Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN LAPANGAN

2.1. Sejarah Lapangan


Lapangan Sinanju berjarak 15 kilometer di wilayah timur delta sungai
mahakam atau 42 kilometer dari terminal migas Senipah, sebelah utara
Balikpapan, Kalimantan Timur. Lapangan Sinanju ditemukan pada tahun 1972
dengan initial production 30.000 BOPD dan gas average production 26
MMSFD. Dalam perjalanannya, lapangan Sinanju nyaris ditutup lantaran
produksi minyaknya terus menyusut, bahkan hanya 3.000 barel per hari. Untuk
merawat lapangan Sinanju yang sudah cukup tua, pengelola Blok Mahakam
terus berupaya melakukan berbagai cara, termasuk menggunakan teknologi
dengan cara memasukkan sejenis cairan kimia yaitu Drag Reducing Agent
(DRA) ke pipa-pipa demi melancarkan jalannya aliran gas. Langkah itu terbukti
berhasil, rata-rata produksi minyak Sinanju kembali naik.
2.2. Geologi Regional Cekungan Kutai
Cekungan Kutai memiliki luas ±60.000 km2 di daerah provinsi
Kalimantan Timur, merupakan cekungan terdalam di Indonesia dan terdiri atas
sedimen tersier yang berkembang hingga mencapai 14 km. Cekungan Kutai,
Kalimantan Timur, Indonesia terbentuk oleh proses sedimentasi Delta
Mahakam selama puluhan juta tahun, bahkan tetap aktif hingga hari ini.
Secara geografis, cekungan dapat dibagi menjadi tiga area: daratan,
shelfal (air dangkal), dan wilayah perairan dalam (Gambar 2.1). Daerah daratan
dan di sekitar Delta Mahakam adalah area matang untuk hidrokarbon eksplorasi
dan produksi.

1
Gambar 2.1. Map of field Kutai Basin (Durheem)
Secara fisiografis, Cekungan Kutai berbatasan di sebelah utara dengan
Tinggian Mangkalihat, Zona Sesar Bengalon, dan Sangkulirang. Di sebelah
selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang yang bertindak sebagai zona
sumbu cekungan sejak akhir Paleogen hingga sekarang (Moss dan Chamber,
1999). Di sebelah barat berbatasan dengan Central Kalimantan Range yang
dikenal sebagai Kompleks Orogenesa Kuching, berupa metasedimen kapur
yang telah terangkat dan telah terdeformasi. Di bagian timur berbatasan dengan
Selat Makassar.

2
Gambar 2.2. Fisiografis Map of the Kutai Basin
Cekungan Kutai terbentuk karena adanya tektonik regional yang
melibatkan interaksi antara Lempeng Pasifik, Lempeng India-Australia dan
Lempeng Eurasia, serta dipengaruhi oleh tektonik regional di asia bagian
tenggara (Biantoro et al., 1992),

Gambar 2.3. Lempeng Tektonik di Indonesia

3
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk., 1995), stratigrafi
Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke muda):
a. Formasi Pamaluan
Batupasir kuarsa dengan sisipan Batulempung, Serpih, Batugamping
dan Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa merupakan batuan
utama, kelabu kehitaman-kecoklatan, berbutir halus sedang, terpilah baik,
butiran membulat-membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Tebal
Formasi kurang lebih 2000 m.
b. Formasi Bebuluh
Batugamping terumbu dengan Sisipan Batugamping Pasiran dan Serpih.
Batugamping berwarna kelabu, padat, mengandung foraminifera besar, bebutir
sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih,
kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.
Tebal formasi sekitar 300 m diendapkan selaras dibawah Formasi Pulau
Balang.
c. Formasi Pulau Balang
Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir Kuarsa Sisipan
Batugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit.
d. Formasi Balikpapan
Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batulanau Serpih,
Batugamping dan Batubara. Batulempung, kelabu kehitaman, setempat
mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahanrekahan,
setempat mengandung lensa batupasir gampingan. Batulanau Gampingan,
berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping Pasiran,
mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir
bagian bawah-Miosen Tengah bagian atas, tebal formasi 1000-1500 m.

4
e. Formasi Kampung Baru
Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih, Batulanau dan
Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih setempat
kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat
mengandung lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan
sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa,
kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5-1 cm, mudah lepas.
Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan
batubara, koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1-2
m. diduga berumur Miosen Akhir-Plioplistosen, lingkungan pengendapan delta-
laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. formasi ini menindih selaras dan setempat
tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan.

