PENDAHULUAN
Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek
samping modernisasi, kecenderungan penyakit yang timbul di masyarakat pun
mengalami pergeseran ke arah penyakit tidak menular dan kronis. Beberapa penyakit
yang sering timbul antara lain diabetes melitus dan hipertensi. Di masa yang akan
datang, jumlah penderita penyakit degeneratif ini diperkirakan akan semakin meningkat,
karena jumlah penduduk usia lanjut juga semakin bertambah. Hal ini akan memberikan
dampak dan beban ganda bagi pembangunan kesehatan di wilayah terkait.
Komitmen peserta dalam mengikuti PROLANIS juga merupakan hal yang sangat
penting. Peserta diharapkan mengikuti segala semua ketentuan pengobatan yang
direncanakan, karena jika tidak ada komitmen maka program ini akan gagal. Dengan
adanya PROLANIS, target peningkatan status kesehatan, pengetahuan, kemampuan,
dan kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri dapat
terwujud secara maksimal. Target ini juga didasarkan pada panduan klinis yang berlaku.
1. Di masa yang akan datang, jumlah penderita penyakit degeneratif (diabetes melitus,
hipertensi) ini diperkirakan akan semakin meningkat, karena jumlah penduduk usia
lanjut juga semakin bertambah. Hal ini akan memberikan dampak dan beban ganda
bagi pembangunan kesehatan di wilayah terkait.
2. Kegiatan prolanis berperan besar dalam peningkatan status kesehatan, pengetahuan,
kemampuan, dan kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secata
mandiri dapat terwujud secara maksimal.
1 Memberikan pencegahan dan deteksi dini, serta konsep dan pemahaman mengenai
penyakit kronis kepada peserta Prolanis melalui edukasi, sehingga terdapat
perubahan dalam tingkat pemahaman, sikap dan perilaku setiap peserta
2. Mendorong peserta Prolanisuntuk mencapai kualitas hidup yang optimal, dan
mencegah timbulnya komplikasi penyakit bagi para peserta yang telah menderita
penyakit kronis.
3. Terjadinya interaksi dan diskusi antar peserta dan petugas kesehatan mengenai
penyakit kronis dan hal-hal yang berkaitan.
Mini project ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dalam program Prolanis
tahun 2019
Menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh selama pendidikan kedokteran, menambah
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Prolanis
Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi
peserta PROLANIS
Langkah - langkah:
Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta
PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi
peserta PROLANIS dan keluarga
Sasaran:
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas sebagai
berikut:
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta yang
dikunjungi
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
Klasifikasi
Diabetes mellitus terdapat 4 jenis yaitu :
1). Diabetes mellitus tipe 1
Pada DM tipe 1 ini terjadi gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik serta gangguan produksi insulin. Hal ini terjadi karena adanya
reaksi autoimun maupun idiopatik yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas
sehingga tidak dapat memproduksi insulin (WDF, 2009).
2). Diabetes mellitus tipe 2
Pada penderita DM tipe 2 sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon
insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”. DM
tipe 2 tidak terjadi perusakan sel-sel β Langerhans secara autoimun sebagaimana yang
terjadi pada DM tipe 1 sehingga dalam penanganannya biasanya tidak memerlukan
terapi pemberian insulin. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan yang menjadi
penyebab terjadinya DM tipe 2 seperti obesitas, diet tinggi lemak atau rendah serat,
serta kurangnya olahraga (Depkes RI, 2005).
3). Diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional (GDM = Gestational Diabetes Mellitus) adalah
peningkatan kadar glukosa darah selama kehamilan (ADA, 2013). Intoleransi glukosa
GDM pertama kali terjadi selama masa kehamilan pada atau setelah trimester kedua
yang bersifat sementara selama masa kehamilan (Depkes RI, 2005).
4) DM tipe khusus lain
DM tipe ini ditandai dengan gangguan sekresi insulin dengan sedikit atau tidak ada
resistensi insulin. Biasanya pasien menunjukkan hiperglikemia ringan pada usia dini.
