Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Miliariasis tentunya sudah tidak asing lagi khususnya bagi

masyarakat Indonesia yang berada di iklim tropis. Miliariasis merupakan

kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan

gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai

dengan sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu dahi, leher, bagian yang

tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau

gesekan pakaian dan juga kepala. Miliariasis biasanya terjadi bila keringat

berlebih karena udara panas dengan ventilasi udara yang kurang.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam menyusun makalah ini agar dalam pengembangannya tidak

terlalu meluas, maka penulis hanya akan membahas seputar pengertian,

penyebab, cara pengobatan, peran bidan, dan klasifikasi miliariasis.

1.3 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya, yaitu sebagai berikut.

1. Apa saja upaya yang harus dilakukan agar bayi tidak terkena

miliariasis?

2. Apa faktor penyebab terjadinya miliariasis?

3. Apa gejala dan tanda miliarisasis?

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuannya, yaitu sebagai berikut.

1
1. Agar bisa menjaga untuk tidak terjadinya miliariasis

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mengakibatkan

miliariasis

3. Untuk mengetahui apa gejala dan tanda miliarisasis

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Miliarisasis disebut juga sudamina, liken tropikis, biang keringat,

keringat buntet atau prikle heat. Miliarisasis yaitu dermatosis yang

disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar

keringat.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian tentang

miliariasis. Berikut adalah empat definisi dari miliariasis yang didapat dari

berbagai sumber buku yang berbeda, yaitu sebagai berikut.

a) Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya

saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984).

b) Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai

dengan adanya vesiel milier. (Adhi Djuanda, 1987).

c) Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai

dengan adanya vesikel milier. (Adhi tnya pori kelenjar keringat.

(Vivian, 2010)).

d) Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat

keringat berlebihan disertai sumbatan sumbatan saluran kelenjar

keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup oleh

pakaian (dada, punggung), serta tempat yang mengalamitekanan atau

gesekan pakaian dan dapat juga di kepala. Keadaan ini biasanya

3
didahului dengan produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti

dengan rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai

banyak gelembung kecil berair. (Atmojo Tjokronegoro dan Hendra

Utama, 2000).

2.2 Patofisiologi

Akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran

keringat tertahan yang ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara

kelenjar keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Kemudian

timbul radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar

diabsorbsi oleh stratus korneum.

2.3 Etiologi

a. Udara panas dan lembab

b. Infeksi oleh bakteri

2.4 Klasifikasi Miliariasis

Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat berbagai bentuk

miliariasis, diantaranya yaitu sebagai berikut.

a) Miliariasis Kristalia

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan

jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah

banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol

tidak disertai tanda-tanda radang atau nflamasi pada bagian badan yang

tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan yang subjektif dan

sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histofatologik terlihat

4
gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup

dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi

yang baik, pakaian tipis dan menyerapkeringat. (Adhi Djuanda, 1987).

Daerah prediksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan

punggung, dahi, leher dan dada. Vesikel terletak sangat superficial,

kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda implamasi dan

mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984). Ia

timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam

di ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat superficial, jernih dan kecil

tanpa reaksi peradangan, asimplomatik dan berlangsung singkat dan

cenderung mudah pecah akibat trauma teringan pun. (E. Sukardi dan

Petrus Andrianto, 1988).

b) Miliariasis Rubra

Penyakit ini lebih berat daripada miliarisasis kristalina. Terdapat pada

badan dan tempat-tempat tekanan apapun gesekan pakaian. Terlihat

papulmerah atau papul vesicular ekstrafolikular yang sangat gatal dan

perih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak terbiasa dengan

derah tropic. Kelainan bentuknya dapat berupa gelembung merah

kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok. (Adhi Djuanda,

1987).

Protogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat.

Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan

kualitatif, penyebabnya ada sumbatan keratin pada muara kelenjar

5
keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di efidermis.

Pendapat kedua mengatakan primer kadar garam yang tinggi pada kulit

menyebabkan spongiosis dan skunder terjadi pada muara kelenjar

keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada

gambaran histopatologik gelembung terjadi pada statum sehingga

menyebabkan terjadi peradangan pada kulit dan perifer kulit di

epidermis. (Adhi Djuanda, 1987). Daerah prediksi sama seperti pada

miliaria kristalia. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang

sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah,

sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembapan.

Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi skunder

dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama

timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan

dada. (E. Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).

c) Miliariasis Profunda

Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali di daerah tropis. Kelainan ini

biasanya timbul setelah miliaria rubra. Ditandai dengan papula putih,

kecil, keras berukuran 1-3 mm. terutama terdapat di badan atau

ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam, maka secara

klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal dan

tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987).

Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang

pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang.

6
Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembapan yang

berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan

pakaian yang tipis, pemberian losio calamine dngan atau tanpa

menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alcohol (Adhi Djuanda,

1987).

Daerah prediksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan

kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala

infalamsi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan

dibagian atas kaki kulit. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama

sakali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliarira

lubra yang hebat. (Hassan, 1984).

d) Miliariasis Fustulosa

Pada umumnya didahului oleh dermatosis yang menyebabkan

gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi pustel superficial. (Hassan,

1984).

Lesinya berupa pustule steril yang gatal, tegas, superficial dan tak

berhubungan dengan filokel rambut. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto,

1988).

2.5 Peran Bidan

Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus miliariasis yang

ditinjau dari aspek pelayanan kesehatan promotif, kuratif, rehabilitative

dan preventif. Diantaranya yaitu:

7
a. Pelayanan Kesehatan Promotif

Memberikan informasi kepada ibu mengenai:

a) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kesehatan tubuh

bayi.

b) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku yang pendek dan bersih

sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.

c) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera

ganti pakaian jika basan dan kotor. (Vivian, 2010)

b. Pelayanan Kesehatan Preventif

a) Menggunakan pakaian tipis dan longgar serta menyerap keringat

dan tidak terlalu sempit

b) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga

kebersihan tubuh bayi

c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan

bersih sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk.

d) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti

pakaian jika basah dan kotor. (Vivian, 2010).

c. Pelayanan Kesehatan Kuratif

a) Topical bisa diberikan bedak kocok atau pendingin dengan bahan

antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau

gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik bisa menghilangkan

sumbatan pori sehingga mempermudah saluran keringat yang

normal.

8
b) Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talcum bayi. Bila

sangat gatal, perih, lika dan timbul bisul akibat infeksi, pend rita

sebaiknya dibawa ke dokter. Dokter akan memberi obat minu serta

krim atau salap apabila diperlukan, untuk mengatasi keluhan

tersebut. Dan jika timbul bisul jangan dipijit karena kuman dapat

menyebar kesekitar sehingga semakin meluas. (Arjatmo

Tjokronegoro dan Hendra Utama, 2000).

c) Biang keringat yang tidak kemerahn dan kering, anjurkan untuk

diberi bedak salicil atau bedak kocok setelah mandi. Dan bila

membasah jangan diberikan bedak, karena gumpalan yang

terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010).

d. Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif

a) Sedapat mungkin mencegah keringat yang berlebihan, dengan cara

menghindari hawa panas dan kelembapan yang berlebihan, dengan

cara menghindari hawa panas dan kelembapan yang berlebihan,

misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, mandi

dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai faktor

penyebab yang berpengaruh dapat diatasi kekambuhan dapat

dihindari.

b) Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah

penderita pindah ke tempat yang lebih sejuk, atau ke tempat

dengan ventilasi yang lebih baik.

3.6 Cara Pengobatan Miliariasis

9
Terapi adalah salah satu cara pengobatan miliariassis. Berikut ini

merupakan beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati

miliariasis, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Prinsipnya asuhan adalah mengurangi produksi keringat dengan

memindahkan pasien ke ruangan dengan alat pengaturan udara,

dianjurkan ke daerah hawa sejuk dan kering, menggunakan kipas

angina atau air conditioning. Disamping member kesempatan

hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan sendirinya.

b. Gunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan

tidak terlalu sempit serta bekerja di ruangan yang ventilasinya baik.

c. Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera

gantipakaian yang basah dan kotor.

d. Topical bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan

bahan antigatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1%

kalau gatal. Lanoin anhidrat dan salep hidrofilik bisa menghilangkan

sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.

Kasus ringan bisa beresfon dengan bedak seperti talcum bayi. Bila ada

infeksi skunder, diatasi dengan krim antibiotika dan tropical diberikan

lotio kummerfeldi atau bedak kocok dengan antibiotika. Bisa

diberikan,

- Acidum Salicylicum lain 1-2%

- Menthol 1%

- Oxydum Zinci 10-20%

10
- Talcum Venetum ad 100%

Atau dapat menggunakan pilihan kedua, yaitu:

- Acidum Salicylium

- Menthol aa 1%

- Sulfur Praecipilatum 5%

- Glicerin 5%

- Spiritus Fortior 10 cc

- Aqua ad 10 cc

e. Untuk miliaria pustulosa dapat diberikan bedak kocok dengan

ditambahkan sulfur precipitatum 2%. (E. Sukardi dan Petrus

Andrianto, 1988).

f. Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salicil 2% dengan

menambahkan menthol 0,5% -2% yang bersifat mendinginkan ruam.