5
Gambar 2.4. Struktur regional Kalimantan (Satyana et al., 1999) dan
Cekungan Kutai (Van de weerd dan Armin, 1992)
2.3. Petroleum System
Cekungan Kutai secara garis besar terdapat 2 bagian yaitu Upper Kutai
Basin dan Lower Kutai Basin. Dan pembagian tersebut juga berpengaruh pada
petroleum system, sehingga di cekungan Kutai paling tidak terdapat 2
Petroleum system yang berbeda.

6
2.3.1. Petroleum System of Lower Kutai Basin
a. Source Rock
Pada Delta Mahakam terdapat 3 tipe source rock yang potensial, yang
dikelompokan : Coals, organic shale dan marine mudstone. Coals dan organic
shale berasosiasi dengan lingkungan pengendapan antara fluvial delta-plain
hingga delta plain dan marine mudstone didominasi pada daerah antara distal
delta-front dan abyssal plane.
b. Migrasi
Migrasi hidrokarbon pada lower kutai basin merupakan migrasi secara
lateral dominated yang dikontrol kuat oleh regional up-dip (lapangan Tunu dan
Sisi-Nubi sebagai source yang berasal dari bagian barat ; lapangan Nilam,badak
dan Handil berasal dari barat dan timur).
c. Reservoir
Pada daerah Mahakam, akumulasi gas/oil terutama dijumpai pada
reservoir yang berumur Miosen tengah hingga akhir. recently recifal and outer-
shelf tidak terdapat cadangan hidrokarbon yang ekonomik dan hanya endapan
terbaru yang sangat didominasi endapan turbidit, pada Inner onshore, reservoir
utama didominasi oleh atau terisi dari fluvial and distributary channels.
d. Seal dan Trapping
Lapangan minyak atau gas di wilayah Mahakam terkait erat dengan
struktur, unsur stratigrafi sebagai perangkap hidrokarbon juga memegang
peranan. Pada lapangan onshore (Handil, Tambora, Nilam, Badak) kandungan
hidrokarbon terkontrol kuat oleh pengaruh stuktur dan oleh penyebaran seal
yang membatasi migrasi vertikal pada zona dangkal. Biasanya, lapangan di area
Mahakam, kebanyakan akumulasi hidrokarbon terletak di bawah endapan banjir
regional berusia Miosen Tengah dan Miosen Akhir.

7
Perangkap stratigrafi biasa terdapat di endapan mouth bar. Pada
komplek mouth bar terjadi pengurangan permeabilitas secara progresif ke arah
laut dan kadang menyebabkan terebentuknya reservoir terisolasi. Pada tipe ini,
pengaruh hidrodinamis juga mempengaruhi kontrol akumulasi hidrokarbon.
Perangkap struktur banyak terdapat di lapangan lepas pantai, dimana
akumulasi hidrokarbon biasa berasosiasi dengan pembalikan blok akibat sesar
normal. Perangkap vertikal biasa diyakini akibat dari bidang banjir regional
yang terjadi pada Miosen awal hingga akhir.

Gambar 2.5 Petroleum System of Lower Kutai Basin

2.3.2. Petroleum System of Upper Kutai Basin

Berdasarkan analisis laboratorium, upper kutai basin tersusun oleh 3


source rock yang terdiri dari Coals (TOC ; 44,8% - 65,9 wt), organic rich,
dan claystone ( TOC; 0,6 – 5,4 wt%) sebagai penyusun dari Formasi

8
Tanjung Bagian bawah. Source dari fasies ini sangat mature dengan daerah
yang sangat luas.

Migrasi hidrokarbon di mulai pada akhir Miosen, dari source rock


formasi Tanjung bagian bawah dan berhenti pada bagian tengah. Awal dari
migrasi, kemudian mengalami trap yang di bentuk oleh pleo structures
(paleo trap) yang umumnya di bentuk pada pertengahan Oligosen, sub
subsequent tektonik event selama Neogen hingga Pleistosen, mengakibatkan
perubahan (semakin rusak) pada Paleo Trap. Kemungkinan migrasi terjadi
yang lebih efektif selama embrionic thrust system pada umur Mio-Pliosen,
secara horizontal (Up-dip) dan vertikal melalui bidang Fault.

Anda mungkin juga menyukai