Anda di halaman 1dari 22

A.

KALA DALAM PERSALINAN


1. Kala satu

Seorang wanita yang sehat dan sudah menjalani program pendidikan serta perawatan
antenatal yang baik, akan masuk rumah sakit dalam kondisi terbaik untuk menghadapi
stress persalinan. Selama kala satu persalinan, asuhan keperawatan di tujukan untuk
mempertahankan di tujukan untuk mempertahankan kondisi ibu dalam keadaan sebaik
mungkin dengan meringankan keluhan tanpa membahayakan ibu atau janinnya, dan
mengamati kemajuan persalinan serta berbagai akibatnya pada ibu dan janin.

a. Perawatan umum
Idealnya, kala satu persalinan di lewati dalam lingkungan yang tenang sementara
bidan dan ibu yang akan melahirkan menjalin hubungan yanh baik. Jika persalinan
nya ini adalah persalinan pertama, pasien tersebut mungkin merasa cemas dan
mengkhawatirkan bagaimana harus bersikap sekalipun sudah dipersiapkan dengan
baik sebelumnya. Bahkan bagi wanita yang sudah beberapa kali mengalami
persalinan, setiap persalinan mungkin Merasa cemas dan mengkhawatirkan
bagaimana harus bersikap sekalipun sudah dipersiapkan dengan baik sebelumnya.
Bahkan bagi wanita yanh sudah beberapa kali mengalami persalinan,setiap
persalinan mungkin merupakan peristiwa yang berbeda, hampir dapat di pastikan
bahwa ia akan menemui paling tidak beberapa dokter dan bidan yanh baru.Tanpa
tergantung pada pengalaman pasien sebelumnya, apakah ia seseorang pasien, bidan
atau dokter, kita harus memastikan bahwa pasien memahami apa yang tengah terjadi
dalam proses persalinan ini.
b. Kenyamanan
Ranjang harus dijaga agar tetap kering cairan ketuban dapat mengalir terus.
Perawatan mulut perlu diperhatikan, khususnya jika asupan cairan per oral di batasi.
Pasien akan berterimakasih jika tangan serta wajah nya sering di bersihkan, dan
pembasuhan vulva di lakukan setiap 4 jam sekali.
Nyeri punggu sering dikeluhkan, keluhan ini dapat di redakan dengan mengurut
secara mengurut secara perlahan tetapi kuat dari dasar tulang belakang. Penggunaan
bantal keras ( bukan bantal biasa ) semakin popular sebagai sama yang efektif untuk
mmenyangga punggung persalinan.
c. Aktivitas
Biasanya ibu hamil dianjurkan untuk berjalan- jalan sampai proses persalinannya
memasuki stadium di mana bagi ibu, lebih aman atau lebih nyaman untuk berbaring
di temapt tidur. Bentuk-bentuk kegiatan untuk menghilangkan kebosanan atau
mengalihkan perhatian seperti membaca, atau merajut dapat di anjurkan ; atau kita
dapat memperbaiki teknik- teknik relaksasi dan pernapasan.
d. Cairan
Cairan asupan dan haluaran cairan terus di buat selama proses persalinan. Dianjurkan
agar pasien minum yang di anjurkan adalah cairan yang jernih tanpa soda, misalnya
air putih, minuman yang mengandung glukosa, sari buah sekitar 75 ml perjam.
Cairan infus biasanya baru diberikan jika asupan cairanan terganggu seperti pada
keadaan muntah – muntah atau haluaran urinenya jelek.

2. Kala II

Kala dua persalinan di rasakan oleh banyak ibu hamil sebagai kala yang jauh lebih dapat
di tanggung beban penderitaannya di bandingkan dengan kala satu, mengingat akhirnya
mereka dapat melakukan sesuatu yang positif, kala dua merupakan saat dimana ibu
dapat mengejan untuk mendorong dan melahirkan bayinya.

