Anda di halaman 1dari 20

BAB V

ANALISA PRESSURE BUILD UP (PBU) TESTING

5.1. TUJUAN ANALISA


Berdasarkan data-data tekanan yang didapat dari hasil analisa Pressure Build-
Up tersebut, maka dapat ditentukan :
a. Permeabilitas formasi (k).
b. Adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (Faktor Skin).
c. Menentukan produktivitas formasi (PI).
d. Menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (P) reservoir.

5.2. DASAR TEORI


Pressure Build-Up Testing (PBU) adalah suatu teknik pengujian transien
tekanan yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian
ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama suatu selang,
waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Dasar analisa Pressure Build-Up test ini dilakukan oleh Horner, yang pada
prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan suatu
prinsip yang dikenal dengan superposisi (superposition principle).
Berdasarkan prinsip superposisi tersebut, maka sumur-sumur diproduksi
dengan laju alir tetap selama waktu "tp", kemudian sumur ditutup selama waktu
"Δt", sehingga didapat bentuk umum persamaannya adalah :
qµB  tp  Δt 
Pws = Pi – 162.6 . log   ......................................................(5-1)
kh  Δt 
Dimana :
Pws = tekanan dasar sumur, psi
Pi = tekanan mula-mula reservoir, psi

56
57

q = laju (produksi) sebelum sumur ditutup, bbl/d


μ = viskositas minvak. cp
B = faktor volume formasi, bbl/stb
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan formasi, ft
tp = waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam
= (Np/q) x 24.
Δt = waktu penutupan sumur, jam

Original reservoir pressure (pi)


Wellbore pressure

Shut-in

Production rate
q(t)
tp
∆t q(t)=0
p
0 Time

Gambar 5.1. Skema Pressure Build Up Test

Dari persamaan (3-1), terlihat bahwa apabila Pws diplot terhadap log
(tp+Δt/Δt) akan merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope, m) :
qµB
m = 162.6 ..................................................................................... (5-2)
kh
Berdasarkan konsep tersebut, maka harga permeabilitas dapat ditentukan dari
slope "m", sedangkan apabila garis tersebut diekstrapolasi ke harga Horner Time
(tp+Δt/Δt) sama dengan 1, maka secara teoritis harga Pws sama dengan tekanan awal
reservoir.
58

Possible P*
extrapolation

Wellbore pressure PR
Test data

m = slope Actual data II


well is shut in for
a long period of
time

10000 1000 100 10 1


 tp  Δt 
 Δt 
 

Gambar 5.2. Skema Grafis Horner Plot

Sedangkan untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau perbaikan


formasi yang ditandai oleh harga skin factor (S), maka digunakan persamaan :
P P k 
S =  1 jam  log  3.23 .............................................. (5-3)
wf

C t rw
2
 m 
Selanjutnya apabila "S" ini :
 Berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada umumnya
dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap kedalam
formasi atau endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor pada
formasi produktif yang kita amati.
 Berharga negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan (stimulated),
yang biasanya teijadi setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau suatu
perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat
adanya skin effect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan tekanan,
ΔPs yang ditentukan menggunakan persamaan
ΔPs = 0.87 in S , Psi ..............................................................................(5-4)
Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow efficiency
59

(FE) berdasarkan analisa pressure build-up ini dapat ditentukan menggunakan


persamaan :
q
PI = , BPD/Psi .............................................................. (5-5)
P * - Pwf - Ps
dan
P * - Pwf - Ps
FE = x 100% ................................................................. (5-6)
P * - Pwf
Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat
ditentukan menggunakan persamaan:

kt
ri  0.03 , ft ………..................................................................(5-7)
μC t

dimana:
Ct = kompresibilitas, psi-1
Tahapan untuk melakukan analisa pressure build-up berdasarkan metode
Horner adalah :
a. Berdasarkan data-data PBU buat tabulasi yang menghubungkan harga Pws
terhadap Horner time (tp+∆t/∆t).
b. Plot harga-harga Pws vs (tp+∆t/∆t) pada grafik semilog.
c. Buat garis ekstrapolasi berdasarkan plot harga tersebut (langkah 2) sampai
harga (tp+∆t/∆t) = 1, maka akan didapatkan harga tekanan statis reservoir
(P*).
d. Tentukan besarnya slope (m) pada bagian garis yang lurus grafik tersebut.
e. Tentukan besarnya permeabilitas (k).
f. Tentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi.
g. Tentukan skin factor, dan berdasarkan harga skin tersebut tentukan apa
yang terjadi pada formasi produktif yang diamati.
h. Tentukan produktivitas formasi (PI).
i. Tentukan Flow Eficiency (FE).
j. Tentukan besarnya radius of investigation (ri).
60

k. Buat analisanya dari hasil-hasil yang didapatkan.


