Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infus

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah
tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas
apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga
kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan tidak
terjadi (Priharjo, 2008).

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan (Aziz,2008)

2.2 Tujuan pemasangan Infus

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral

2. Memperbaiki keseimbangan asam basa

3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah

4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh

5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)

6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

2.3 Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena

Keuntungan dan kerugian terapi intravena adalah :

1. Keuntungan

a) Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung
cepat.

b) Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan.
c) Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi.

d) Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat
dihindari.

e) Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

2. Kerugian

a) Tidak bisa dilakukan “Drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas
dan sensitivitas tinggi.

b) Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “Speeed Shock”

c) Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:

I. Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi


dalam periode tertentu.

II. Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia.

III. Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat


tambahan.

2.4 prosedur kerja

Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan
pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta
klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.

Prosedur kerja :

1. Observasi kepatenan selang dan jarum IV

a) Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik
tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang
diprogramkan.

b) Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV sampai lebih rendah dari
tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.

c) Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang biasa di
resepkan ialah pemberian larutan selama 24jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L. Kadangkala
program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap terbuka (KVO). Catatan
juga memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk menginfuskan setiap liter cairan.
d) Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus,
misalnya :

a. Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml

b. Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :

· Abbott Lab : 15 tts/ml

· Travenol Lab : 10 tts/ml

· McGaw Lab : 15 tts/ml

· Baxter : 10 tts/ml

e) Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah menghitug
jumah ml/ jam jika dibutuhkan.

Volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam

a. ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt

b. ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt

f) Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut di
sisi tempat tidur.

g) Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam.

Contohnya :

1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk 24


jam, maka :

4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam

h) Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garis penunjuk
volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran perjam.

Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, masing-masing ukuran
tersebut akan ditandai dengan plester.

i) Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes
didalam set infus.

j) Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan di dalam bilik tetesan selama 1
menit dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan
atau menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.

k) Ikuti prosedur ini untuk ;


1. Pompa infus :

a. Tempatkan monitor elektronik pada bilik tetesan di bawah asal tetesan dan di atas tinggi cairan
di dalam bilik.

b. Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan aliran (mis. Di
bagian atas, bagian selang terdekat, dengan klien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume/jam, pintu
untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan tombol start untuk memulai.

c. Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan. Tetesan pada selang infus berada pada posisi terbuka
saat pompa infus digunkan.

d. Pantau kecepatan infus sekurang-kurangnya setiap jam.

e. Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.

2. Peralatan pengontrol volume

a. Tempatkan peralatan pengontrol volume diantara kantung IV dan isertion spike dan set infus

b. Masukan cairan yang akan diberikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.

c. Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam peralatan.
Atur kecepatan aliran.

l) Observasi klien setiap jam untuk menentukan respons terhadap terapi IV dan upaya
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk melihat
adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis.

m) Catat kecepatan infus, tts/mnt, dan ml/jam dicatatan klien sesuai dengan kebijakan lembaga.

2.5 Cara Menghitung Tetesan Infus :

Keterangan :

1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

a. Dewasa; (makro dengan 20 tetes/ml)

Tetesan/menit:

Jumlah cairan yang masuk

Lamanya Infus(jam) X 3
ATAU
Tetesan/menit:

∑ keb. Cairan X Faktor tetesan

Lama Infus(Jam) X 60 menit

Keterangan:

Faktor tetesan Infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15
tetes/menit, dan 20 tetes/menit).

Contoh:

Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000ml(2 botol) dalam 1 jam, maka tetesan per
menit adalah?

1000ml

Tetesan/menit = ----------------------- = 333/menit

1X3

ATAU

1000ml X 20

Tetesan/menit = ---------------------------- = 333/ menit

1 X 60 menit

b. Anak
Jumlah cairan yang masuk

Tetesan/menit(mikro) = --------------------------------------

Lamanya infus (jam)

Contoh:

Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250µl dalam 2 jam, maka tetesan per
menit adalah?

