Oleh:
NI LUH DIAH NOVITA DEWI
P07124319 027
Oleh:
NI LUH DIAH NOVITA DEWI
P07124319 027
Telah disahkan,
Denpasar, September 2019
Mengetahui Mengetahui
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan
Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi Bidan
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. Lgy Umur 22 Tahun
G1P0000 Uk 38 Minggu 4 Hari Preskep U Puka T/H Dengan Anemia Ringan
+ Riwayat Asma” tepat pada waktunya. Penulis menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Kesehatan Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb. sebagai Ketua Program Studi Diploma IV.
kasus ini.
Dalam laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih ada beberapa kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan
saran membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan ................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 5
A. Anemia Pada Kehamilan…………………………………………… 5
B. Fungsi Zat Besi……………………………………………………. 10
C. Sumber Zat Besi…………………………………………………… 10
D. Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada
Masa Kehamilan………………………………………………….. 11
E. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi…………………. 13
F. Tablet besi berguna untuk kesehatan ibu dan bayi………………… 14
G. Asma………………………………………………………………. 15
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 28
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 31
A. Simpulan ............................................................................................. 31
B. Saran .................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu
hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil
sering kali mengalami anemia selama masa kehamilan. Anemia adalah salah satu
masalah kesehatan global yang umum dan tersebar luas serta memengaruhi 56 juta
wanita di seluruh dunia, dan dua pertiga di antaranya berada di Asia (Soh et al,
2015). Anemia pada wanita usia subur menjadi perhatian World Health
Organization dan ditargetkan dapat direduksi sebanyak 50% pada tahun 2025.
Kejadian anemia di Indonesia pada ibu hamil masih tinggi. Menurut data
Riskesdas (2013), kelompok ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang
berisiko tinggi mengalami anemia. Anemia pada ibu hamil umumnya merupakan
anemia relatif akibat perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan yaitu adanya
hemodilusi (Huang et al, 2015). Ibu hamil dapat mengalami anemia karena
kebutuhan zat besi selama hamil meningkat untuk pertumbuhan janin. Anemia
kehamilan dapat dicegah apabila seorang ibu mempunyai asupan nutrisi yang
bagus sebelum hamil sehingga mempunyai cadangan zat besi di dalam tubuh
(Noran and Mohammed, 2015).
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan
asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dapat berpengaruh buruk terutama
saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahaya anemia selama kehamilan antara
lain terjadi abortus, gangguan tumbuh kembang pada janin, mola hidatidosa, dan
lain-lain termasuk kasus hiperemesis gravidarum.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena
terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap
terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang
kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah gizi
yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah
gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia.
Di Bali, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 46,2%. Salah satu
dampak dari anemia adalah kejadian berat badan lahir rendah dan perdarahan.
Perdarahan merupakan penyumbang terbesar angka kematian ibu (AKI) di Bali
tahun 2017. Angka kematian ibu di Bali mencapai 68,6 per 100.000 angka
kelahiran hidup dengan 23,91% kejadian diakibatkan oleh perdarahan. Kota
Denpasar terjadi 8 kematian ibu dengan satu kematian ibu disebabkan oleh
kelainan obstetri yaitu perdarahan (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017).
Kejadian perdarahan merupakan salah satu dampak dari anemia. Penelitian yang
dilakukan oleh Rizky dkk., (2017) menyebutkan bahwa Ibu hamil dengan status
anemia memiliki risiko mengalami perdarahan post partum 15,62 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.
Di Kota Denpasar jumlah ibu dengan anemia adalah sebanyak 788 ibu dan di
Puskesmas Kecamatan Denpasar Barat sebanyak 210 ibu dengan anemia pada
bulan oktober tahun 2018
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan kebidanan kehamilan pada kasus Ny. LGY umur 22 tahun
G1P0000 uk 38 minggu 4 hari preskep U puka T/H dengan anemia ringan +
Riwayat Asma?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk memberikan asuhan kebidanan pada kasus Ny. LGY umur 22
tahun G1P0000 uk 38 minggu 4 hari preskep U puka T/H dengan anemia
ringan dan riwayat asma
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat mengidentifikasi data objektif dan subjektif pada kasus Ny.
LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38 minggu 4 hari T/H preskep U puka
dengan anemia ringan dan riwayat asma
b. Untuk dapat mendiagnosa dan menentukan masalah yang kemungkinan
akan terjadi kasus Ny. LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38 minggu 4 hari
preskep U puka T/H dengan anemia ringan dan riwayat asma
c. Untuk melakukan penatalaksaan pada kasus Ny. LGY umur 22 tahun
G1P0000 uk 38 minggu 4 hari preskep U puka T/H dengan anemia ringan
dan riwayat asma
D. Manfaat
1. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan pembaca dalam mencegah terjadinya anemia pada
ibu hamil
2. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis dalam mendeteksi secara dini dan
melakukan penetalaksanaan pada kasus anemia
3. Bagi tempat praktik
Dapat digunakan sebagai kajian untuk meningkatkan layanan pada ibu hamil,
sehingga dapat mengurangi jumlah ibu yang terkena anemia ringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Diagnosis
a Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang – kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat pada hamil
muda.
b Pemeriksaan fisik
1) Penderita terlihat lemah.
2) Kurang bergairah.
c Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar kuku
kelihatan pucat.
4. Tipe-Tipe Anemia
Menurut Proverawati (2011) klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah
sebagai berikut:
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folat.
c. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan
pemeriksaan di antaranya darah lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulasi.
d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat. Gejala utama anemia hemolitik
adalah kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.Upaya Pencegahan Anemia
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat
besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.
Daging 23.8
Sereal 18.0
Kedelai 8.8
Kacang 8.3
Beras 8.0
Bayam 6.4
Hamburger 5.9
Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan nabati.
Besi yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non
heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan besi
dalam sereal dan kacang-kacangan relatif tinggi, namum oleh karena bahan
makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi dalam
usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang bersama feses.
D. Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa
Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk :
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah
20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan
karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena
tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak
trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat
sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel
darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk
janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat
kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40
mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang
melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per Kg
berat badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari,
menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan akan zat besi sangat menyolok
kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak
dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik
kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus disuplai
dari sumber lain agar supaya cukup. Penambahan zat besi selama kehamilan kira-
kira 1000 mg, karena mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan
volume darah ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat
besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila
simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari
makanan sangat sedikit maka, diperlukan suplemen preparat besi.
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Patimah dkk, 2011).
Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90
tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4 320
mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. Program tersebut bertujuan
mencegah dan menangani masalah anemia pada ibu hamil. Adapun program
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam mencegah anemia
meliputi:
1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin dimulai saat trimester 2
sebanyak 90 tablet untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat.
2. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh
provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Posyandu dan Bidan di Desa. Dan secara teknis diberikan setiap bulan sebanyak
30 tablet.
E. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi
Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran
gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual,
muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat
besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa
yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi yang dimakan
bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik meskipun jumlah zat besi yang
diserap berkurang. Pemberian suplementasi Preparat Fe, pada sebagian wanita,
menyebabkan sembelit. Penyulit Ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak
minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti, sereal,
dan agar-agar.
Mual pada masa kehamilan adalah proses fisiologi sebagai dampak dari
terjadinya adaptasi hormonal. Selain itu mual dapat terjadi pada ibu hamil sebagai
efek samping dari minum tablet besi. Ibu hamil yang mengalami mual sebagai
dampak kehamilannya dapat merasakan mual yang lebih parah dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak mengalami keluhan mual sebelumnya. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat minum tablet besi. Salah
satu cara yang dianjurkan untuk Konsumsi tablet besi pada malam hari dilakukan
untuk mencegah mual setelah minum tablet besi.
G. Asma
1. Definisi
Asma adalah suatu kelainan berupa proses inflamasi kronik saluran napas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagain rangsangan yang
ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan
rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat
reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
2. Faktor Risiko
Faktor risiko serangan asma terbanyak pada orang dewasa termasuk latihan
fisik, rhinitis infeksi atau alergi, bronkitis, refluks gastroesofagus, dan alergi
terhadap obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Selain itu, paparan atau
rangsangan oleh suhu udara yang dingin dan alergen-alergen di lingkungan seperti
debu, asap rokok, pabrik atau masakan, dan serbuk bunga juga merupakan pemicu
terjadinya serangan asma.
