Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

GANGGUAN PANIK

Oleh :

Fitra Ananta Takwa 201410330311157

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang ditandai oleh

serangan panik parah yang berulang dan tak terduga. Frekuensi serangannya bervariasi mulai dari

beberapa kali serangan dalam setahun hingga beberapa serangan dalam sehari. Serangan panik

dapat pula terjadi pada gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan panik, serangan

terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas. Akibat keluhan fisik yang berat pada

waktu serangan, orang dengan gangguan panik akan cenderung menghindari tempat atau situasi

dimana serangan panik pernah terjadi terutama tempat yang dinilai sulit untuk keluar dengan cepat

saat terjadi serangan panik. Hal inilah yang sering dianggap sebagai penyebab terjadinya

Agorafobia. 1,2

Saat ini, penatalaksaan yang tersedia untuk serangan panik adalah penatalaksanaan secara

farmakoterapi dan psikoterapi. Tujuan utama penatalaksanaan gangguan panik adalah untuk

mengurangi atau mengeliminasi gejala serangan panik, mencegah dan mengantisipasi ansietas

serta mengatasi keadaan komorbid yang menyertainya. 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan Panik (Panic Disorder) adalah satu perasaan serangan cemas mendadak dan

terus menerus disertai perasaan perasaan akan datangnya bahaya / bencana, ditandai dengan

ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Gangguan Panik disebut juga Anxietas Paroksismal

Episodik.3

Agorafobia merupakan jenis Fobia yang menyebabkan ketidakmampuan berat bagi pasien

karena membuat seseorang tidak mampu berfungsi dengan baik ditempat kerja maupun

dilingkungan sosial diluar rumah. Di Amerika Serikat sebagian besar peneliti percaya bahwa

Agorafobia hampir selalu terjadi akibat komplikasi pada pasien dengan gangguan panik. Tetapi

sebagian peneliti lain kurang setuju karena Agorafobia bisa juga tanpa riwaat Gangguan Panik.

Serangan Panik bisa juga ditemukna pada ganguan mental lain (seperti: Gangguan Depresi) dan

kondisi medik tertentu (seperti: Gangguan Putus Zat atau Keracunan).1

2.1 Etiologi

1. Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai

temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak.3 Pada otak pasien dengan gangguan

panik beberapa neurotransmiter mengalami gangguan fungsi, yaitu serotonin GABA (Gama

Amino Butiric Acid) dan norepinefrin. Hal ini didukung oleh fakta bahwa Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs) efektif pada terapi pasien-pasien dengan gangguan cemas, termasuk

gangguan panik.4

Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan

menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang

berulang dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. 3 Serangan panik

merupakan respons terhadap rasa takut yang terkondisi yang ditampilkan oleh fear network

yang terlalu sensitif, yaitu amigdaa, korteks prefrontal dan hipokampus, yang berperan

terhadap timbulnya panik. Dalam model ini, seorang dengan gangguan panik menjadi takut

akan terjadi serangan panik.4

Terdapat beberapa zat yang dapat menginduksi terjadinya serangan panik (panicogens).

Diantaranya adalah: carbon dioksida (5-35%), sodium laktat dan bicarbonat, bahan

neurokimiawi yang bekerja melalui sistem neurotransmiter spesifik (yohimbin, α2-adrenergik

receptor antagonist, mchlorophenylpiperazine/mCP, bahan yang berefek sero-tonergik),

cholecytokinin dan caffein, serta isoproterenol. Zat-zat tersebut diduga mempengaruhi sistem

noradrenergik, serotonergik dan reseptor GABA dalam susunan syaraf pusat secara langsung.4

