Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

ULKUS MOLE

Oleh :

Gilang Pandu Akbar 201510330311061

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui


hubungan seksual, ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman
ditemukan Ducrey pada tahun 1889. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi rendah, laporan-laporan hanya
datang dari beberapa negara yang sudah berkembang, karena kesukaran
menemukan penyebabnya. Karena kurangnya fasilitas diagnostik, sering
terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis stadium pertama. CHAPEL
dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi pada sepertiga jumlah kasus
yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai ulkus mole.1

Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara berkembang terutama


dengan higiene dan sosio-ekonomi rendah. Transmisi penyakit ini selain
melalui hubungan seksual dapat pula melalui autoinokulasi.2

Haemophilus ducreyi dapat menyebabkan ulkus genitak yang lunak dan


nyeri atau soft chancre (ulkus mole), kadang-kadang disertai oleh
limfadenopati inguinal yang nyeri. Meskipun umum dijumpai di sebagian
negara yang sedang berkembang, penyakit ini sudah jarang di Amerika
Serikat. Pemakaian obat terlarang dan menjual seks demi narkoba merupakan
faktor resiko yang penting. Penting diingat, infeksi ini merupakan kofakator
untu infeksi HIV dan sifilis.3

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan dan pembahasan referat adalah sebagai bahan


pembelajaran agar dapat mengenal penyakit ulkus mole, memahami cara
menegakan diagnosis ulkus mole melalui anamnesis, rangkaian pemeriksaan,
dan pemeriksaan penunjang, serta memahami dan dapat menerapkan
penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan klinis pasien.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Ulkus Mole beserta
patofisiologi dan penangananannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ulkus mole (chanroid) adalah penyakit alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Steptobacillus durey (Haemophilus ducreyi) dengan gejala
klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan
sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional.1

Infeksi Haemophylus ducreyi (H. Ducreyi) ini, suatu fakultatif anaerobik


basil gram-negatif yang memerlukan hemin (faktor x) untuk
pertumbuhannya. Ulkus mole dominan mengenai laki-laki heteroseksual dan
banyak kasus berasal dari prostitusi yang sering carrier tanpa keluhan.2

Gambar 1. Chancroid. Beberapa ulkus kecil-kecil, nyeri.

Dasar purulen berbeda dengan chancre pada siflis.2


Gambar 2. Kombinasi nyeri ulkus genital danadenopati inguinal supuratif yang lunak.3

2.2 Sinomim

Soft chancre, chanroid, soft core.1

2.3 Epidemiologi

Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,
terutama di kota dan pelabuhan. Perbaikan tingkat ekonimi mempengaruhi
berkurangannya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju.
Selain penularan melalui hubungan seksual, secara kebetulan juga dapat
mengenai hari dokter atau perawat.1

Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran


membuat diagnosis. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit
berwarna. Beberapa faktor menunjukan bahwa terdapat pembawa kuman
(carrier) basil ducreyi, tanpa gejala klinis, biasanya wanita tuna susila.1

Penyakit chancroid lebih banyak didiagnosis pada laki-laki dengan rasio


laki-laki : perempuan antara 3 : 1 sampai 25 : 1 atau lebih tinggi. Prevalensi
chancroid tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah, terutama pada
pekerja seks. Diantara pekerja seks, prevalensi ulkus genital antara 5-35%
dan H. Ducreyi dapat dikultur dari kira-kira 50% dari ulkus tersebut. Baru-
baru ini beberapa penelitian di Afrika dan Thailand memperlihatkan bahwa
chancroid merupakan faktor resiko penting penyebaran HIV pada
heteroseksual.

2.4 Etiologi

Basil H.durreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan ujung


membulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, gram-negatif, anaerob
fakultatif yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhan,
mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA berisi guanosine plus-
cytosine fraksi 0,38 mole.1,4

Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk rantai, terutama dapat


di lihat pada biakan sehingga disebut juga Streptobacillu. Basil ini pada lesi
terbuka di daerah genital sukar ditemukan karena tertutup oleh infeksi
sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan berupa nanah yang
diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal. Kuman ini sukar
dibiak.1