3. Patofisiologi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan dengan
komponen genetik yang utama. Peningkatan respon dari saluran pernapasan dan
inflamasi subakut yang persisten telah banyak dihubungkan dengan gen-gen pada
kromosom 5, 11, dan 12 yang meliputi kumpulan gen sitokin, gen reseptor β-
adrenegik dan glukokortikoid, seta gen reseptor antigen sel T. Selain itu, juga
dijumpai adanya stimulan alergen lingkungan seperti virus influenza dan asap
rokok pada penderita-penderita yang rentan.
Tanda khas dari asma berupa obstruksi saluran pernapasan yang reversibel
akibat konstriksi otot polos bronkus, kongesti vaskuler, produksi mukus yang
kental, dan edema mukosa saluran pernapasan.Selain itu, juga dijumpai adanya
inflamasi saluran pernapasan dan meningkatnya respon terhadap berbagai stimuli
seperti iritan-iritan, infeksi virus, aspirin, udara dingin, dan latihan fisik. Proses
inflamasi disebaban oleh respon sel mast, eosinofil, limfosit, dan epitelium
bronkus yang mengakibatkan disekresikannya mediator-mediator inflamasi seperti
histamin, leukotrien, prostaglandin, sitokin, dan lain sebagainya. IgE juga
memegang peranan penting dalam patofisiologi dari asma.
4. Manifestasi klinis
Asma bermanifestasi sebagai spektrum gejala klinis yang luas, dari mengi
yang ringan hingga bronkokonstriksi yang berat. Efek fungsional dari
bronkospasme akut adalah obstruksi saluran pernapasan dan penurunnya laju
udara di paru. Upaya bernafas meningkat secara progresif dan menimbulkan
gejala subjektif berupa sesak napas dan gejala objektif berupa mengi. Hal ini
diikuti dengan perubahan oksigenasi yang mengakibatkan ventilation-perfusion
mismatch karena distribusi penyempitan saluran pernapasan yang tidak seimbang.
Variasi dari manifestasi klinis asma telah diklasifikasikan secara sederhana,
dengan tetap meliputi tingkat keparahan, serta onset dan durasi dari gejala klinis
yang timbul.
5. Efek asma pada kehamilan
Asma, terutama apabila dengan tingkat keparahan yang berat, dapat
mempengaruhi hasil kehamilan secara bermakna. Dalam sebagian besar
penelitian, dijumpai peningkatan insidensi preeklampsia, persalinan preterm, bayi
berat lahir rendah, dan mortalitas perinatal. Walaupun belum terbukti, secara
logika asma yang terkontrol baik akan memberi hasil yang lebih baik. Kematian
ibu dapat terjadi akibat status asmatikus. Penyulit yang mengancam nyawa adalah
penumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung,
kelelahan otot serta henti napas.
7. Penatalaksanaan
a. Penanganan asma akut
Penanganan asma akut pada kehamilan memegang prinsip yang sama dengan
asma biasa dengan tambahan ambang batas rawat inap yang lebih rendah. Secara
umum, dilakukan penanganan aktif dengan hidrasi intravena, pemasangan
sungkup oksigen dengan target PO2 > 60 mmHg dan pemasangan pulse oximetry
dengan target saturasi O2 > 95%. Kemudian dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah (AGDA), pengukuran FEV1 serta PEFR, dan dilakukan pemantauan janin.
Obat lini pertama adalah agonis β-adrenegik (subkutan, peroral, inhalasi)
dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan maintenance dose 0,8-
1 mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dengan kadar plasma sebesar
10-20 ng/ml. Obat ini akan berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan sel
dan mengaktifkan adenilil siklase untuk meningkatkan cAMP intrasel dan
merelaksasi otot polos bronkus. Selain itu, diberikan kortikosteroid
metilprednisolon 40-60 mg intravena setiap 6 jam. Terapi selanjutnya bergantung
kepada pemantauan respon hasil terapi sebelumnya. Bila FEV1 dan PEFR > 70%
baseline maka pasien dapat dipulangkan dan berobat jalan. Namun, bila FEV1 dan
PEFR < 70% baseline setelah 3 kali pemberian agonis β-adrenegik, maka
diperlukan masa observasi di rumah sakit hingga keadaan pasien stabil.