5.2.1. Penentuan Tekanan Rata-Rata Reservoir
Seperti diketahui bersama bahwa tekanan rata-rata reservoir merupakan
suatu besaran fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses Primary Recovery
maupun Enhanced Recovery, yaitu sangat berguna untuk melakukan karakterisasi
suatu reservoir, penentuan cadangan dan peramalan kelakuan reservoir tersebut.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = P yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan segmen
garis lurus pada Horner plot sampai pada harga (tp+∆t)/ ∆t = 1. Tetapi pada reservoir
yang terbatas, hal di atas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan adanya
pengaruh dari batas reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh berada di
bawah garis lurus Horner.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
tekanan rata-rata reservoir ini, yaitu :
 Metode Matthews-Brons-Hazerbroek (Metode MBH)
 Metode Miller- Dyes-Hutchinson (MDH)
 Metode Dietz
5.2.1.1. Metode Matthews-Brons-Hazerbroek (MBH)
Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan kompresibilitas
fluida tidak bervariasi sampai batas radius pengurasan atau dapat dikatakan bahwa
tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan harga P* dari metode Horner (untuk reservoir yang
terbatas, P* ini dikenal sebagai ‘False Pressure’).
2. Mendapatkan juga harga kemiringannya (slope, m).
3. Memperkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P)
menggunakan persamaan :
m
P = P*- PDMBH (tpDA) ....................................................... (5-8)
2.303
dimana : PDMBH atau dikenal sebagai ‘MBH Dimensionless Pressure’
dibaca pada ordinat grafik MBH, tergantung pada bentuk dari
61

daerah pengurasanya, sedangkan harga absisnya (tpDA) didapat


dengan persamaan :
0.0002367 x k x tp
tpDA = ............................................ (5-9)
..Ct.A

5.2.1.2. Metode Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)


Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata
reservoir pada reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar
dengan sumur produksi pada pusatnya. Salah satu syarat mutlak untuk
menggunakan metode MDH ini adalah anggapan bahwa sebelum sumur ditutup
(Shut-in) kondisi telah mencapai Pseudo Steady-State.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat MDH plot, yaitu Pws vs log ∆t, kemudian menentukan m dan
k.
2. Memilih sembarang harga ∆t, asalkan masih terletak pada semilog
straightline (katakanlah ∆t’), kemudian membaca harga Pws yang
berhubungan dengan waktu ∆t’ tadi.
3. Menghitung besarnya ∆t’DA, yaitu :
0,0002367 x k Δt'
∆t’DA = ........................................................(5-10)
φ.μ.Ct.A
4. Dari gambar grafik MDH, membaca harga PDMDH untuk reservoir yang
sesuai dengan pendekatan lingkaran atau bujur sangkar dan kondisi
pada batasnya (No Flow atau Constant Pressure).
5. Menentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan persamaan :
m x PDMDH x t' DA
P = P’ws + ........................................... (5-11)
φ.μ.Ct.A
62

5.2.1.3. Metode Dietz


Syarat untuk menggunakan metode ini adalah kondisi Pseudo Steady-
State telah dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui Shape Factor (CA)
dan faktor skin harus lebih besar dari negatif 3.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat plot (∆t vs Pws), kemudian menentukan m dan k.
2. Menentukan besarnya harga (∆t) P, yaitu pada saat :
tp Φ x μ x Ct x A
(∆t) P = = ................................ (5-12)
C A x tp DA φ.μ.Ct.A
3. Kemudian P dibaca pada waktu (∆t) P yang dihitung dai langkah 2
pada semilog straightline.
63