2. Faktor Genetika

Gangguan panik memiliki keterlibatan komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi

tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah

menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak

saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara

derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar

monozigot.2,3
3. Faktor Psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk

menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku

menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku

modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik. Teori psikoanalitik memandang

serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls

yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan

ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.1

Pada pasien-pasien dengan gangguan panik, terdapat kesulitan dalam

mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait. Misalnya pasien

mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang tertentu. Harapan ini

merupakan suatu ancaman terhadap figur yang melekat. Pasien-pasien dengan gangguan panik

memiliki gaya kelekatan yang bermasalah, dalam bentuk preokupasi terhadap kelekatannya

itu. Mereka sering berpandangan bahwa perpisahan dan kelekatan sebagai suatu yang

mutually exclusive; hal ini karena sensitivitas yang tinggi baik akan kehilangan kebebasan

maupun kehilangan akan rasa aman dan perlindungan. Kesulitan ini tampak dalam keseharian

pasien yang cenderung menghindari perpisahan dan pada saat yang sama menghindari

kelekatan yang intens.4

Banyak pasien menggambarkan serangan panik seperti timbul tiba-tiba, dengan tidak

adanya faktor psikologis yang terlibat. Tetapi eksplorasi psikodinamik sering mengungkapkan

penginduksi psikologis serangan panik yang jelas. Walaupun serangan panik secara

neurofisiologis berhubungan dengan locus ceruleus, awitan panik umumnya terkait dengan

faktor lingkungan atau psikologis. Pasien dengan gangguan panik memiliki insiden yang lebih
tinggi mengalami peristiwa hidup yang penuh tekanan, khususnya kehilangan, dibandingkan

subjek kontrol di bulan-bulan sebelum awitan gangguan panik. Lebih jauh, pasien secara khas

mengalami penderita lebih hebat akan peristiwa hidup daripada subjek kontrol. Riset

membuktikan bahwa penyebab serangan panik cenderung melibatkan arti peristiwa yang

menimbulkan stres secara tidak disadari serta bahwa patogenesis serangan panik dapat

berkaitan dengan faktor neurofisiolois yang diceruskan reaksi psikologis.1

2.4 Gejala Klinis

Serangan Panik menunjukkan beberapa gejala anxietas yang berat dengan onset cepat.

Gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit, tapi juga bisa dalam beberapa detik. Pasien mengeluh

nafas pendek, sesak nafas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada depersonalisasi dan

derealisasi.

Pasien dengan Serangan Panik akan berulangkali mencari pertolongan, sering dibawa ke

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Bila tidak diobati seranga panik akan berulang dan

pasien akan berulangkali mengunjungi dokter atau seringkali dibawa ke IGD. Lama-lama pasien

akan menghindari tempat-tempat atau situasi serangan paniknya pernah terjadi terutama tempat

kegiatan sosial atau tempat dimana susah untuk menyelamatkan diri. Lama-lama bisa jatuh pada

Agorafobia. Serangan panik akan berkurang dirumah, berada bersama pasangan atau orang yang

dikenal sehingga bisa membantu bila terjadi serangannya.

Gangguan Panik merupakan serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan

durasi sangat singkat. Karena adanya gejala-gejala fisik pada waktu serangan, pasien menjadi

ketakutan mereka akan mendapat serangan jantung, stroke dan lain-lain Kadang pasien berfikir

mereka akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Beberapa penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan resiko ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada pasien Gangguan Panik. Resiko

bunuh diri ini tinggi pada pasien dengan comorbiditas Depresi Berat.

2.5 Diagnosis

Diagnosis Serangan Panik Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

IV (DSM IV) adalah Adanya satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4

(empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat ditemukan dan mencapai puncaknya dalam

waktu 10 menit :1

1. Palpitasi, jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung.

2. Keringat banyak.

3. Menggigil atau gemetaran.

4. Perasaan nafasnya pendek atau tertahan-tahan.

5. Merasa tercekik.

6. Nyeri dada.

7. Mual atau rasa tidak nyaman diperut.

8. Merasa pusing, goyang / hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri.

9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi (merasa terpisah dari diri

sendiri).

10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila.

11. Takut mati

12. Parestesia (menurunnya sensasi).

13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan.