Asma berat yang tidak berespon terhadap terapi dalam 30-60 menit
dimasukkan dalam kategori status asmatikus. Penanganan aktif di intensive care
unit (ICU) dan intubasi dini, serta penggunaan ventilasi mekanik pada keadaan
kelelahan otot, retensi CO2, dan hipoksemia akan memperbaiki morbiditas.
TINJAUAN KASUS
2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : Simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada edema
b. Mata : konjungtiva tampak pucat, sclera putih, tidak ada pengeluaran
c. Hidung : tidak ada kelainan dan tidak ada pengeluaran
d. Mulut : tidak ada kelainan
e. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada pengeluaran
f. Leher : tidak terdapat pembekakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
g. Payudara : mamae simetris, putting susu menonjol
h. Dada : tidak ada kelainan
i. Perut
1) Inspeksi : membesar arah memanjang, terdapat linea nigra
2) Palpasi
MCD : 28 cm
Leopold III : teraba 1 bagian bulat keras dan melenting dibagian bawah
perut ibu
Hb : 9,3 gr/%
PPIA : NR
HbSag: NR
TPHA : NR
C. Analisis
Ny. LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38 minggu 4 hari preskep U puka T/H
dengan anemia sedang dan riwayat asma
Masalah
P:
O:
17/09/2019. Pukul
Ibu : Keadaan ibu normal
18.00 wita
Bayi lahir pukul 14.30 wita tangis kuat
gerak aktif, BB : 2700 gram.
P:
1. Menginformasikan hasil
pemeriksaan pada ibu, ibu
paham
2. Memberikan KIE tentang
mobilisasi miring kanan dan
miring kiri sedini mungkin agar
ibu dapat menyusui bayinya, ibu
paham
3. Memberikan KIE untuk tetap
menyusui bayinya walaupun
ASI ibu belum keluar, karena
rangsangan bayi akan
mempercepat proses keluarnya
ASI.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Ny. LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38 minggu 4 hari preskep U puka
T/H dengan anemia ringan dan riwayat asma, ada kesenjangan data yang ibu
sampaikan bahwa tapsiran persalinan ibu dengan tapsiran persalinan USG berbeda
1 bulan yang berarti bahwa haid terakhir yang ibu sampaikan kurang akurat, USG
pertama kali yang ibu lakukan adalah pada usia kehamilan 14 minggu, akan tetapi
USG penentuan tapsiran persalinan semakin besr kehamilan juga akan
mempengaruhi ketidaksesuain tapsiran persalinan.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 11 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II.Pada kasus Ny. LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38
minggu 4 hari preskep U puka T/H dengan anemia ringan dan riwayat asma.
Anemia ringan yang dialami oleh ibu dikarenakan tidak teratur meminum obat
yang diberikan oleh dokter yaitu khususnya obat penambah darah atau SF.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup.
Kadar hemoglobin ibu yaitu sebesar 9,3 gr/% yang berarti ibu mengalami anemia
ringan, karena standar untuk ibu hamil yang tidak mengalami anemia yaitu 11
gr/%.
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat
besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.
Kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari
makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya dan
bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus disuplai dari sumber lain
agar supaya cukup. Penambahan zat besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg,
karena mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah
ibu. Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau
kebutuhan zat besi tiap trimester yaitu pada trimester III : kebutuhan zat besi 5
mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah. Berikut bahan makanan sumber besi :
Daging 23.8
Sereal 18.0
Kedelai 8.8
Kacang 8.3
Beras 8.0
Bayam 6.4
Hamburger 5.9
Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan nabati.
Besi yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non
heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan besi
dalam sereal dan kacang-kacangan relatif tinggi, namum oleh karena bahan
makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi dalam
usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang bersama feses.
