GANGGUAN PANIK
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang ditandai oleh
serangan panik parah yang berulang dan tak terduga. Frekuensi serangannya bervariasi mulai dari
beberapa kali serangan dalam setahun hingga beberapa serangan dalam sehari. Serangan panik
dapat pula terjadi pada gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan panik, serangan
terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas. Akibat keluhan fisik yang berat pada
waktu serangan, orang dengan gangguan panik akan cenderung menghindari tempat atau situasi
dimana serangan panik pernah terjadi terutama tempat yang dinilai sulit untuk keluar dengan cepat
saat terjadi serangan panik. Hal inilah yang sering dianggap sebagai penyebab terjadinya
Agorafobia. 1,2
Saat ini, penatalaksaan yang tersedia untuk serangan panik adalah penatalaksanaan secara
farmakoterapi dan psikoterapi. Tujuan utama penatalaksanaan gangguan panik adalah untuk
mengurangi atau mengeliminasi gejala serangan panik, mencegah dan mengantisipasi ansietas
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan Panik (Panic Disorder) adalah satu perasaan serangan cemas mendadak dan
terus menerus disertai perasaan perasaan akan datangnya bahaya / bencana, ditandai dengan
ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Gangguan Panik disebut juga Anxietas Paroksismal
Episodik.3
Agorafobia merupakan jenis Fobia yang menyebabkan ketidakmampuan berat bagi pasien
karena membuat seseorang tidak mampu berfungsi dengan baik ditempat kerja maupun
dilingkungan sosial diluar rumah. Di Amerika Serikat sebagian besar peneliti percaya bahwa
Agorafobia hampir selalu terjadi akibat komplikasi pada pasien dengan gangguan panik. Tetapi
sebagian peneliti lain kurang setuju karena Agorafobia bisa juga tanpa riwaat Gangguan Panik.
Serangan Panik bisa juga ditemukna pada ganguan mental lain (seperti: Gangguan Depresi) dan
2.1 Etiologi
1. Faktor Biologis
Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai
temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak.3 Pada otak pasien dengan gangguan
panik beberapa neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu serotonin GABA (Gama
Amino Butiric Acid) dan norepinefrin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi pasien-pasien dengan gangguan cemas, termasuk
gangguan panik.4
Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan
menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang
berulang dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. 3 Serangan panik
merupakan respons terhadap rasa takut yang terkondisi yang ditampilkan oleh fear network
yang terlalu sensitif, yaitu amigdaa, korteks prefrontal dan hipokampus, yang berperan
terhadap timbulnya panik. Dalam model ini, seorang dengan gangguan panik menjadi takut
Terdapat beberapa zat yang dapat menginduksi terjadinya serangan panik (panicogens).
Diantaranya adalah: carbon dioksida (5-35%), sodium laktat dan bicarbonat, bahan
cholecytokinin dan caffein, serta isoproterenol. Zat-zat tersebut diduga mempengaruhi sistem
noradrenergik, serotonergik dan reseptor GABA dalam susunan syaraf pusat secara langsung.4
2. Faktor Genetika
Gangguan panik memiliki keterlibatan komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi
tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah
menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak
saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara
derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar
monozigot.2,3
3. Faktor Psikososial
menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku
modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik. Teori psikoanalitik memandang
serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls
yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan
ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.1
mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait. Misalnya pasien
mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang tertentu. Harapan ini
merupakan suatu ancaman terhadap figur yang melekat. Pasien-pasien dengan gangguan panik
memiliki gaya kelekatan yang bermasalah, dalam bentuk preokupasi terhadap kelekatannya
itu. Mereka sering berpandangan bahwa perpisahan dan kelekatan sebagai suatu yang
mutually exclusive; hal ini karena sensitivitas yang tinggi baik akan kehilangan kebebasan
maupun kehilangan akan rasa aman dan perlindungan. Kesulitan ini tampak dalam keseharian
pasien yang cenderung menghindari perpisahan dan pada saat yang sama menghindari
Banyak pasien menggambarkan serangan panik seperti timbul tiba-tiba, dengan tidak
adanya faktor psikologis yang terlibat. Tetapi eksplorasi psikodinamik sering mengungkapkan
penginduksi psikologis serangan panik yang jelas. Walaupun serangan panik secara
neurofisiologis berhubungan dengan locus ceruleus, awitan panik umumnya terkait dengan
faktor lingkungan atau psikologis. Pasien dengan gangguan panik memiliki insiden yang lebih
tinggi mengalami peristiwa hidup yang penuh tekanan, khususnya kehilangan, dibandingkan
subjek kontrol di bulan-bulan sebelum awitan gangguan panik. Lebih jauh, pasien secara khas
mengalami penderita lebih hebat akan peristiwa hidup daripada subjek kontrol. Riset
membuktikan bahwa penyebab serangan panik cenderung melibatkan arti peristiwa yang
menimbulkan stres secara tidak disadari serta bahwa patogenesis serangan panik dapat
Serangan Panik menunjukkan beberapa gejala anxietas yang berat dengan onset cepat.
Gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit, tapi juga bisa dalam beberapa detik. Pasien mengeluh
nafas pendek, sesak nafas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada depersonalisasi dan
derealisasi.
Pasien dengan Serangan Panik akan berulangkali mencari pertolongan, sering dibawa ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Bila tidak diobati seranga panik akan berulang dan
pasien akan berulangkali mengunjungi dokter atau seringkali dibawa ke IGD. Lama-lama pasien
akan menghindari tempat-tempat atau situasi serangan paniknya pernah terjadi terutama tempat
kegiatan sosial atau tempat dimana susah untuk menyelamatkan diri. Lama-lama bisa jatuh pada
Agorafobia. Serangan panik akan berkurang dirumah, berada bersama pasangan atau orang yang
Gangguan Panik merupakan serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan
durasi sangat singkat. Karena adanya gejala-gejala fisik pada waktu serangan, pasien menjadi
ketakutan mereka akan mendapat serangan jantung, stroke dan lain-lain Kadang pasien berfikir
mereka akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Beberapa penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan resiko ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada pasien Gangguan Panik. Resiko
bunuh diri ini tinggi pada pasien dengan comorbiditas Depresi Berat.
2.5 Diagnosis
Diagnosis Serangan Panik Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
IV (DSM IV) adalah Adanya satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4
(empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat ditemukan dan mencapai puncaknya dalam
waktu 10 menit :1
2. Keringat banyak.
5. Merasa tercekik.
6. Nyeri dada.
9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi (merasa terpisah dari diri
sendiri).
2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau lebih) oleh
satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut : a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang
serangan panik atau akibatnya (misal: hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau
menjadi gila). c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan
C. Serangan Panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:
D. Serangan Panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain1.
pertolongan. Mereka lebih suka bepergian bersama teman atau saudara pada daerah-daerah
yang ramai/sibuk seperti: pasar, jalan raya. Pasien akan selalu minta ditemani setiap saat
akan meninggalkan rumah, bahkan pada keadaan yang sudah cukup berat pasien menolak
keluar rumah1.
A. Cemas berlebihan apabila bera-da ditempat-tempat atau situasi-situasi yang sangat sulit untuk
menyelamatkan diri (atau akan mengalami rasa malu hebat) atau pertolongan mungkin tidak bisa
didapatkan dalam keadaan yang tidak diharapkan atau situasi yang menjadi predis-posisi serangan
panik atau gejala-gejala menyerupai panik. Ketakutan pada 2.4 Gejala Klinis
Serangan Panik menunjukkan beberapa gejala anxietas yang berat dengan onset cepat.
Gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit, tapi juga bisa dalam beberapa detik. Pasien mengeluh
nafas pendek, sesak nafas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada depersonalisasi dan
derealisasi.
Pasien dengan Serangan Panik akan berulangkali mencari pertolongan, sering dibawa ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Bila tidak diobati seranga panik akan berulang dan
pasien akan berulangkali mengunjungi dokter atau seringkali dibawa ke IGD. Lama-lama pasien
akan menghindari tempat-tempat atau situasi serangan paniknya pernah terjadi terutama tempat
kegiatan sosial atau tempat dimana susah untuk menyelamatkan diri. Lama-lama bisa jatuh pada
Agorafobia. Serangan panik akan berkurang dirumah, berada bersama pasangan atau orang yang
Gangguan Panik merupakan serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan
durasi sangat singkat. Karena adanya gejala-gejala fisik pada waktu serangan, pasien menjadi
ketakutan mereka akan mendapat serangan jantung, stroke dan lain-lain Kadang pasien berfikir
mereka akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Beberapa penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan resiko ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada pasien Gangguan Panik. Resiko
bunuh diri ini tinggi pada pasien dengan comorbiditas Depresi Berat.