Tabel V-1
Shape Factor untuk Berbagai Jenis Drainage Area Reservoir (1)
64

Tabel V-2
Shape Factor untuk Berbagai Jenis Drainage Area Reservoir (2)
65

5.3. PROSEDUR ANALISA


1. Berdasarkan data yang diberikan, menghitung harga Horner time (tp+∆t)/
∆t dan mentabulasikan untuk setiap data ∆t yang diberikan (apabila ∆t
dalam menit maka tp juga dalam menit, bila ∆t dalam jam, maka tp juga
dalam jam).
2. Berdasarkan data-data Pws membuat tabulasi ∆Pws untuk setiap data yang
ada.
3. Memplot harga ∆t vs ∆Pws pada grafik log-log untuk menentukan harga
End of Wellbore Storage (EOWB) di mana ∆t sebagai sumbu x dan ∆Pws
sebagai sumbu y.
4. Membuat garis 450 dan disejajarkan dengan hasil plot grafik pada langkah
ketiga untuk menentukan ∆t EOWB (EOWB ditentukan dari titik pisah
antara garis 450 dengan plot grafik pada langkah 3 dan kemudian hasilnya
∆t ditambahkan 1.5 cycle dan mencatat harganya sebagai ∆t EOWB).
5. Memplot harga Horner time (sumbu x) vs ∆Pws (sumbu y) pada grafik
semilog.
6. Membuat grafik ekstrapolasi (dengan menghitung harga (tp+∆t EOWB)/
∆t EOWB ) pada grafik langkah 5 dan memplot harga tersebut pada grafik,
kemudian menarik trendline pada titik-titik di sekitar harga (tp+∆t
EOWB)/ ∆t EOWB kemudian menentukan persamaan garisnya.
7. Mengekstrapolasikan garis pada langkah 6 sampai pada harga (tp+∆t)/ ∆t
= 1, maka didapatkan harga tekanan statis reservoir (P*).
P1 - P2
8. Menentukan besarnya slope m = pada bagian garis lurus dari
1 cycle
grafik tersebut (misal P1 = harga P pada (tp+∆t)/ ∆t =0,1 ; P2 = harga P
pada (tp+∆t)/ ∆t = 0,01).
9. Menentukan permeabilitas dengan persamaan :
qxxB
k = 162,6 x
mxh
66

10. Menentukan besarnya harga P 1 jam yang diambil pada bagian garis
ekstrapolasi dengan menghitung harga Horner time pada waktu <tp+1
jam>.
11. Menentukan besarnya Faktor Skin dengan persamaan :
P -P k 
S = 1.151  1 jam  3,23
wf
- log
 m ..Ct.rw 2

12. Menentukan harga ∆Ps dengan persamaan :
∆Ps = 0.87 x m x s
13. Menentukan produktivitas formasi/Productivity Index (PI) dengan
persamaan :
q
PI =
P * -Pwf - Ps
14. Menentukan Flow Efficiency (FE) dengan persamaan :
P * -Pwf - Ps
FE = x 100%
P * -Pwf
15. Menentukan besarnya Radius of Investigation (ri) dengan persamaan
k xt
ri = 0,03
 x  x Ct
16. Membuat analisa dari hasil yang didapatkan.
17. Metode yang digunakan adalah metode MBH.
- Mendapatkan harga P* dari metode Horner (untuk reservoir terbatas,
P* ini dikenal sebagai ‘false Pressure’)
- Mendapatkan juga harga kemiringanya (slope,m).
- Memperkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P)
menggunakan persamaan :
m
P = P*- PDMBH (tpDA)
2,303
di mana : PDMBH atau dikenal sebagai ‘MBH dimensionless pressure’
tergantung pada daerah pengurasanya, sedangkan
harga absisnya (tpDA) didapat dengan persamaan :
tpDA = 0,0002367.k.tp/(Ф.µ.Ct.A)
67

5.4. DATA DAN PERHITUNGAN


5.4.1. Data
Diketahui data-data reservoir sebagai berikut:
 Laju produksi, (q)) = 381,4 bbl/day
 Tekanan alir dasar sumur, (Pwf) = 1354,28 psi
 Jari-jari sumur, (rw) = 0,3542 ft
 Porositas, () = 0,15
 Ketebalan formasi produktif, (h) = 101,7110 ft
 Viscositas minyak , (o) = 0,8162 cp
 Kompressibilitas total, (Ct) = 0,000040025 psi-1
 Faktor Volume Formasi Minyak, (Bo) = 1.215 RB/STB
 Lama sumur diproduksikan (tp) = 10 jam
68