Sesaat sebelum kala dua ketika serviks sudah cukup berdilatasi tapi belum tapi belum
berdilatasi penuh tanda- tanda transisi biasanya berlangsung singkat dan umumnya
terjadi hanya dala tempo beberapa menit saja.

a. Prosedur perawatan pelaksanaan pelahiran


1. Menempatkan tangan kirinya pada oksiput, untuk mempertahankan fleksi dan
secara hati –hati mengendalikan kecepatan ekspulsi kepala bayi
2. Menggunakan tangan kanan ( yang di lindungi oleh handuk atau bantalan dengan
ukuran yang sesuai ) untuk menyangga atau mengamankan perineum
3. Sementara perineum di sangga, menggunakan tangan kiri untuk meraba dagu bayi
dan menekan dagu dengan sangat hati – hati agar fleksi kepala di pertahankan
4. Mengendalikan kemunculan kepala sehingga kepala bayi di lahirkan dengan
perlahan-lahan pada saat anatara kontraksi
5. Menarik perineum ke belakang dengan tangan kanan pada saat ekstensi kepala
dan munculnya muka
6. Mengusap mata bayi dan membersihkan mucus serta cairan dari hidung dan mulut
7. Menunggu kepala mengadakan restutusi, kemudian meraba daerah sekitar leher
bayi untuk menemukan tali pusat.
8. Menarik kepala sedikit kebawah untuk melihat apakah tali pusat terdpat di
sekeliling leher dan lilitannya longgar, lepaskan tali pusat lewat kepala bayi atau
dorong ke belakang agar melewati bahu anterior. Jika lilitannya kencang, jepit tali
pusat dengan dengan klem dan gunting.
9. Melahirkan kedua bahu pada kontraksi berikutnya, dengan cara menariknya ke
bawah secara hati – hati sampai bahu anterior di lahirkan kemudian angkat tubuh
bayi ke atas untuk melahirkan bahu posterior serta bagian tubbh lain.
10. Meletakkan bayi menelungkup pada perut ibu sedemikian rupa agar kepala bayi
lebih rendah dari pada badannya guna membiarkan cairan mengalir keluar dari
mulut dan faring.
11. Melakukan aspirasi mulut bayi
12. Menjepit tali pusat dengan alat klem pada dua buha tempat dan kemmudian
menggunting tali pusat di antara kedua klem tersebut
13. Menaikan bayi lebih tinggi pada perut ibu aga bayi bias di peluk ibu atau bidan
yang mendampinginya.
14. Melakukan palpasi abdomen untuk menyingkirkan kemungkinan adanya janin
yang lain dan bila tidak di temukan apa-apa injeksi preparat oksitosik ( biasanya
ergometrin 0,25 mg atau syntocunon 10 unit intravena ) di berikan.
Gambar 2.1
Pelahiran bayi (a),(b),(c) dan (d) yang berangsur-angsur meningkatkan distensi vulva serta
perineum dengan bergerak majunya kepala bayi. Tekanan dilakukan dengan hati-hati pada
oksiput untuk mempertahankan fleksi kepala bayi. Sumber (Helem Farrer,2001)

b. Prosedur Perawatan dan pengamatan selama kala dua


1. Ibu di bantu agar berada dalam posisi yang nyaman baginya dan sesuai bagi bidan
yang akan mengamati kemajuan persalinan
2. Denyut nadi harus di periksa setiap seperempat jam sekali, tekanan darah di ukur
jika di perlukan.
3. Jantung janin diperiksa antara tiap –tiap kontarksi / his
4. Kandung kemih di kosongkan dengan kateter, tapi car ini di lakukan hanya kalau
kandung kemih yang penuh menghalangi atau memperlambat penurunan kepala
bayi.
5. Kemajuan persalinan diamati secara visual dengan memperhatikan proses
penonjolana dan kemudian perineum sampai kepala bayi terlihat. Palpasi postanal
dilakukan dengan cara hati-hati.
6. Dorongan untuk relaksasi di antara tiap- tiap his jarang di perlukan pada stadium
ini. Relaksasi akan terjadi secara alami dan ibu hamper ttertidur pada saat – saat
anatr – kontraksi

3. Kala III

Setelah melahirkan bayi, ibu di bantu untuk berbaring terlentanng jika sebelumnya ia
berada dalam posisi lateral dan kehangatan tubuhnya dijaga. Ketika tanda – tanda
pelepasana dan penurunan plasenta ditemukan (fundus uteri meninggi dan berkontraksi,
darah yang berwarna terang tiba-tiba mengalir keluar ( tali pusat memanjang ), tali pusat
di jepit ( jangan di tarik ) dan di lilitkan di sekeliling jari tangan penolong atau di
keliling ujung klem yang dipakai untuk ngeklem tali pusat tersebut. Klem di pegang erat
olah tangan penolong sementara tali pusat lewat di antara jari tengah dan jari manisa.
Pada saat ini. Korpus uteri ditahan dengan penekanan supprapubik ke atas. Kombinasi
traksi tali pusat yang terkontrol dan penyanggaan uterus ini di sebut metode melahirkan
plasenta dari brandt Andrews

