Anda di halaman 1dari 2

Harga Beras Terus Naik, Ini Alasannya.

Harga beras mencapai titik tertinggi pada awal tahun 2018, namun pemerintah
mengatakan stok beras di Bulog cukup sampai musim panen di akhir Januari atau
awal Februari mendatang.
Di Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras jenis medium pada akhir pekan lalu
mencapai antara Rp10.500 sampai Rp11.500.
Angka ini jauh melebihi harga beras pada awal 2017 sekitar Rp 9.500.

Salah seorang pedagang beras, Uwi, mengatakan kenaikan harga beras secara
perlahan sudah terjadi sejak akhir November 2017 lalu dari harga Rp9.500.
"Setiap minggu naik sekitar Rp300, kemudian naik lagi Rp500 dan seterusnya
sampai mencapai harga yang sekarang. Itu tertinggi sejak saya berdagang di sini
pada 1991 lalu," jelas Uwi.

Uwi menyebutkan kenaikan harga beras ini terjadi karena pasokan dari daerah
penghasil padi di Pulau Jawa menurun, antara lain Karawang, Subang dan
Indramayu di Jawa Barat.
Kenaikan harga beras juga menyebabkan Sabani, pemilik warung makan di daerah
Jakarta Timur kesulitan dalam menentukan harga jual barang dagangannya.
"Saya jual mentah berasnya dan untuk warung. Ya mau nggak mau harus
menaikkan harga dan pembeli ya protes juga karena yang naik tak hanya beras tapi
telur dan cabai," ungkap Sabani yang ditemui ketika membeli beras di Pasar Induk
Beras Cipinang.
Guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa,
menyebutkan kenaikan harga beras mengikuti peningkatan harga gabah di sejumlah
daerah.

"Kami ikut memantau dari jaringan di 84 kabupaten/kota, kisaran harga gabah kering
panen mencapai Rp5.200-Rp6.000."
"Kalau dikonversi ke kering giling mencapai Rp7.000. Itu naik sekitar 25%, yang
kemudian menyebabkan harga beras jenis medium ada yang mencapai Rp 11.000
di Pasar Induk Cipinang. Di pasaran pasti lebih tinggi lagi, itu rekor nasional baru,"
jelas Dwi yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia.
Dwi memperkirakan gejolak harga beras akan terjadi sampai awal Maret, dan
meminta agar pemerintah segera mengantisipasinya.
Ini jadi warning bersama perlu tindakan yang intensif itu untuk meredam, kalau tidak
dilakukan dikhawatirkan akan terjadi panic buying sehingga menyebabkan harga
lebih tinggu, dan kondisi ini diperkirakan akan terjadi sampai Februari atau Maret,"
jelas Dwi.

Dia menyebutkan musim panen dimulai pada akhir Januari atau Februari dan
membutuhkan proses sebelum beras mencapai pasar kemudian ke konsumen.
"Jadi yang perlu dilakukan adalah menambah stok atau menambah paling tidak
untuk sekitar Februari, ya sumbernya hanya dua dari dalam negeri atau impor," jelas
Dwi.
Dia memperkirakan kurangnya pasokan beras ke pasar akibat menurunnya produksi
di tahun lalu. Adapun penurunan produksi disebabkan berbagai gangguan hama
antara lain wereng batang coklat.
Namun, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gatot Irianto,
memastikan produksi beras tidak berkurang dan stok di bulog masih sebesar 1 juta
ton cukup sampai panen raya pada Februari mendatang, sehingga pemerintah tidak
akan melakukan impor.

"Beras yang ada di beras bulog itu cukup untuk lebih dari tiga bulan. Artinya
sebentar lagi kan panen raya sehingga tak ada argumen sedikitpun kita harga beras
naik,"
Gatot menyebutkan kenaikan harga beras bervariasi di sejumlah daerah dan tidak
terlalu melonjak. Dia menyatakan kenaikan harga beras juga diakibatkan publikasi
yang salah sehingga menyebabkan dapat kepanikan konsumen.

"Sesungguhnya publikasilah yang menyebabkan adanya over hitting terhadap harga


pangan khususnya beras, itu yang menyebabkan orang berburu berbondong-
bondong," jelas Gatot.
Meski begitu Kementan akan meminta bantuan satgas pangan Polri untuk
menyelidiki kemungkinan adanya spekulan yang menimbun beras.
Sebelumnya, kementerian perdagangan telah melakukan operasi pasar untuk
mengendalikan harga sejak Oktober 2017 lalu, namun harga beras tetap naik.

Sumber : TRIBUNNEWS.COM

Tanggal : Senin, 8 Januari 2018 16:42 WIB

Anda mungkin juga menyukai