Diagnosis Gangguan Panik menurut DSM IV ADALAH : 1

A. Harus ada 1 dan 2 kriteria dibawah ini :


1. Adanya Serangan Panik yang tidak diharapkan secara berulang-ulang.

2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau lebih) oleh

satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut : a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang

kemungkinan akan mendapat serangan panik. b) Khawatir tentang implykasi daripada

serangan panik atau akibatnya (misal: hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau

menjadi gila). c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan

adanya serangan panik1.

B. Ada atau tidak adanya agorafobia. 1

C. Serangan Panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:

penyalahgunaan zat atau obatobatan) atau kondisi medis umum (hipertiroid) 1.

D. Serangan Panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain1.

Gambaran Klinik Agorafobia

Pasien dengan Agorafobia akan menghindari situasi / tempat sulit mendapatkan

pertolongan. Mereka lebih suka bepergian bersama teman atau saudara pada daerah-daerah

yang ramai/sibuk seperti: pasar, jalan raya. Pasien akan selalu minta ditemani setiap saat

akan meninggalkan rumah, bahkan pada keadaan yang sudah cukup berat pasien menolak

keluar rumah1.

Diagnosis Agorafobia Menurut DSM IV : 1

A. Cemas berlebihan apabila bera-da ditempat-tempat atau situasi-situasi yang sangat sulit untuk

menyelamatkan diri (atau akan mengalami rasa malu hebat) atau pertolongan mungkin tidak bisa

didapatkan dalam keadaan yang tidak diharapkan atau situasi yang menjadi predis-posisi serangan

panik atau gejala-gejala menyerupai panik. Ketakutan pada 2.4 Gejala Klinis
Serangan Panik menunjukkan beberapa gejala anxietas yang berat dengan onset cepat.

Gejala mencapai puncaknya dalam 10 menit, tapi juga bisa dalam beberapa detik. Pasien mengeluh

nafas pendek, sesak nafas, tremor, pusing, merasa panas atau dingin, ada depersonalisasi dan

derealisasi.

Pasien dengan Serangan Panik akan berulangkali mencari pertolongan, sering dibawa ke

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Bila tidak diobati seranga panik akan berulang dan

pasien akan berulangkali mengunjungi dokter atau seringkali dibawa ke IGD. Lama-lama pasien

akan menghindari tempat-tempat atau situasi serangan paniknya pernah terjadi terutama tempat

kegiatan sosial atau tempat dimana susah untuk menyelamatkan diri. Lama-lama bisa jatuh pada

Agorafobia. Serangan panik akan berkurang dirumah, berada bersama pasangan atau orang yang

dikenal sehingga bisa membantu bila terjadi serangannya.

Gangguan Panik merupakan serangan panik yang berulang-ulang dengan onset cepat dan

durasi sangat singkat. Karena adanya gejala-gejala fisik pada waktu serangan, pasien menjadi

ketakutan mereka akan mendapat serangan jantung, stroke dan lain-lain Kadang pasien berfikir

mereka akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Beberapa penelitian menunjukkan terjadi

peningkatan resiko ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada pasien Gangguan Panik. Resiko

bunuh diri ini tinggi pada pasien dengan comorbiditas Depresi Berat.

2.5 Diagnosis

Diagnosis Serangan Panik Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

IV (DSM IV) adalah Adanya satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4

(empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat ditemukan dan mencapai puncaknya dalam

waktu 10 menit :1
1. Palpitasi, jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung.

2. Keringat banyak.

3. Menggigil atau gemetaran.

4. Perasaan nafasnya pendek atau tertahan-tahan.

5. Merasa tercekik.

6. Nyeri dada.

7. Mual atau rasa tidak nyaman diperut.

8. Merasa pusing, goyang / hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri.

9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi (merasa terpisah dari diri

sendiri).

10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila.

11. Takut mati

12. Parestesia (menurunnya sensasi).

13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan.

Diagnosis Gangguan Panik menurut DSM IV ADALAH : 1

A. Harus ada 1 dan 2 kriteria dibawah ini :

1. Adanya Serangan Panik yang tidak diharapkan secara berulang-ulang.

2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau lebih) oleh

satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut : a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang

kemungkinan akan mendapat serangan panik. b) Khawatir tentang implykasi daripada

serangan panik atau akibatnya (misal: hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau

menjadi gila). c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan

adanya serangan panik1.