Pada saat terjadi kontraksi berikutnya, plasenta harus tampak pada vulva dan kemudian
dapat di tarik secara perlahan – lahan tapi mantap. Ibu di minta untuk sedikit mengejan
guna membantu melahirkan plasenta. Penarikan plasenta secara terkontrol ini sangat
penting. Meskipun plasenta sudah terlepas dan bergerak turun dari tempat pelekatan
tempatnya dalam uterus, selaput karion mungkin belum terlepas sepenuhnya. Jika
plasenta di tarik keluar terlalu cepat \, selaput tersebut dapat terkoyak dan sebagian
darinya bias tertinggal dalam dinding desi dua sehingga menjadi lokasi yang potensial
untuk infeksi.

Segera setelah plasenta muncul cukup besar untuk di pegang kedua belah tangan, secara
perlahan –lahan plasenta di punter ke satu arah untuk menarik keluar selaput amnion.
Setelah plesenta dan selaput amnion di lahirkan, fundus uteri di raba dan dimasase jika
di perlukan untuk memastikan kontraksi. Sampel darah tali pusat di ambil.

Vulva dan vagina diusap hingga bersih dan diamati untuk menemukan kemungkinan
rupture. Setiap robekan atau luka episitomi di perbaiki pada kala ini. Tanda-tanda vital
ibu ( suhu, denyut nadi, respirasi dan tekanan darah ) di catat, kemudian tubuh ibu di
bersihkan, di keringkan serta di bikin nyamnan dan minum hangat di tawarkan

a. Pemeriksaan plasenta dan selaput ketuban


Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa untuk memastikan bahwa bagian ini
lengkap serta normal. Jika tidak lengkap, mungkin terdapat fragmen – fragmen yang
tertahan dalam uterus sehingga sehingga menghalangi kontarksi uterus dan
menimbulkan fokus untuk terjadinya infeksi. Jika plasenta dan selaput ketuban
abnormal, penemuan tersebut akan menggugah kewaspadaan petugas yang
bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengamati bayi, atau khususnya ibu
bergantung pada kelainannya ) dengan cermat. Sarung tangan harus selalu di
gunakan selama melakukan pemeriksaan plasenta karena bahaya infeksi yang di
tularkan lewat darah.
1) Selaput ketuban
Pemeriksaan selaput ketuban di lakukan pertama karena dapat robek atu terkoyak
dan hal ini menyebabkan pemeriksaan terhadap kelengkapan selaput yetsebut
sulit dikerjakan. Selaput karion atau membrane luar berlanjut dengan tepi
plasenta. Selaput ini cukup luas untuk mengandung fetus dan cairan amnion.
Selaput amnion atau pada lokasi insersio tali pusat. Biasanya selaput ini lengkap.
Pemeriksaan selaput ketuban dilakukan untuk mengetahui keberadaan pembuluh
darah karena kadang –mkadang terdapat lobus plasenta tambahan yang terpisah
dan pembuluh darah yang menunjukkan pada bagian lain.
2) Plasenta
Permukaan maternal, darah yang berlebihan mengalir dari plasenta. Darah ini
merupakan darah maternal . berat plasenta di timbang dan diameter nya diukur.
Biasanya plasenta mempunyai berat kurang-kurang nya seperenam berat bayi.
Plasenta kemudian diletakkan secara rata, dan warna, konsistensi, serta setiap
kelainan pada plasenta ( bagian-bagian yang mengalami infrak, kalsifikasi,
perdarahan lama ) di perhatikan. Kemudian plasenta di pegang dengan agal
dikuncupkan sehingga semua kortiledon menyatu untuk melihat apakah bagian
ini lengkap.
Permukaan fetal, plasenta di balik sehingga permukaan fetal yang berwarna putih
mengkilap berada di sebelah atas. Posisi insersio tali pusat dan penyebaran
pembuluh – pembuluh darah permukaan di perhatikan.

