Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI DAN ETIOLOGI

Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh
(flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
dan suhu yang sangat rendah. (1)
Luka bakar adalah cedera yang disebabkan oleh panas, listrik, radiasi atau zat korosif
dan berkisar dari luka minor hingga sangat parah. Tingkat keparahan cedera biasanya
ditandai dengan luasnya kulit yang terkena, lokasi anatomis, kedalaman cedera, usia pasien
dan adanya kelainan penyerta. (1)
Kerusakan jaringan akibat luka bakar, dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam
perubahan secara molekuler, salah satunya adalah munculnya berbagai radikal bebas yang
akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perbedaan tingkat kerusakan jaringan yang
terjadi akan memungkinkan munculnya bekas luka (scar) bahkan kecacatan, yangdapat
mengganggu baik fungsi maupun dari segi kosmetik, dan pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang.(4)
Luka bakar dapat dibagi menjadi 3 tingkat berdasarkan gambaran histologis, yaitu
tingkat I (superfisial), tingkat II A (superfisial parsial) dan tingkat II B (deep partial), dan
tingkat III (deep). Luka bakar tingkat II, yaitu IIA maupun IIB lebih sering diakibatkan oleh
air panas, bahan kimia, api, maupun aliran listrik. Pada luka bakar tingkat II, kerusakan
jaringan ditandai dengan adanya kulit yang melepuh (blister) hingga lapisan epidermis,
bahkan terkadang sebagian lapisan dermis menghilang, walaupun secara keseluruhan masih
melekat dengan jaringan di bawahnya.3 Luka bakar tingkat II pada umumnya dapat
menyebabkan bekas luka (scar) apabila tidak segera ditangani. Hal ini berbeda dengan luka
bakar tingkat I yang relatif dapat sembuh dengan baik.(4)
Penyebab luka bakar berdasarkan catatan America Burn Association National Burn
Repository 2011 menyebutkan bahwa sebagian besar pasien luka bakar di dunia disebabkan
44% kobaran api, 33% air mendidih, 9% kontak dengan sumber api, 4% gangguan arus listrik
pada alat elektronik, dan 3% karena penggunaan zat-zat kimia misalnya obat bius dan
alkohol.[5]
Derajat Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman

Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau Total
Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau
Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,
karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. (1)

DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR, DITENTUKAN JIKA:


 Luka bakar ringan
- Luka bakar derajat II <15%
- Luka bakar derajat II <10% pada anak
- Luka bakar derajat III <2%
 Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II <15-25%
- Luka bakar derajat II >10-20% pada anak
- Luka bakar derajat III <10%
 Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II ≥25%
- Luka bakar derajat II ≥20% pada anak
- Luka bakar derajat III ≥10%
- Luka bakar pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki dan genitalia/perineum
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, dan disertai trauma lain.(2)

PATOFISIOLOGI
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas ini
mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskular. Kerusakan kulit akibat
luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di
derajat 1, penumpukan cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih
terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok
hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan
cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi
suhu 44oC (111oF) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.(2)

FASE LUKA
Luka bakar terbagi dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut. Pembagian ketiga
fase ini tidaklah tegas, namun pembagian ini akan membantu dalam Penanganan Luka Bakar
Yang Lebih Terintegrasi.(2)

 Fase akut/syok/awal

Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di IRD/ Unit
luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan
gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi segera atau beberapa
saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat juga dapat terjadi dalam 48-72
jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka bakar adalah penyebab kematian utama
di fase akut. Ganguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera
termal berdampak sitemik hingga syok hipovolemik yang berlanjut hingga keadaan
hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi.

 Fase subakut/flow/hipermetabolik

Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah proses
inflamasi atau infeksi pada luka bakar, problem penutupan lukan, dan keadaan
hipermetabolisme.

 Fase lanjut

Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol rawat jalan.
Permasalahan pada fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur.
PENATALKSANAAN
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan
memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup permukaan luka.
Penyembuhan luka melewati tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase
remodeling. Faktor yang bisa mengganggu dan menghambat proses penyembuhan ini adalah
infeksi.(3)
Pada penatalaksanaan pasien luka bakar resusitasi jalan nafas dan resusitasi
merupakan hal yang penting, pasien datang dengan keadaan sesak dan diberikan O2 3-4
L/menit untuk meningkatkan asupan oksigen. (1)
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah: 1) Preservasi reperfusi yang
adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia
jaringan; 2) Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan; 3)
Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin survival seluruh sel;
4) Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan stabilisasi pasien
secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. (1)
Pada pasien luas luka bakar sebesar 90% penatalaksanaan 24 jam pertama untuk
menghitung jumlah cairan yang masuk dapat menggunakan rumus baxter pada dewasa 3-4
mlxkgBBx% (4x70x50%) 1600 cc yang terbagi dalam 8 jam pertama dan 16 jam berikutnya.
Pada pasien diberikan cairan RL 8 jam pertama 8.000 cc selanjutnya 8.000 cc dalam 16 jam
berikutnya. Pasien diberikan obat antibiotik berupa injeksi ceftazidime 1 g/12 jam (skin test),
injeksi metronidazol 500 mg/8 jam, injeksi gentamisin 80 mg/8 jam, hal ini di lakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi dikarenakan bakteri positif, negatif dan anaerob dimana ketika
adanya luka bakar maka lebih mudah terjadinya suatu infeksi. Ketorolak diberikan untuk
mengurangi rasa sakit yang diderita pasien dan ranitidin diberikan untuk mengurangi keluhan
lambung yang disebabkan oleh pemberian dari ketorolak. (1)

PROGNOSIS
Prognosis luka bakar umumnya buruk pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.
Pada usia yang sangat muda sistem regulasi tubuh dan sistem imunologik belum berkembang
sempurna sehingga sangat rentan terhadap suatu trauma. Pada usia lanjut proses degeneratif
yang terjadi pada sistem, organ dan sel merupakan salah satu faktor yang mengurangi daya
kompensasi dan daya tahan tubuh terhadap suatu trauma. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin muda dan tua pasien luka bakar berat, maka semakin buruk prognosisnya dan angka
kematian akan semakin meningkat. (1)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kurniawan SW. Luka Bakar Derajat II-III 90% karena Api pada Laki-laki 22 Tahun di
Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung. Jurnal Medula
Unila | Vol 7. No 2.
[2] 2017Anggowarsito JL. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi. Jurnal Widya Medika
Surabaya. Vol 2. No 2. 2014

[3] Arif, Mz.Pengaruh Madu terhadap Luka Bakar. Medula. Vol 7 No 5. 2017
[4] Azaria, C., Achadiyani., Farenia, R. Efek Topikal Sari Buah Nanas (Ananas comosus)
terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar berdasarkan Jaringan Granulasi,
Reepitelisasi, dan Angiogenesis. Journal of Medicine and Health . Vol 1 No. 5. 2017
[5] Hendy., Lister, I.N.E. Tingkat Efektivitas Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA dengan
Pemberian Madu dan Pemberian Salep Nebacetin pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus). Jurnal kedokteran dan kesehatan. Vol 15 No. 2. 2019

Anda mungkin juga menyukai