B. Ada atau tidak adanya agorafobia. 1

C. Serangan Panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:

penyalahgunaan zat atau obatobatan) atau kondisi medis umum (hipertiroid) 1.

D. Serangan Panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain1.

Gambaran Klinik Agorafobia

Pasien dengan Agorafobia akan menghindari situasi / tempat sulit mendapatkan

pertolongan. Mereka lebih suka bepergian bersama teman atau saudara pada daerah-daerah yang

ramai/sibuk seperti: pasar, jalan raya. Pasien akan selalu minta ditemani setiap saat akan

meninggalkan rumah, bahkan pada keadaan yang sudah cukup berat pasien menolak keluar

rumah1.

Diagnosis Agorafobia Menurut DSM IV : 1

A. Cemas berlebihan apabila bera-da ditempat-tempat atau situasi-situasi yang sangat sulit untuk

menyelamatkan diri (atau akan mengalami rasa malu hebat) atau pertolongan mungkin tidak bisa

didapatkan dalam keadaan yang tidak diharapkan atau situasi yang menjadi predis-posisi serangan

panik atau gejala-gejala menyerupai panik. Ketakutan pada Agorafobia ciri khasnya adalah takut

pada situasi-situasi terbuka (misal: diluar rumah sendirian, berada dalam keramaian atau berdiri

dalam satu antrian, berada diatas jembatan, dalam perjalanan dengan bus, kereat api atau mobil).

B. Situasi-situasi tersebut akan dihindari (membatasi perjalanan) atau bila dikerjakan akan ditandai

dengan adanya distress atau kecemasan akan kemungkinan terjadinya satu serangan panik atau

gejala-gejala menyerupai panik, atau sering minta ditemani ditemani kalau keluar rumah.

C. Kecemasannya atau penghindaran terhadap situasi yang ditakuti (fobia) tidak bisa digolongkan

kedalam gangguan mental lainnya1.

2.6 Penatalaksanaan
I. Non Psikofarmakologik2

1) Terapi Kognitif Perilaku.

2) Terapi Keluarga.

3) Psikoterapi Berorientasi Insight (Tilikan).

4) Psikoterapi Kombinasi.

II. Psikofarmakologik2

Pemberian Psikofarmaka perlu dipertimbangkan bila telah terjadi Agorafobia, Depresi, ide atau

percobaan bunuh diri, dan gejala sudah cukup berat.

- Pemakaian Trisiklik Antidepresan (Imipramine, Clomipramine, Maprotiline, Amitriptiline) harus

hati-hati karena efek samping yang kurang menyenangkan seperti : mulut kering, konstipasi,

somnolent, disfungsi seksual, anxietas, hipotensi orthostatistik).

- Selective Serotonin ReUptake Inhibitor (SSRI) seperti: Pemakaian Paroxetine, Sertraline dan

Fluoxetine cukup efektif untuk Gangguan Panik.

- Pemberian golongan Benzodiazepine (Alprazolam, Clonazepam, Lorazepam) punya kemampuan

spesifik sebagai anti panik, tapi pemakaian jangka lama harus sangat hati-hati karena akan mudah

menimbulkan toleransi serta penurunan atau penghentian pengobatan bisa menimbulkan efek “

classical withdrawal” seperti terjadinya rebound fenomen dari gejala panik. Meskipun

Farmakoterapi cukup efektif mengatasi gejala-gejala awal Gangguan panik, kombinasi Psikoterapi

dan Farmakoterapi memberikan hasil yang lebih baik pada beberapa kasus2.
2.7 Prognosis

Kira-kira 30% – 40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala yang ringan

tapi tidak mengganggu aktifitas kehidupan seharihari. Sekitar 10% – 20% masih terus mengalami

gejala yang signifikan1.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan panik merupakan gangguan yang terutama ditandai dengan serangan panik

berulang. Serang panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala otonomik terutama

sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan. Gejala yang timbul akan mirip dengan gangguan

jantung, yaitu rasa nyeri di dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik.