Gambar 3. Haemophilus ducrey.6

Dalam karangan-karangan terkhir mengenai penyebab penyakit ini timbul


keragu-raguan, apakah ulkus mole merupakan penyakit yang disebabkan oleh
satu organisme (H.ducreyi), atau satu penyakit campuran yang disebabkan
lebih dari pada satu organisme. CHAPEL dkk. (1978) menyatakan bahwa
organisme selain H.ducreyi dapat menimbulkan ulkus yang tidak dapat
dibedakan dengan ulkus mole, dan beberapa ulkus mengandung flora
polimikrobial. Karena kesukaran menemukan penyebab dan ditemukan
organisme yang multipel yang dapat diisolasi dari ulkus penis, timbul
kesukaran mencari hubungan antara gambaran klinis dan penemuan
laboratorik.1

H. ducreyi adalah basil pemilih. Untuk mendapatkan nilai yang optimal


dari kultur positif, Nszane et al.10 merekomendasikan penggunaan kedua
media secara bersamaan: agar gonokokal dilengkapi dengan hemoglobin sapi
dan agar Mueller-Hinton dilengkapi dengan darah cokelat kuda, masing-
masing dengan 5% serum janin anak sapi. Pertumbuhan terbaik pada 30 ° C
hingga 33 ° C (86 ° F ke 91,4 ° F) dalam suasana jenuh air.4

2.5 Patofisiologi

Patogenesis penyakit ini belum diseliki secara mendalam Sehingga sangat


sedikit yang diketahui tentang patogenesis infeksi H. Ducreyi. Trauma atau
luka lecet perlu dipikirkan untuk penetrasi basil ke dalam epidermis dan
untuk induksi lesi chancroid percobaan pada lengan kulit harus diskarifikasi.

Jumlah inokulim untuk menimbukan infeksi tidak diketahui. Pada lesi,


organisme terdapat dalam makrofag dan neutrofil atau bebas berkelompok
(mengumpul) dalam jaringan interstisial.1

Pada percobaan kelinci, seperti pada manusi, beberapa galur H.ducreyi


diketahui virulen, sedangkan yang lain kelihatannya avirulen. Beberapa
penyelidik mengatakan bahwa virulensi dapat hilang dengan kultivasi serial
sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk menimbulkan lesi di kulit.
Organisme yang avirulensi dilaporkan lebih rentan terhadap antimikroba
terutama polimiksin. Limfadenitis yang terjadi pada infeksi H.ducreyi diikuti
dengan dengan respon inflamasi sehingga terjadi supurasi. Kemungkinan
terdapat sifat-sifat H.ducreyi yang tidak diketahui dan unik yang
menimbulkan bubo supuratif. Respon imun yang berhubungan dengan
patogenesis dan kerentanan penyakit tidak diketahui. Penyelidikan sebelum
menemukan respon hipersensifitas lambat dan respon antibodi pada para
penderita dengan chancroid dan pada binatang percobaan. Antibodi
ditemukan dengan cara fiksasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan tes
fluoresens antibodi indirek. Reaktivasi silang antara antisera yang dihasilkan
terhadaot antigen H.ducreyi murni dan ekstral antigen dari spesies
Haemophilus lain telah ditemukan.1

2.6 Gejala klinis

Masa inkubasi berkisar 1-14 hari pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi
kebanyakan multipel, jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada
daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudia
menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi cepat pecah menjadi ulkus.

Ulkus : kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk


cawan, pinggir tidak rata. Sering bergaun dan dikelilingi halo yang erimatosa.
Ulkus sering tertutup dengan jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa haringan
granulasi yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat
predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium, sulkus
koronarius, frenulum penis, dan batang penis. Dapat juga timbul lesi di dalam
uretra, skrotum, perenium atau anus. Pada wanita ialah labia, klitoris,
fourchette, vestibuli, anus, dan serviks.

Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jaringan, bibir, payudara, umbilikus,


dan konjungtiva. Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat timbul
lesi yang multipel, dengan cara ini dapat timbul lesi di daerah pubis,
abdomen, dan paha.

Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau malese
ringan.
Jenis-jenis bentuk klinis1-4

1. Ulkus mole folikularis


Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai folikulitis
yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus. Lesi seperti ini
dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar genitalia dan
sangat superficial.

2. Dwarf chancroid
Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi
dasarnya tidak teratur dan tepi berdarah.

3. Transient chancroid (chancre mou valant)


Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetap 2-3 minggu kemudian
diikuti timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal. Gambaran
ini menyerupai limfogranuloma venereum.

4. Papular chancoroid (ulkus mole elevatum)


Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambarannya menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium II.

5. Giant chancroid
Mula-mula timbul ulkus kecil, tapi meluas dengan cepat dan menutupi
satu daerah. Sering mengikuti abses inguinal yang pecah dan dapat meluas
ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara autoinokulasi.