4. Kala IV
Kala empat persalinan merupakan istilah yang kadang-kadang di gunkana untuk periode
satu atau dua jam sesudah persalinan dalam periode ini, tugas fisiologis yang paling
penting adalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang kuat. Tugas uterus
ini dapat di bantu dengan memberikan obat- obat oksitosik.
a. Prosedur keperawatan pada kala IV
1) Memastikan kontarksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan pervaginam
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka diperineum harus di rawat dan tidak ada hematoma
6) Resume keadaan umum bayi
7) Resume keadaan ibu

B. Melaksanakan pelayanan neonatal esensial


1. Sistem Termoregulasi
Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
a. Faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas pd tubuh bayi :
1) Luas permukaan tubuh bayi.
2) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg belum berfungsi secara sempurna.
3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

b. Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui cara :


1) Penguapan atau evaporasi
Terjadi ketiika permukaan yang basah terkena udara. Contohnya selama
memandikan bayi, insensible water loose (IWL) artinya kehilangan panas tanpa
disadari, linen atau pakaian basah)
2) Konduksi
Terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda- benda padat yang lebih
dingin dari kulit mereka. Contohnya timbangan, stetoskop
3) Konveksi
Terjadi ketika panas dipindahkan keudara sekiar bayi. Contohnya bayi ditempat di
dekat pintu atau jendela yang terbuka.
4) Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). misal :
BBL diletakkan ditempat yang dingin, Udara dingin pada dinding luar dan jendela,
Penyekat tempat tidur bayi yang dingin.

c. Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:


1) Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan
tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di
atas perut ibu.
2) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
3) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi
selesai menyusu. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam
jam atau lebih setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan
kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat,
kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan
bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka
untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau
selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
5) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
6) Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya
ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
7) Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada
tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi.
Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya
pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan
rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan
tindakan untuk membantu pernafasan..

C. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik merupakan bagian penting pada perawatan bayi baru lahir. Pada tahun-
tahun terakhir ini, banyak perawat telah mempelajari keterampilan pengkajian fisik, dan
pada tahun-tahun terakhir ini, banyak perawat telah mempelajari keterampilan pengkajian
fisik, dan pada beberapa rumah sakit, seorang perawat praktisi pediatric memiliki
tanggung jawab untuk melakukan sebagaian dari pengkajian fisik pada bayi baru lahir.
Walaupun tidak semua perawat memiliki keterampilan praktisi, bagi perawat yang
bekerja dengan bayi baru lahir harus mampu melakukan pengkajian dasar dan menggali
adanya penyimpangan dari keadaan normal.
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir di mulai segera setelah dilahirkan ketika perawat di
kamar bersalin melakukan observasi pada bayi baru lahir untuk mendeteksi apakah ada
kelainan atau masalah dan melakukan pengukuran nilai apgar.
1. Apgar Skor
a. Definisi APGAR
Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang di gunakan untuk menilai keadaan
umum bayi sesaat setelah kelahiran.atau penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah
bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang di nilai adalah frekuensi jantung ( Heart Rate
), usaha nafas (Respiratory Effort ), tonus otot (Muscle Tone ), warna kulit ( Colour )
dan reaksi terhadap rangsangan ( Respon to stimuli ) yaitu dengan memasukan kateter
ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.
b. Mengevaluasi penilian APGAR
Skor Apgar di nilai pada menit pertama, menit kelima dan menit kesepuluh
setelah bayi lahir, untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut.
Namun dalam situasi tertentu, skor Apgar juga di nilai pada menit ke 10, 15 dan
20, hingga total skor 10.
1) Appearance ( warna kulit )
Menilai kulit bayi. Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan,
nilai 1 jika kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas dan nilai 0 jika kulit bayi
pucat pada seluruh badan ( biru atau putih semua )
2) Pulse ( denyut jantung )
Untuk mengetahui denyut jantung bayi , dapat dilakukan dengan meraba
bagian atas dada nnayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan
meletakkan stetoskop pada dada bayi. Denyut jantung di hitung dalam satu
menit, caranya dihitung 15 detik lalu hasilnya dikali 4, sehingga didapat hasil
total dalam 60 detik. Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali
permenit dan diberik nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi
denyut.jantungnya di bawah 100 kali permenit. Sementara bila denyut jantung
tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0.
3) Grimace ( respon reflek )
Ketika selang suction dimasukkan kedalam lubang hidung bayi untuk
membersihkan jalan nafasnya, akan terlihat bagaimana reaksi bayi. Jika ia
menarik, batuk, ataupun bersin saat di stimulasi, itu pertanda responnya
terhadap rangsangan bagusdan mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya
meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Dan jika bayi
tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.
4) Activity ( tonus otot )
Hal in dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan
kakinya secara aktif dan spontan begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan
diberi nilai 2. Tapi jika bayi di rangsang ekstermitasnya di tekuk, nilainya
hanya 1. Bayi yang lahir dalam keadaan lunglai atau terkulai nilai 0.
5) Respiration ( pernapasan )
Kemampuan bayi beernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia
langsung menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah
matang dan mampu beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan
bayi yang hanya merintih rintih nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang
terlahir tanpa tangis (diam).