Tabel V-3.
Data Tekanan Dan Waktu Test Soal Tipe 4
NO DATE TIME P T Tp+dt/dt
Elapsed time DP
1158 27/11/2008 9:08:49 1354.28 271.65 0 0.00 0.00000
1159 27/11/2008 9:08:51 1354.35 271.65 0.000527778 18948.37 0.07000
1160 27/11/2008 9:08:52 1354.44 271.65 0.000805556 12414.79 0.16000

1161 27/11/2008 9:08:52 1354.58 271.65 0.001055556 9474.68 0.30000


1162 27/11/2008 9:08:54 1354.75 271.65 0.001333333 7501.00 0.47000
1163 27/11/2008 9:08:54 1354.86 271.65 0.001611111 6207.90 0.58000
1164 27/11/2008 9:08:55 1354.97 271.65 0.001861111 5374.13 0.69000
1165 27/11/2008 9:08:56 1355.08 271.65 0.002138889 4676.32 0.80000
1166 27/11/2008 9:08:57 1355.25 271.65 0.002416667 4138.93 0.97000
1167 27/11/2008 9:08:58 1355.43 271.65 0.002666667 3751.00 1.15000
1168 27/11/2008 9:08:59 1355.51 271.65 0.002944444 3397.23 1.23000
1169 27/11/2008 9:09:00 1355.59 271.65 0.003222222 3104.45 1.31000
1170 27/11/2008 9:09:01 1355.68 271.65 0.003472222 2881.00 1.40000
1171 27/11/2008 9:09:02 1355.75 271.65 0.00375 2667.67 1.47000
1172 27/11/2008 9:09:03 1355.86 271.65 0.004027778 2483.76 1.58000
1173 27/11/2008 9:09:04 1355.97 271.65 0.004277778 2338.66 1.69000
1174 27/11/2008 9:09:05 1356.05 271.65 0.004555556 2196.12 1.77000
1175 27/11/2008 9:09:06 1356.14 271.65 0.004833333 2069.97 1.86000
1176 27/11/2008 9:09:07 1356.27 271.65 0.005083333 1968.21 1.99000
1177 27/11/2008 9:09:08 1356.55 271.65 0.005361111 1866.28 2.27000
69

5.4.2. Perhitungan
1. Menentukan harga EOWB
Berdasarkan data awal waktu mulai produksi hingga waktu awal analisa
pressure build up untuk soal tipe 4 diperoleh harga EOWB = 10 jam.
2. Menentukan m (dari grafik tp  t Vs. P)
t
m = 1589,1 psi – 1569,5810 psi
= 19,5190 psi / cycle
3. Menentukan P* (P Statik)
tp  t
P* diperoleh dengan jalan meneruskan garis plot antara Pws dengan
t
, sampai memotong sumbu Pws, sehingga didapat harga
P* = 1589,1 psi.
4. Menentukan K (Permeabilitas)
162.6q  B 
K =
mh 
= 32,094 mD
5. Menentukan P 1 jam
tp  t
dapat ditentukan dari data grafik Vs. P dimana diperoleh harga P 1
t
jam = 1568,7730 psi
6. Menentukan S (Skin)
P  P  k  
S = 1.151 1 jam wf   log   3.23
2 
 m      Ct  rw  
= 7,4799
7. Menentukan Ps
Ps = 0.87 m s
= 127,02 psi
8. Menentukan PI (Productivity Index)
q
PI =
P *  Pwf  Ps
= 3,538 bbl/day/psi
70

9. Menentukan FE (Flow Efficiency)


 P *  Pwf  Ps 
FE =   x100 %
 P *  Pwf 
= 7,373 %
10. Menentukan ri (Radius of Investigation)