6. Phagedenic chancroid

Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik yang
luas. Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai infeksi
organisme Vincent.
7. Time serpiginosa

Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi pertama ke


daerah lipat paha atau paha, ulkus jarang menyembuh, dapat menetap
berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Gambar 4. Laki-laki dengan ulkus genital yang menyakitkan.6

Gambar 5 . Unilateral lymphadenitis dengan eritema diatasnya.6


2.7 Komplikasi

1. Mixed chancre
Kalau disertai sifilis stadium I. Mula-mula lesi khas ulkus mole, tetapi
setelah 15-20 hari menjadi manifes, terutama jika diobat dengan
sulfonamida.
2. Abses kelenjar inguiasi bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan
sinus yang kemudian menjadi ulkus. Ulkus kemudian membesar
membentuk giant chancroid.
3. Fimosis dan parafimosis
Kalau lesi mengetnai preputium
4. Fistula uretra
Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat destruktif. Dapar
mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan pada keadaan lanjut
dapar menjadi striktura uretra,
5. Infeksi campuran
Dapat diserta infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin parah dan
bersifat desktruktif. Di samping itu juga dapat disertai penyakit
limfogranuloma venereum atau granuloma inguinale
2.8 Diagnosis
Diagnosis dengan biakan sulit dilakukan karena media yang cocok tidak
tersedia secara luas.3

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penderita, keluhan dan


gejala klinis serta pemeriksaan laboratorium untuk ,menemukan agen
penyebabnya. Secara klinis ulkus mole nampak sebagai ulkus genital tunggal
atau multiple dengan atau tanpa adenitis inguinal supuratif yang nyeri. Ulkus
tersebut lunak, tidak terdapat vesikel, nyeri invasif dan purulen, pinggirnya
irregular dan bergaung. Diagnosis klinis sendiri tidak adekuat dan
pemeriksaan mikroskopis langsung saja tidak cukup untuk diagnosis suatu
ulkus mole. Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan suatu diagnosis ulkus mole.1,5
Selain ditemukan ulkus genital nyeri yang khas, pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap memberi hasil negatif, dan pemeriksaan virus herpes negatif.3

Diagnosis kemunginan dibuah ketika semua kriteria sebagai berikut:

 Ada satu atau lebih nyeri ulkus genital


 Tidak ada bukti dari infeksi T. Pallidum dengan pemeriksaan lapangan
gelap ulkus eksudat atau dengan tes serologi sifilis yang dilakukan
setidaknya 7 hari setelah terjadiya ulkus.
 Presentasi klinis, penampilan ulkus genital, dan jika ada, limfadenopati
yang khas untuk chancroid
 Hasil tes herpes simpleks virus sedian eksudat ukcer adalah negatuf.
Pasien diharuskan tes HIV dan tes 3 bulan yang selanjutnya untuk
sifilis dan HIV jika hasil awal negatif.2

Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkir penyakit kelamin yang lain.


Harus dipikirnkan juga kemungkinan infeksi campuram. Pemeriksaan
serologik untuk menyingkirkan sifilis juga juga harus dikerjakan.1

Pemeriksaan penunjang:1

1. Pemeriksaan sedian hapus


Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang bergaung, dibuat
hapusan pada gelas atas, kemudian dibuat pewarnaan Gram, Unna-
Pappenhein, Wright, atau Giemsa. Hanya pada 30-50% kasus
ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.

2. Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada
pembenihan/pelat agar khusus yang ditambahkan daerah kelinci
yang sudah didefibrinasi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa
pembenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri sudah
diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan. Inkubasi
membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung gonococcal
medium base. Ditambah dengan hemoglobin 1%, Iso-Witalex 1%
dan vankomisin 3mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang
timbul.

3. Teknik imunofluorensi untuk menemukan antibodi

4. Biopsi
Biopsi dilakukan untuk membantu menegakan diagnosis. Pada
gambaran histpatologik ditemukan
a. Daerah superficial pada dasar ulkus: neutrofil, fibrin, eritrosit, dan
jaringan nekrotik.
b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan
menimbulkan trombosis. Terjadi perubahan degeneratif pada dinding
pembuluh-pembuluh darah.
c. Daerah sebelah dalam: infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan
sel-sel limfoid.