Interpretasi nilai Apgar, tes ini umunya dilakukan pada waktu satu dan lima menit
setelah kelahiran, dan dapat di ulangi jika skor masih rendah. Jumlah skor 1- 10 bayi
dinyatakan normal, jumlah skor 4- 6 bayi rendah yang artinya memerlukan tindakan
medis segara seperti penyedotan lender yang menyumbat jalan nafas.

Gambar 2.2

Sumber ( Stella McKay-M& Pam Lee,2012)


2. Pemeriksaan fisik Anggota badan bayi baru lahir
a. Kepala
Kepala bayi baru lahir memiliki ukuran yang besar, berukuran sekitar seperempat
ukuran total tubuh. Pada presentasi kepala, kepala awalnya akan tampak tidak
simetris karena molase tulang tengkorak selama persalinan. Jika terdapat tekanan
terus menerus pada kepala maka dapat terjadi kaput suksedenum ( pembengkakan
jaringan lunak ) atau sefalohematoma.
Lingkar kepala diukur dengan menempatkan pita pengukur yang tidak lentur tepat
di atas alis mata dan diatas bagian oksiput. Secara normal, lingkar kepala 2cm
lebih lebar dari lingkar dada. Namun,pengukuran yang akurat mungkin tidak
diperoleh pada awalnya jika ada molase. Kisaran lingkar kepala normalnya adalah
33 sampai 37 cm, yang bergantung pada ukuran seluruh tubuh bayi baru lahir.
b. Mata
Mata bayi baru lahir lebih banyak tertutup tetapi dapat terbuka dengan spontan
jika kepala baru lahir diangkat atau di gunvang dengan perlahan. Seorang bayi
baru lahir memiliki kemampuan untuk melihat dan membedakan pola sebagai
dasar untuk persepsi bentuk. Namun, kemampuan ini terbatas dengan belum
sempurnanya koordinasi okulomotor dan ketidakmampuan untuk mengakomodasi
jarak yang berbeda.
c. Telinga dan pendengaran
Inspeksi daerah telinga meliputi ukuran, bentuk, posisi, kelainan rotasi, dan
anomali. Titik ujung telinga yang melekat pada kulit kepala harus jatuh tepat atau
di atas garis imajiner yang ditarik dari kantus mata bagian dalam sampai kantus
mata bagian luar. Posisi telinga yang tidak normal sering kali dihubungkan
dengan abnormalitas kromosom tertentu atau kelainan ginjal.
Pemeriksaan otoskopik telinga menetapkan kepatenan saluran auditori eksternal.
Membrane timpani biasanya sulit untuk di visualisasi selama 2 sampai 3 hari
pertama kehidupan karena terdapatnya akumulasi verniks kaseosa. Jika dicurigai
ada infeksi, visualisasi harus dilakukan karena otitis media dapat terjadi selama
hari-hari pertama kehidupan. Selama beberapa bulan pertama, reflex cahaya lebih
menyebar daripada tampilan bentuk kerucut normalnya.
Telinga dan traktus saraf pendengaran secara anatomi telah berkembang secara
sempurna pada saat lahir. Bayi baru lahir dapat mendengar setelah tangisan
pertama mereka dan pendengaran menjadi semakin baik dalam beberapa hari saat
tuba eustachius terisi udara dan lendir pada telinga tengah menghilang
pendengaran dapat di uji dengan membunyikan bel pendengaran dapat di uji
dengan membunyikan bel atau berbisik dekat kepala bayi tetapi di luar pandangan
mata. Mendengar suara menyebabkan mata berkedip. Pengujian ini bukan
merupakan uji yang akurat, tetapi dapat membantu membuat pemeriksa waspada
akan adanya kemungkinan masalah.
d. Bibir, mulut dan pipi
Daerah bundar dan tebal seringkali terdapat pada bibir ( terutama pada bagian
tengah bibir atas ) dikenal dengan sebutan tuberkel labia atau “lepuh akibat
mengisap”. Lepuhan ini bukan lepuhan sesungguhnya karena tidak terdapat cairan
pada umumnya terdapat pada pipi, bibir, gusi dan palatum harus diperiksa apakah
daerah tersebut utuh. Bintik Epstein, Kristal berwarna putih berukuran kecil yang