Losio faberi dapat juga digunakan, komposisinya sebagai berikut.

- Adid Salicylic 1%

- Talc. Venet 10%

- Oxyd. Zinc 10%

- Amyl. Orizae 10%

- Spiritus ad. 200cc

Untuk memberikan efek antipuritas dapat ditambahkan mentholum

atau campuran pada losio faberi. (Adhy Djuanda, 1987).

11
g. Penderita miliaria yang sedang menjalani pelatihan fisik berat perlu

diberikan vitamin C 1 gram sehari untuk mencegah terjadinya

anhidrotic heat exhaustion.

h. Obat-obat topical yang sering digunakan

a) Losio faberi

Acidum Salicylium 0,5%

Oxydum Zinzici 5%

Talcum Venetum 5%

Amylum Oryzae 5%

b) Rode Hond Talk

c) Bedak kocok asam borat (Hassan, 1984)

Bedak kocok untuk dermatosis papula dan eritematosa akut

yang luas. Tempat efek penyejukan menguntungkan. Ia mungkin

mempunyai efek mengeringkan atas dermatosis vesikula. Pasta

kering kurang mengotorkan daripada salep atau pasta berlemak.

Tetapi bedak kocok dan pasta pengering harus dihindar pada

dermatosis madidans karena kandungan bedaknya melekat dan

menyokong pembentukan krusta. (Andrianto, Petrus. 1987).

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penatalaksanaan Pada Bayi

Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan malaria

bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami asuhan yang

umum diberikan adalah sebagai berikut.

a. Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.

b. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan

menghilangkan subatan yang sudah timbul.

c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang

cukup serta suhu yang sejuk dan kering.

d. Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu ketat.

e. Biang keringat yang tidak kemerahan dan keringdiberi bedak salycil

atau bedak kocok setelah mandi.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Miliariasis

Ada beberapa penyebab terjadinya miliariasis, yaitu sebagai berikut.

a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang

b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan yang tidak menyerap keringat

c. Aktifitas yang berlebihan

d. Penyumbatan dapat ditimbulkan olehbakteri yang menimbulkan

radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan

diabsorbsi oleh stratum korneum.

13
3.3 Gejala dan Tanda Miliarisasis

Miliarisasis pada bayi baru lahir memilik gejala atau tanda sebagai berikut.

a. Binti kemerahan yang terjadi pada kulit bayi

b. Bayi rewel

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari penjelasan-penjelasan yang ada pada makalah ini, penulis

dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut.

1) Asuhan yang diberikan adalah perawatan kulit yang benar dan selalu

menjaga kebersihan tubuh bayi, prinsip asuhan adalah mengurangi

penyumbatan keringat dan penghilangkan subatan yang sudah timbul.

2) Faktor penyebab dari miliariasis adalah udara panas dan lembab

dengan ventilasi udara yang kurang, pakaian yang terlalu ketat dan

bahan tidak menyerap keringat, aktifitas yang berlebihan.

3) Miliarisasis pada bayi baru lahir memilik gejala atau tanda seperti

bintik kemerahan yang terjadi pada kulit bayi, bayi rewel

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menpunyai beberapa saran

yaitu sebagai berikut.

1) Sudah seharusnya asuhan diberikan untuk mencegah terjadinya

miliariasis, terutama pada bayi dan balita.

2) Agar miliariasis tidak terjadi, diharuskan agar tetap menjaga kesehatan

dan kebersihan kulit, serta kelembaban suhu.

15
3) Gejala dan tanda miliariasis harus segera diketahui dari uraian yang

telah dipaparkan di atas agar bisa segera ditangani dan diobati.

16
DAFTAR PUSTAKA

Markum AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sudarti, dan Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Yogyakarta; Nuha Medika

Sudarti 2012. Kelainan dalam Penyakit Pada bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Dewi Lia.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Jakarta.Salemba Medika


Dian Husada.Asuhan Neonatus Bayi Balita

17

Anda mungkin juga menyukai