Beberapa mutasi genetik telah menunjukkan dalam reseptor insulin dan berkaitan dengan
resistensi insulin. Resistensi insulin A mengacu pada sindrom klinis acanthosis nigricans,
virilisasi pada wanita, ovarium polikistik, dan hiperinsulinemia. Sebaliknya, tipe B
resistensi insulin disebabkan oleh autoantibodi ke reseptor insulin. Leprechaunism adalah
sindrom anak dengan spesifik fitur wajah dan resistensi insulin yang parah karena cacat
pada gen reseptor insulin. Diabetes Lipoatrophic merupakan hasil dari cacat postreseptor
dalam signaling insulin (Triplit et al., 2008).
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut
dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada
tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif;
pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal
atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap
insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi
karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi
asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot
dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan
pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin
meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan penyebab
tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetic yang
menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah normal.
Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM
tipe II. Diantara beberapa factor, kelaian genetic pada protein yang memisahkan rangkaian di
mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat,
diabetes tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama
mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada
metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, diabetes tipe II
cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak.
Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang sangat jarang pada
biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel. Bahkan tanpa ada disposisi genetic,
diabetes dapat terjadi pada perjalanan penyakit lain, seperti pancreatitis dengan kerusakan sel
beta atau karena kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus ditingkatkan oleh peningkatan
pelepasan hormone antagonis, diantaranya, somatotropin (pada akromegali), glukokortikoid
(pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada stress), progestogen dan
kariomamotropin (pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid dan glucagon. Infeksi yang berat
meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan di atas sehingga
meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan diatas sehingga
meningkatkan manifestasi diabetes mellitus. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes
karena somatostatin yang diekskresikan akan menghambat pelepasan insulin.
(Silabernagi,2002)
Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring
dan diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .
Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk menentukan
diagnosis diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa tergagnggu.
Berikut adalah langkah-langkah penegakkan diagnosis diabetes melitus, TGT, dan GDPT.
Gambar 1. Alur Pemeriksaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus bertujuan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam
darah berada dalam kisaran normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan
terjadinya komplikasi (Depkes RI, 2005). Dengan target hemoglobin AIC ≤ 6,5%, GDP <
110 mg/dL dan GDPP < 140 mg/dL (AACE, 2007). Pengobatan non farmakologis terdiri
dari intervensi gaya hidup menggunakan latihan fisik dan modifikasi asupan gizi. Terapi ini
efisien dalam mencegah gangguan toleransi glukosa pada pasien diabetes tipe 2 (Martin &
Kolb, 2008).
1) Edukasi (Penyuluhan)
Terapi Gizi Medis (TGM) adalah pengaturan pola makan dan pemahaman tentang
jenis serta jumlah makanan berdasarkan kebutuhan individu. Terapi gizi medis
bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah, tekanan darah, profil lipid, dan
berat badan dalam batas normal sehingga kualitas hidup pasien meningkat.
3) Latihan jasmani
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL, sehingga dapat memperbaiki atau mengendalikan glukosa darah. Terbukti
dalam observasi pengukuran kadar glukosa sebelum dan sesudah latihan fisik pada
senam aerobik mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah ( PERKENI,2006).
4) Insulin
Pada orang normal produksi insulin tiap hari 20-60 unit. Apabila produksi insulin
lebih dari 60 unit perhari berarti terjadi resistensi insulin. Hal ini bisa disebabkan
karena jumlah reseptor insulin menurun, adanya anti-insulin, dan kerusakan insulin
dijaringan yang membutuhkannya
5) Obat Hipoglikemik Oral
Obat hipoglikemik oral hanya digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang
tidak berhasil dengan terapi non farmakologis. Mekanisme obat hipoglikemik oral
yaitu menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi sekresi insulin endogen oleh
sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin di reseptor intrasel (Davis,
2005).
Komplikasi
1) Komplikasi akut
KAD timbul sebagai akibat dari pemecahan sel-sel lemak jaringan yang
menghasilkan asam lemak bebas sehingga meningkatkan senyawa keton yang bersifat
asam dalam darah.
b) Hiperglikemik
Suatu keadaan dimana kadar gula darah sangat tinggi. Faktor penyebabnya meliputi
makan secara berlebih, stres emosional serta penghentian obat DM secara mendadak.
c) Hipoglikemi
Ditandai dengan tekanan darah turun, terasa lapar, mual, lemah, lesu, keringat dingin,
tangan gemetar sampai koma. Hal ini disebabkan karena kadar gula darah rendah
(Anies, 2006).