mungkin terdapat pada palatum atau gusi, merupakan suatau yang abnormal.
Kadang kala, sebuah gigi muncul yang mungkin dicabut untuk menghindari
kemungkinan gigi tersebut teraspirasi. Pada usia awal ini, lidah bayi belum dapat
mencapai melampui batas gusi karena frenulum normalnya berukuran pendek.
e. Leher
Bayi baru lahir secara umum tampak memiliki leher pendek. Keadaan ini
kadangkala menimbulkan kesulitan untuk mengetahui apakah terdapat selaput
atau masalah lainnya. Kepala seharusnya diputar dengan perlahan untuk
menentukan rentang gerak leher dan otot harus dipalpasi untuk mengetahui
apakah ada masa pada daerah tersebut.
f. Warna kulit
Warna kulit bayi baru lahir harus dikaji pada awal pemeriksaan. Warna kulit
dapat merah muda, kemerahan, atau pucat, menjadi tampak memerah jika
menangis. Warna kulit cenderung kurang berpigmen pada masa neonatus daripada
di kemudian hari masa kehidupannya sehingga warna kulit bayi dapat
diperhatikan bahkan pada bayi baru lahir berkulit gelap. Pada awalnya, tangan
dan kaki biasanya berwarna biru ( akrosianosis ) akibat sirkulasi vaskular perifer
lambat. Sianosis pada ekstremitas ini bersifat sementara dan sering kali
menghilang dalam beberapa jam. Jika sianosis seluruh tubuh terjadi, keluasan dan
keadaan penampilannya harus diperhatikan. Bayi baru lahir yang mengalami
sianosis pada saat istirahat dan berwarna kemerahan hanya pada saat menangis
mungkin mengalami atresia koanal. Masalah jantung atau paru dapat di duga jika
menangis meningkatkan sianosis. Bayi baru lahir yang terus memerah atau
pletorik bahkan pada saat dalam keadaan tenang harus dilakukan pemeriksaan
hematocrit untuk menyingkirkan polisitemia. Bayi baru lahir yang sangat pucat
harus diperiksa apakah menderita anemia atau hipotensi.
Pengkajian yang serinng pada bayi baru lahir untuk mengetahui apakah ada
icterus merupakan tanggung jawab keperawatan yang penting yang akan
membantu mendeteksi hiperbilirubinemia yang signifikan sedini mungkin. Warna
merah darah atau pigmen pada kulit bayi baru lahir yang lebih gelap kadang kala
menyamarkan warna kuning akibat icterus. Perawat harus memucatkan kulit
dengan menekankan jari pada daerah yang bertulang, seperti dada atau dahi.
Teknik ini sering kali memungkinkan untuk melihat warna kuning sebelum warna
kulit normal bayi baru lahir tersebut kembali. Sclera dan mukosa bukal juga
merupakan tempat yang tepat untuk melihat warna kuning akibat ikterus.
g. Kulit
Kulit bayi baru lahir cukup bulan yang normal adalah lembut, seperti beludru, dan
berkerut. Pada saat lahir, kulit bayi baru lahir di selimuti oleh verniks kaseosa,
suatu material seperti keju berwarna putih yang tersusun atas sebum dan sel-sel
deskuamosa, dengan ketebalan yang berbeda. Vekniks tersebut melindungi kulit
selama di dalam uterus dan pada saat cukup bulan, verniks ini ditemukan terutama
di daerah lipatan- lipatan kulit. Setelah verniks di hilangkan atau dibersihkan,
kulit seringkali kering dan mengelupas. Rambut halus dan lembut di sebut lanugo
dapat ditemukan di wajah, alis, dan pundak, terutama pada bayi baru lahir
preterm.
Kemerahan, pemucatan, dan “tanda lahir” lainnya tampak di kulit pada masa bayi
baru lahir. Orang tua tampak di kulit pada masa bayi baru lahir. Orang tua dapat
keliru mengira milia dengan komedo dan mungkin perlu diperingatkan untuk
tidak memencetnya. Banyak tanda lahir dianggap variasi normal dan sebagai
besar menghilang seiring dengan waktu, namun beberapa kondisi dapat