5. Tes kulit ito-reenstierna


Sekarang tidak dipakai lagi karen tidak spesifik. Vaksin yang
dipakai (Dmelcos) terdiri atas 225 juta kuman mati/ml. Disuntikan
intradermal 0,1 ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai
kontrol disuntikan cairan pelarut intradermal pada sisi lain.
Tes nilai positif kalau timbul infiltrat berdoameter minimal 0,5 cm
setelah 48 jam sedangkan kontrol negatif. Tes ini menjadi positif 6-
11 setelah hari timbul ulkus mole, dan tetap positif sampai beberapa
tahun bahkan seumur hidup.

6. Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasikan pada kulit
sehat daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih
dahulu. Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole. Sekarang cara
ini tidak dipakar lagi.

2.9 Diagnosis Banding

1. Herpes Genitalis
Pada herpes genitalis kelainan kulit ialah vesikel yang berkelompok dan
jika memecah menjadi eroisi, jika bukan ulkus seperti ulkus mole. Tanda-
tanda radang akut lebih mencolok pada ulkus mole. Diagnosis dengan
biakan atau mikroskop electron negatif stain.
Pada ulkus mole, pada sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar
ulkus ditemukan sel raksasa berinti banyak.1

Gambar 6. Herpes genital pada laki-laki.6

Gambar 7 .Herpes genital pada perempuan.6

2. Sifilis stadium I
Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat
indurasi, dam tanda-tanda radang akut tidak terdapat. Jika terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional juga disertai tanda-tanda
radang akut kecuali tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan.1

Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop


lapangan gelap sebanyak tiga kali berturut-turut negatif. T.S.S. yang
diperiksaan tiap minggu sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai
tiga bulan, tetap negatif.1

Gambar 8. Ulkus Durum.6

3. Limfogranuloma venerium (L.G.V)


Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang. Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal, perlunakannnya tidak
serentak.

Gambar 9. Limfogranuloma venerium.4


Tites ter ikatan komplemen untuk L.G.V kurang dari 1/16 dan tes ulangan
tidak meninggi.

4. Granuloma inguinale
Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma. Pada sedian
jaringan tidak bahan Donovan.

Gambar 10. Granuloma inguinale.6

2.10 Pengobatan

Sistemik:

1. Sulfonamida
Misalnya sulfatiazol, sulfadiazin, atau sulfamidin, diberikan dengan
dosis pertama 2-4 gram dilanjutkan dengan 1 gramtiap 4 jam sampai
sembuh sempurna (kurang lebih 10-14 hari)
Tablet kotrimoksazol, ialah kombinasi sulfametoksazol 400 mg
dengan trimetropin 80mg, diberikan dengan dosis 2x2 tablet selamat
10 hari. Bila pengobatan berhasil, perlu dilakukan drainasi, dorsumsisi
pada praeputium. Pada bubo yang mengalami supurasi dilakukan
aspirasi melalui kulit yang sehat. MEHUS dkk. (1981) menyatakan
bahwa pemberian kotrimoksazol 2x4 tablet selama 2 hari, sangat
efektif untuk ulkus mole.
2. Streptomisi
Obat ini juga efektif tanpa menggangap diagnosis sifilis. Disuntikan
tiap hari 1 gram selama 7-14 hari, dapat juga dikombinasi perlu jalau
terdapat bubo, atau kalau lesi genitalia tidak sembuh hanya dengan
pemberian sulfonamida.
3. Penicilin
Sedikit efektif, terutama diberikan kalau terdapat organisme Vincent.
4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 10-20
hari., antibiotik golongan ini menutupi gejala-gejala sifilis stadium I.
Di beberapa negara H.ducreyi sudah resisten terhadap antibioktika
golongan ini. STAMPS (1974) mengobati 32 penderita ulkus mole
dengan doksisiklin 300 mg dosis tunggal dan hanya menemukan
kegagalan pada 1 orang.
5. Kanamisin
Disuntikan 1.m 2x 500mg selama 6-14 hari. Obat ini tidak mempunyai
efek terhadap T.pallidum
6. Kloramfenikol
Efektif terhadap H.ducreyi, tetapi karena mempunyai efek toksik tidak
digunakan lagi.
7. Eritromisin
Terapi yang di anjurkan adalah diberikan 4x500 mg sehari, selama
seminggu.1,3
8. Kuinolon
Ofoksasin : cukup dosis tunggal 400 mg.

