ BlogThis!ᄃ Berbagi ke Twitter ᄃ Berbagi ke Facebook
ᄃ Bagikan ke Pinterest ᄃ

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru ᄃ Posting Lama ᄃ Beranda ᄃ

Langganan: Poskan Komentar (Atom)ᄃ

Mengenai Saya

susi lawati ᄃ

Lihat profil lengkapku ᄃ

Arsip Blog
▼ ᄃ 2014 ᄃ(4)
▼ ᄃ Mei ᄃ(4)
 Makalah etikolegal ᄃ
 Makalah etikolegal ᄃ
 Makalah etikolegal ᄃ
 My Widget ᄃ

Anda mungkin juga menyukai