250

Jumlah tetesan (mikro) = ----------------- = 125 tetes/menit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pe mberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan
ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai
pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.
3.2 Saran

Penulis dapat memperbaiki makalah cara menghitung tetesan cairan infus dengan
mempertimbangkan berbagai sumber

Dosis

Ilmu Farmasi : Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat
dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi,
dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim

Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa
digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya
diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat.

2. Dosis terapi

Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum

Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis
(khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.

4. Dosis maksimum

Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak
menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik

Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan
keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)
6. Dosis Letalis

Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan
kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :

 Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan

 Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan

Faktor – faktor yg mempengaruhi dosis obat

• Faktor obat

1. Sifat fisika : daya larut obat dalam air auat lemak.

2. Sifat kimiawi : asam, basa, garam.

3. Toksisitas.

• cara pemberian obat

1. Oral

2. Parental

3. Rektal

4. Vaginal

5. Uretral

6. Dan lain lain

Faktor – faktor yang mempengaruhi dosis obat antara sebagai berikut :

Umur

Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis obat. Dosis obat memiliki
kekhususan dalam perawatan neonatal (kelahiran baru), pasien pedriatik dan geriatik.

Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari dosis orang dewasa. Tergantung
pada umur pasien dan secara relative terhadap pasien yang lebih muda.

Berat Badan

Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70 kg (150 pound). Rasio
antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat
kerjanya. Untuk itu dosis obat memerlukan penyesuaian dari dosis biasa untuk orang dewasa ke
dosis yang tidak lazim, pasien kurus atau gemuk, penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih
muda, berdasarkan berat badan lebih tepat diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada umur
sepenuhnya.

Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam milligram (obat) perkilogram (berat
badan).

Luas Permukaan Tubuh

Suatu formula untuk menentukan dosis anak berdasarkan pada luas permukaan tubuh yang relatif
dari dosis orang dewasa sebagai berikut :

Luas Permukaan tubuh anak

Luas Permukaan tubuh dewasa

Luas permukaan perseorangan bisa ditentukan dari suatu monogram yang membuat skala tinggi,
lebar, dan luas permukaan.

Jenis Kelamin

Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-laki, dan dalam beberapa hal
perbedaan ini dianggap cukup memerlukan pengurangan dosis.

Status Patologi

Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondidi patologi pasien dan harus
dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya yang tepat. Obat-
obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada suatu situasi terapentik tertentu hanya boleh
dipakai apabila kemungkinan manfaatnya melebihi kemungkinan resikonya terhadap pasien, dan bila
sudah tidak ada lainnya yang cocok dan kemungkinan keracunannya lebih rendah.

Toleransi

Kemampuan untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya apabila dibutuhkan untuk
pemakaian bahan yang terus menerus disebut toleransi obat. Efek toleransi obat ialah obat yang
dosisnya harus ditambah untuk menjaga respon terapeutik tertentu. Untuk kebanyakan obat-obatan
pengembang toleransi dapat diperkecil dengan cara memprakasai terapi dengan dosis efektifnya
yang terendah dengan cara mencegah perpanjangan pemakaian

Terapi dengan obat yang diberikan secara bersamaan.

Efek-efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat lainnya secara bersamaan atau
sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara obat-obatan dihubungkan atau dirujuk pada interaksi
obat-obatan dan merupakan akibat interaksi obat-obatan secara fisik, kimiawi, atau karena terjadinya
perubahan pada pola absorpsi, distribusi, metabolisme atau eksresi salah satu obat tersebut. Efek
dari interaksi obat dapat bermanfaat dan mengganggu terapi.

Waktu Pemakaian

Waktu ketika obat itu dipakai mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada terapi oral dalam
hubungannya dengan makanan. Jadwal waktu yang tepat dari dosis obat merupakan suatu faktor
penyakit dan kadar obat dalam tubuh yang diharapkan, sifat fisika kimia obat itu sendiri, rancangan
bentuk sediaan dan derajat serta kecepatan absorpsi obat.

Anda mungkin juga menyukai