menandakan adanya sindroma genetika dan bergantung pada letaknya, beberapa
keadaan tersebut dapat merubah penampilan.
h. Dada
Dada bayi baru lahir berbentuk bundar dengan diameter transversal hampir sama
dengan diameter anteroposterior. Lingkar dada, yang diukur tepat di atas garis
puting, sedikit lebih kecil dibandingkan lingkar kepala. Toraks relatif lebih
pendek dibandingkan abdomen. Dinding dada tipis dengan sedikit otot, dan
rongga dada sangat lunak dan lentur. Ujung prosesus xifoideus seringkali Nampak
jelas menonjol. Pembengkakan payudara umum terjadi pasa masa neonatal baik
pada bayi perempuan ataupun pada bayi laki-laki. Estrogen, yang mempersiapkan
payudara ibu untuk laktasi selama kehamilan, ditransfer melalui plasenta dari ibu
ke janin. Ketika estrogen tidak ditransfer lagi setelah bayi dilahirkan, payudara
bayi baru lahir mengalami pembengkakan. Pembengkakan payudara pada bayi
baru lahir berkurang tanpa terapi tetapi dapat menetap selama 2 sampai 3 minggu.
Kadangkala
i. Pernapasan
Frekuensi pernapasan pada bayi baru lahir yang lahir normal berkisar dari 40
sampai 60 kali permenit tetapi frekuensi ini mudah di rubah oleh stimulus internal
dan eksternal. Pernapasan normalnya tenang dan dangkal dan dada dan abdomen
bergerak bersamaan. Retraksi, ngorok ekspiratorik ringan dan napas cuping
hidung dapat di anggap normal selama beberapa menit pertama setelah lahir.
Namun, jika kondisi pernapasan tersebut berlangsung terus dapat menandakan
adanya sumbatan atau abnormalitas.
j. Jantunng
Frekuensi jantung di tentukan dengan menghitung nadi apikal. Frekuensi
normalnya berkisar antara 120 – 160 kali/menit dan sama dengan kecepatan
pernapsan, berubah sesuai dengan aktivitas bayi baru lahir. Frekuensi bertambah
cepat pada saat menangis, peningkat aktivitas, atau pernapasan cepat dan lebih
lambat jika bayi dala keadaan tenang, terutama pada perode tidak bernapas
singkat.
Bunyi jantung pertama dan kedua harus jelas dan dapat diidentifikasi dengan
baik.murmur dapat terjadi pada periode bayi baru lahir. Murmur dapat terdengar
lebih mudah dengan menggunakan bel stetoskop yang di taruh dengan lembut
pada dada. Selama auskultasi jantung, murmur paling mungkin terdengar pada
bats sternum kiri bawah dan apeks. Jika ada murmur dapat kurang signifikan pada
periode bayi baru lahir di bandingkan periode.
k. Abdomen
Bentuk abdomen bundar dan agak menonjol karena organ abdomen bayi baru
lahir yang relatif besar dan lemahnya struktur otot. Vena superfisial seringkali
terlihat jelas. Pengamatan dapat menjadi bagian dari pemeriksaan abdomen yang
bermanfaat, karena struktur organ bagian depan kadangkala dapat dilihat dengan
jelas. Abdomen yang bentuknya asimetris, skapoid (cekung), atau sangat
cembung menunjukan adanya abnormalitas dan harus diperiksa dengan saksama.
l. Genitalia
Genital bayi perempuan harus diinspeksi apakah semua lengkap dan ukuran lebia
mayora, labia minora, kliktoris dan lubang vagina. Pembesaran labia atau rabas
vagina mungkin ada akibat adanya stimulasi dalam uterus oleh hormone ibu.
Rabas tersebut dapat terwarnai darah, tetapi hal ini tidak berbahaya.
Pembengkakan dan rabas menghilang secara spontan. Pada bayi baru lahir laki-
laki, skrotum biasanya tampak relative besar dan dapat memiliki warna yang lebih
gelap pada saat lahir akibat hormone maternal. Pada bayi baru lahir cukup bulan,
kedua testis pada umumnya dapat dipalpasi dalam skrotum atau lebih mudah
turun ke kantung skrotum.

Anda mungkin juga menyukai