Gangguan panik dialami oleh lebih kurang 1.7% dari populasi orang dewasa di negara barat.

Etiologi dari gangguan panik berasal dari faktor biologis, genetika dan psikososial.

Penatalaksanaan panik terdiri dari penatalaksanaan secara farmakoterapi dan psikoterapi. Tujuan

utama penatalaksanaan gangguan panik adalah untuk mengurangi atau mengeliminasi gejala

serangan panik, mencegah dan mengantisipasi ansietas serta mengatasi keadaan komorbid yang

menyertainya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, BJ.; Sadock, VA :Panic Disorder and Agoraphobia in Synopsis of Psychiatry

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Xth ED, Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia- USA, 2007, p: 587-597

2. Maramis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas

Airlangga . 2009. Surabaya

3. Yaunin, Yaslinda., 2012, Gangguan Panik dengan Agoraphobia, Majalah Kedokteran

Andalas, 2:36, pp. 235-239

4. Elvira SD, Kusumadewi I. Buku Ajar Pskiatri FKUI: Gangguan Panik. Ed 2. Jakarta:

FKUI;2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen17 halaman
    Bab Iv
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • 1295 2654 1 SM PDF
    1295 2654 1 SM PDF
    Dokumen8 halaman
    1295 2654 1 SM PDF
    DeaGtie Ituue Deewiee
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Dokumen2 halaman
    Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen4 halaman
    Bab 6
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Referat Dry Eyes
    Referat Dry Eyes
    Dokumen24 halaman
    Referat Dry Eyes
    onyotz
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Diare Berat II
    Diare Berat II
    Dokumen3 halaman
    Diare Berat II
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Diare Berat
    Diare Berat
    Dokumen3 halaman
    Diare Berat
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Ilma Mau Kompre
    Ilma Mau Kompre
    Dokumen70 halaman
    Ilma Mau Kompre
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa
    Surat Kuasa
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa
    Ilma Amalia
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen6 halaman
    Bab 5
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • 8 - Adverse Drug Reaction
    8 - Adverse Drug Reaction
    Dokumen9 halaman
    8 - Adverse Drug Reaction
    Aan Mi'dad
    Belum ada peringkat
  • Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Dokumen52 halaman
    Referat Trauma Tumpul Abdomen
    Gilbert Richard Sulivan Tapilatu
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen2 halaman
    Bab 7
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Panik
    Gangguan Panik
    Dokumen15 halaman
    Gangguan Panik
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Aaa
    Aaa
    Dokumen5 halaman
    Aaa
    Beny Syamsol Arifin
    Belum ada peringkat
  • Laily Ira F Responsi SMK
    Laily Ira F Responsi SMK
    Dokumen37 halaman
    Laily Ira F Responsi SMK
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Panik
    Gangguan Panik
    Dokumen15 halaman
    Gangguan Panik
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Refarat Pneumonia Anak
    Refarat Pneumonia Anak
    Dokumen17 halaman
    Refarat Pneumonia Anak
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Abortus Inkomplit
    Lapsus Abortus Inkomplit
    Dokumen30 halaman
    Lapsus Abortus Inkomplit
    yunick rahma
    Belum ada peringkat
  • Ilma Sudah Kompre 111
    Ilma Sudah Kompre 111
    Dokumen87 halaman
    Ilma Sudah Kompre 111
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen6 halaman
    Bab 5
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • 8 - Adverse Drug Reaction
    8 - Adverse Drug Reaction
    Dokumen9 halaman
    8 - Adverse Drug Reaction
    Aan Mi'dad
    Belum ada peringkat
  • Sari Pediatric
    Sari Pediatric
    Dokumen7 halaman
    Sari Pediatric
    Fitri Maya Anggraini
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Referat Anak
    BAB 1 Referat Anak
    Dokumen18 halaman
    BAB 1 Referat Anak
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii
    Bab Vii
    Dokumen2 halaman
    Bab Vii
    Giga Ardiansyah
    Belum ada peringkat