) Komplikasi kronis
Komplikasi kronis ada dua jenis yaitu Makroangiopati (pembuluh darah jantung;
pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak) dan Mikroangiopati (retinopati diabetik;
nefropati diabetik dan neuropati) (Perkeni, 2006).
2.6 Hipertensi
Definisi
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac output)
dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung merupakan
hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke volume), sedangkan
isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan kekuatan kontraksi
miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas
pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: system saraf simpatis dan parasimpatis, system rennin-
angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas miokard, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem parasimpatis justru kebalikannya yaitu
bersifat defresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan tekanan darah karena
menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif karena dapat memicu
pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah dan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrum di ginjal sehingga meningkatkan
volume darah.
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam terjadinya
hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang
sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan A2 dan angiotensin II
local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor
(EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu
jantung terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial
natriuretic peptide, ANP) yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator
yang cenderung menurunkan tekanan darah.
Epidemiologi
Kriteria
Darah
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit kardiovaskuler
dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan
20/10 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari faktor risiko lainnya.
Klasifikasi
- Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,
kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi
sekunder.Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal
(stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2%
adalah penyakit kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan
sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).
Faktor risiko
- Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga.
Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.
- Ras
Orang –orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara merata
yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda.
- Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat
yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre – menopause cenderung memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun
perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya,
sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon
estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai
pria dalam hal penyakit jantung
- Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan
berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih
berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikiskuat
- Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang
stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri.
- Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat badan yang
berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi.
Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh
dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan.
- Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang
mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-
orang yang memakan hanya sedikit garam.
- Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena
nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan disebarkan
keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai
ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer
adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini
menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih
keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.
- Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin
banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada orang yang
tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari
pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
Patofisiologi
a. Hipertensi primer
Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan
elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteri periferal
atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang
olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll.
b.Hipertensi Sekunder
Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala walaupun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual-muntah
- Sesak napas
- Gelisah
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak
disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera.
Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi meliputi:
- Hipertensi sekunder
METODE PENELITIAN
Jenis mini project yang dilakukan adalah dalam bentuk deskriptif yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi secara objektif.
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Selemadeg I
2. Waktu pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada periode tahun 2019
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk
angka-angka yang dapat dihitung besarannya. Data kualitatif dalam penelitian
ini adalah hasil laporan kegiatan dan laporan kasus Prolanis serta data
kepustakaan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang telah
dikumpulkan oleh petugas program Prolanis Puskesmas Selemadeg I dan dari
data studi kepustakaan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
3.2. Sasaran
o Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu data kegiatan program prolanis dan penyuluhan
PTM Puskesmas Selemadeg I.
o Observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu, pengamatan mengenai peran
kegiatan Prolanis dalam peningkatan status kesehatan, pengetahuan, kemampuan, dan
kesadaran peserta dalam rangka pemeliharaan kesehatan secara mandiri baik dari
petugas puskesma Selemadeg ataupun kader yang terlibat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Geografi
Kecamatan Selemadeg. Letak geografis wilayah kerja puskesmas adalah membujur dari
daerah pantai sampai pegunungan. Puskesmas Selemadeg yang terletak di jantung ibu
kota kecamatan memiliki luas wilayah kerja 52,05 Km2. Adapun batas wilayah kerja
puskesmas :
wilayah kerja dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Desa yang terdekat dengan ibu kota kecamatan adalah Desa Bajera, sedangkan
A. Demografi
(6.818 KK) dengan kepadatan penduduk 434 jiwa/ km2. Desa yang paling tinggi kepadatan
penduduknya adalah Desa Bajera dengan kepadatan 1.455 jiwa/ km2, sedangkan yang
paling rendah tingkat kepadatannya adalah Desa Wanagiri sebesar 188 jiwa/ km2.