2.5 Diagnosis
Diagnosis Serangan Panik Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
IV (DSM IV) adalah Adanya satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4
(empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat ditemukan dan mencapai puncaknya dalam
waktu 10 menit :1
1. Palpitasi, jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung.
2. Keringat banyak.
5. Merasa tercekik.
6. Nyeri dada.
9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi (merasa terpisah dari diri
sendiri).
2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau lebih) oleh
satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut : a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang
serangan panik atau akibatnya (misal: hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau
menjadi gila). c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan
C. Serangan Panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:
D. Serangan Panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain1.
pertolongan. Mereka lebih suka bepergian bersama teman atau saudara pada daerah-daerah yang
ramai/sibuk seperti: pasar, jalan raya. Pasien akan selalu minta ditemani setiap saat akan
meninggalkan rumah, bahkan pada keadaan yang sudah cukup berat pasien menolak keluar
rumah1.
A. Cemas berlebihan apabila bera-da ditempat-tempat atau situasi-situasi yang sangat sulit untuk
menyelamatkan diri (atau akan mengalami rasa malu hebat) atau pertolongan mungkin tidak bisa
didapatkan dalam keadaan yang tidak diharapkan atau situasi yang menjadi predis-posisi serangan
panik atau gejala-gejala menyerupai panik. Ketakutan pada Agorafobia ciri khasnya adalah takut
pada situasi-situasi terbuka (misal: diluar rumah sendirian, berada dalam keramaian atau berdiri
dalam satu antrian, berada diatas jembatan, dalam perjalanan dengan bus, kereat api atau mobil).
B. Situasi-situasi tersebut akan dihindari (membatasi perjalanan) atau bila dikerjakan akan ditandai
dengan adanya distress atau kecemasan akan kemungkinan terjadinya satu serangan panik atau
gejala-gejala menyerupai panik, atau sering minta ditemani ditemani kalau keluar rumah.
C. Kecemasannya atau penghindaran terhadap situasi yang ditakuti (fobia) tidak bisa digolongkan
2.6 Penatalaksanaan
I. Non Psikofarmakologik2
2) Terapi Keluarga.
4) Psikoterapi Kombinasi.
II. Psikofarmakologik2
Pemberian Psikofarmaka perlu dipertimbangkan bila telah terjadi Agorafobia, Depresi, ide atau
hati-hati karena efek samping yang kurang menyenangkan seperti : mulut kering, konstipasi,
- Selective Serotonin ReUptake Inhibitor (SSRI) seperti: Pemakaian Paroxetine, Sertraline dan
spesifik sebagai anti panik, tapi pemakaian jangka lama harus sangat hati-hati karena akan mudah
menimbulkan toleransi serta penurunan atau penghentian pengobatan bisa menimbulkan efek “
classical withdrawal” seperti terjadinya rebound fenomen dari gejala panik. Meskipun
Farmakoterapi cukup efektif mengatasi gejala-gejala awal Gangguan panik, kombinasi Psikoterapi
dan Farmakoterapi memberikan hasil yang lebih baik pada beberapa kasus2.
2.7 Prognosis
Kira-kira 30% – 40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala yang ringan
tapi tidak mengganggu aktifitas kehidupan seharihari. Sekitar 10% – 20% masih terus mengalami
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan panik merupakan gangguan yang terutama ditandai dengan serangan panik
berulang. Serang panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala otonomik terutama
sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan. Gejala yang timbul akan mirip dengan gangguan
jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik.
Gangguan panik dialami oleh lebih kurang 1.7% dari populasi orang dewasa di negara barat.
Etiologi dari gangguan panik berasal dari faktor biologis, genetika dan psikososial.
Penatalaksanaan panik terdiri dari penatalaksanaan secara farmakoterapi dan psikoterapi. Tujuan
utama penatalaksanaan gangguan panik adalah untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala
serangan panik, mencegah dan mengantisipasi ansietas serta mengatasi keadaan komorbid yang
menyertainya.
DAFTAR PUSTAKA
2. Maramis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas
4. Elvira SD, Kusumadewi I. Buku Ajar Pskiatri FKUI: Gangguan Panik. Ed 2. Jakarta:
FKUI;2014.