kt
ri = 0.03
Ct
= 295,73 ft
71
72
73

5.6. PEMBAHASAN
Pressure Build Up (PBU) adalah suatu metode uji sumur yang dilakukan
dengan memproduksikan sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan laju
aliran yang tetap, kemudian sumur tersebut ditutup sehingga menyebabkan naiknya
tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan
untuk menganalisa data uji sumur yang telah tersedia dengan metode Pressure
Build Up (PBU) sehingga didapatkan berbagai parameter yang berguna untuk
mengetahui potensi dan karakteristik reservoir. Parameter yang bisa didapatkan dari
tes ini seperti permeabilitas formasi (k), faktor Skin (S), tekanan rata-rata reservoir
(P*), tekanan shut-in (Pws), productivity index (PI), flow efficiency (FE), dan ri
(radius of investigation).
Analisa PBU dimulai dengan menganalisa data Sumur UPN#3, dilakukan
pemilihan data hanya pada PBU test. Kemudian menghitung Horner time dari data
dengan cara menjumlahkan lama waktu produksi dengan lama waktu pengujian
kemudian hasilnya dibagi dengan lama waktu pengujian. Setelah itu menghitung
perbedaan tekanan (dP) dari setiap data. Setelah proses persiapan data selesai,
dilakukan plot data dt dan dP dalam bentuk grafik log dt vs log dP. Dari data log
tersebut kemudian ditarik garis 45º melewati grafik dengan data yang dominan.
Kemudian ditentukan EOWB dengan menambah 1,5 cycle dari awal penyimpangan
grafik terhadap garis 45º. Hasilnya didapatkan harga EOWB sebesar 6,5 jam.
Setelah itu dilakukan plot grafik semilog berdasarkan data horner time dan
Pws (Pressure Shut-in). Dari data EOWB dapat di ketahui 3 data dari pengujian
yang waktunya mendekati watu EOWB. Setelah itu buat garis ekstrapolasi dari data
yang paling dominan pada grafik semilog. Berdasarkan grafik semilog horner time
vs Pws, kita dapat mengetahui P* dan P 1 jam. P* didapatkan dari hasil ekstrapolasi
garis pada nilai horner time = 1, harga P* didapatkan sebesar 1780 Psi. Kemudian
P 1 jam diketahui dengan cara membaca harga tekanan saat dt = 1 jam atau horner
time = 7 jam, sehingga didapatkan hasil P 1 jam sebesar 1161,84 Psi.
Dari grafik yang ada kita dapat menghitung berbagai parameter yang
dibutuhkan. Berdasarkan perhitungan diketahui nilai slope (m) sebesar 73,55556;
permeabilitas (k) sebesar 0,364023 mD, faktor skin (S) sebesar -2,37486; dP Skin
74

sebear 151,9755 Psi, Productivity Index (PI) sebesar 0,032818 bopd/psi, FE sebesar
0,783035 %, dan Radius Investigation (ri) sebesar 7,859637 ft. Setelah itu
dilakukan perhitungan P rata-rata dengan menggunakan metode MDH, didapatkan
hasil berupa dTDA sebesar 1,65931x10-5 , PMDH sebesar 4,2 , dan P rata-rata sebesar
1214,887373 Psi.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa terhadap grafik dapat diketahui
bahwa, dari ∆t EOWB, efek wellbore storage berakhir pada 6,5 jam. Skin yang
bernilai negative menandakan adanya perbaikan formasi.
Aplikasi lapangan dari analisa Pressure Build Up Test adalah dapat
mengetahui berbagai parameter yang berkaitan dengan karakteristik formasi
pengaruhnya terhadap produktifitas sumur. Berdasarkan parameter tersebut kita
dapat melakukan perencanaan pengembangan sumur lebih lanjut sesuai dengan
keadaan sumur yang sedang diuji.
75

5.7. KESIMPULAN
1. Dari Pressure Build Up (PBU) adalah suatu metode uji sumur yang
dilakukan dengan memproduksikan sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian sumur tersebut ditutup
sehingga menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi
waktu.
2. Hasil Perhitungan
a. EOWB = 6,5 jam
b. Slope (m) = 73,55556
c. Permeabilitas (k) = 0,364023 mD
d. Faktor Skin (S) = -2,374856
e. dP Skin = 151,9755 Psi
f. Productivity Index (PI) = 0,032818 bopd/Psi
g. Flow Efficiency (FE) = 0,783035 %
h. Radius Investigation (ri) = 7,859637 ft
i. P rata-rata = 1214,887373 Psi
3. Harga Skin yang bernilai negative menunjukan adanya perbaikan
formasi.
4. Aplikasi lapangan dari analisa Pressure Build Up Test adalah dapat
mengetahui berbagai parameter yang berkaitan dengan karakteristik
formasi pengaruhnya terhadap produktifitas sumur. Berdasarkan
parameter tersebut kita dapat melakukan perencanaan pengembangan
sumur lebih lanjut sesuai dengan keadaan sumur yang sedang diuji.

Anda mungkin juga menyukai