Asma yang dimiliki ibu dapat berakibat kepada bayinya yaitu alkalosis pada
ibu dapat menyebabkan hipoksemia janin jauh sebelum oksigenasi maternal
terganggu. Gangguan pada janin diperkirakan merupakan akibat dari beberapa
faktor, yaitu berkurangnya aliran darah fetus, berkurangnya aliran darah balik
vena ibu, dan pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri akibat keadaan
basa. Apabila ibu tidak lagi mampu mempertahankan tekanan oksigen normal dan
terjadi hipoksemia, janin akan berespon dengan mengurangi aliran darah
umbilikus, meningkatkan resistensi vasukler sistemik dan paru, dan akhirnya
mengurangi curah jantung. Kesadaran bahwa janin dapat mengalami gangguan
berat sebelum penyakit ibu menjadi parah menunjukkan pentingnya pemantauan
dan tatalaksana agresif pada semua wanita hamil dengan asma akut. Pemantauan
respon janin pada dasarnya menjadi indikator gangguan pada ibu. Sehingga
perlunya pemantauan yang baik agar bayi dan ibu selamat.
Penyakit asma yang ibu derita faktor pemicu terjadi kambuhnya karena ibu
kelelahan dan suhu yang terlalu dingin, sehingga ibu sangat disarankan untuk
mengurangi aktivitas ibu dan menjaga suhu ibu agar tetap hangat dengan minum
air hangat atau menyediakan penghangat ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 11 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II.Pada kasus Ny. LGY umur 22 tahun G1P0000 uk 38
minggu 4 hari preskep U puka T/H dengan anemia ringan dan riwayat asma,
Anemia ringan yang dialami oleh ibu dikarenakan tidak teratur meminum obat
yang diberikan oleh dokter yaitu khususnya obat penambah darah atau SF.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup.
Kadar hemoglobin ibu yaitu sebesar 9,3 gr/% yang berarti ibu mengalami anemia
ringan, karena standar untuk ibu hamil yang tidak mengalami anemia yaitu 11
gr/%.
Penatalaksanaan atau KIE yang diberikan kepada ibu yaitu makan makanan
yang banyak mengandung zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam
dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Selain itu KIE yang diberikan adalah
bagaiamana cara meminum obat penambah darah untuk memenuhi kebutuhan zat
besi selain dari makanan yang ibu makan, yaitu ibu dapat meminum obat dengan
membuka kapsul kemudian meminumnya dengan air seperti meminum sirup dan
ibu juga bisa meminumnya ketika ibu akan tidur dimalam hari.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu deteksi dini pada anemia sangat penting
karena komplikasi anemia pada ibu hamil sangat besar, sehingga dapat
mempengaruhi pada kehamilan, persalinan dan masa nifas yang akan dilalui oleh
ibu. Penatalaksanaan kasus anemia juga perlu sesegera mungkin agar
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu sehingga mencegah terjadinya
komplikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. The 3rd University
Research Colloquium. ISSN 2407-9189
From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global
Initiative for Asthma (GINA) 2014. Available from:
http://www.ginasthma.org/.
Labir, I. K., Widarsa, T., Suwiyoga, K., Labir, I. K., Widarsa, T., & Suwiyoga, K.
(2013). Laporan hasil penelitian Anemia ibu hamil trimester I dan II
meningkatkan risiko kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD Wangaya
Denpasar Anemia among pregnant women first and second trimester
increases risk for low birth weight babies in Wangaya Hospita. Public Health
and Preventive Medicine Archive, 1.
Melorys, L., & Nita, P. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Higeia
Journal Of Public Health Research and Development, 1(3), 43–54.
Rizky, F., Restuti, A. N., Wijaya, R. A., dan Yulianti, A. 2017. Analisis Faktor
Risiko Kejadian Perdarahan Post PartumPada Ibu Hamil Anemia Di
Puskesmas Karang Duren Kabupaten Jember Selama Tahun 2012 – 2016
ISSN : 2354-5852. Jurnal Kesehatan, 5(3), 149–153.
Siti, N., dan Siti, A. 2018. Hubungan anemia pada ibu hamil dan bblr. Jurnal
Siliwangi, 4(1), 6–8.
Ulfatul, L., Sulastri, & Ayu, A. 2014. Hubungan antara Anemia pada Ibu Bersalin
dengan Inpartu Kala I Lama di RSUD Dr. M. Ashari Kota Pemalang, 1–6.
Usman, I. (2017). Hubungan paritas, anemia, and usia terhadap kejadian ketuban
pecah dini di rsud raden mattaher kota jambi 2017. Scientia Journal, 6(01),
113–119.