Terapi yang dianjurkan selain eritromisin yaitu, seftriakson 250 mg


intramuskular dosis tungga, atau azitromisin 1 g per oral sebagai dosis
tunggal.3

Lokal:

Jangan diberika antiseptik karena akan menggangu pemeriksaan mikroskop


lapangan gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium I. Lesi dini
yang kecil dapat sembuh setelah diberikan NaCl fisiologik.

2.11 Hubungan Ulkus mole dengan HIV


Selama dekade terakhir, ulkus genital memperkembangkan transmisi
heteroseksual dan akuisisi HIV-1. Pengobatan yang efektif ulkus genital
dapat mengurangi timbulnya HIV-1, dan strategi ini telah menjadi landasan
program pencegahan HIV di banyak bagian dunia. Selanjutnya, itu
menunjukkan bahwa seiring infeksi HIV memiliki efek klinis yang
signifikan terhadap jalannya penyakit chancroid, dan kegagalan dosis
tunggal atau terapi jangka pendek untuk chancroid pada pria berhubungan
dengan HIV-1 seropositif. Sebuah variasi luas dalam gambaran klinis dari
chancroid telah diamati pada pasien yang terinfeksi HIV. Kontrol
epidemiologi dari chancroid mungkin menjadi strategi yang sangat penting
untuk mengganggu penyebaran heteroseksual HIV di beberapa bagian
dunia. Dengan demikian, pasien dengan chancroid juga harus diuji untuk
HIV-antibodi. pasien HIV-seropositif dengan chancroid budaya terbukti
harus dimonitor dan diobati dengan rejimen beberapa hari.4

2.12 Pencegahan

Tambahan epidemi HIV oleh H. ducreyi telah membuat kontrol


chancroid menjadi prioritas yang mendesak. Pasien harus disarankan untuk
menjauhkan diri dari aktivitas seksual sampai semua lesi klinis telah
dibersihkan. Kontak seksual pasien harus diperiksa dan diobati terlepas dari
apakah gejala penyakit yang hadir, karena kemungkinan pembawa H.
Ducreyi asimtomatik. Ulkus mole bertahan pada populasi di mana banyak
pria yang berhubungan seks dengan beberapa wanita. Akibatnya, program
untuk melacak dan memperlakukan kontak penting. Pemberantasan
chancroid dianggap tujuan kesehatan masyarakat.4

2.13 Prognosis

Penyakit ini self-limited dan tidak terjadipenyebaran sistemik. Kadang-


kadang, tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal telah dilaporkan
bertahan selama bertahun-tahun. Nyeri lokal merupakan keluhan yang
paling sering.
Jika tidak ada perbaikan klinis terbukti 1 minggu setelah dimulainya
terapi, diagnosis yang salah, koinfeksi dengan penyakit menular seksual,
infeksi HIV bersamaan, kepatuhan miskin, atau strain resisten dari H.
ducreyi harus dipertimbangkan. Infeksi tidak memberikan kekebalan dan
kemungkinan untuk reinfeksi. Untuk menghindari reinfeksi, pasien harus
diinstruksikan untuk menggunakan kondom dengan benar.4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducrey) dengan gejala
klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi,
dengan sering disertai pernahanan kelenjar getah bening regional. Nama lain
dari ulkus mole ini ialah soft chancre, chancroid, dan softsore.

Ulkus mole merupakan suatu penyakit ulkus akut yang biasanya muncul
didaerah genital atau anogenital, dan biasanya disertai dengan limfadenitis
yang tampak meluas (bubo). Haemophilus ducreyi, gram negatif fakultatif
anaerobik cocobasil, memerlukan darah untuk pertumbuhannya,
menyebabkan ulkus superfisial dari ulkus mole dan itu berhubungan dengan
limfadenitis regional.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Judanarso, J. Ulkus Mole. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah,


editor. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th Ed. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2011, hal. 418-21.
2. Habif, TP. Chancroid. In Clinical Dermatology. 6th Ed. New York :
Mosby, 2016, p. 406-9.
3. Leveno KJ. Williams manual of obstetrics. 21st Ed. Jakarta : EGC, 2003.
h.727.
4. Lautenschlager S, Richadrd R. Klauss Wolff, et al, In: Fitzspatrick's
Dermatology in General Medicine. 6th Ed. USA : McGraw-Hill, 2003,
p.2439-49.

5. James, WD et al. Chancroid. In Andrew’s Disease of The Skin : Clinical


Dermatology. 11th Ed. Saunders Elsevier : 2016, p. 265-6

Anda mungkin juga menyukai