Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart, 2005)
Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Yoeddhas,
2010)

2. Rentang Respon

3. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
dalam stuktural sosial.
b. Faktor Presipitasi

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi

3) Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian

4) Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke

sakit dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran

bentuk, penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan

dengan tumbang normal moral dan prosedur medis keperawatan.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

5. Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala:
Data Subyektif:
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif:
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

III. POHON MASALAH, MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA

YANG PERLU DIKAJI

a. Pohon Masalah
Risiko tinggi
perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

HARGA DIRI
RENDAH
KRONIS

Koping individu tidak efektif

Trauma tumbuh kembang


b. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji

1) Data yang Perlu Dikaji

a) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Subyektif:
 Mengeluh hidup tidak bermakna
 Tidak memiliki kelebihan apapun
 Merasa jelek
Obyektif:
 Kontak mata kurang
 Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
b) Isolasi Sosial : Menarik diri
Subyektif:
 Mengatakan malas berinteraksi
 Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
 Merasa orang lain tidak selevel
Obyektif:
 Menyendiri, Mengurung diri, Tidak mau bercakap-cakap dengan
orang lain
c) Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
Subyektif:
Mengatakan mendengar suara bisikan/melihat bayangan
Obyektif:
 Bicara sendiri
 Tertawa sendiri
 Marah tanpa sebab
d) Resiko tinggi perilaku kekerasan
Subyektif
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
Obyektif

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
e) Koping tidak efektif
Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak berguna, tidak sanggup mengatasi
masalahnya dan mulai putus asa.
Obyektif: Klien terlihat sering menyendiri, diam, menangis tanpa
sebab.

Masalah Data Yang Perlu Data yang perlu


Keperawatan Dikaji ditambahkan
Harga Diri Status Mental Subyektif:
Rendah  Penampilan a) Mengeluh hidup tidak
bermakna
b) Tidak memiliki kelebihan
apapun
c) Merasa jelek
Obyektif:
a) Kontak mata kurang
b) Tidak berinisiatif
berinteraksi dengan orang
lain

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi
3. Isolasi Sosial : menarik diri
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
V. Rencana Rindakan Keperawatan

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM:
konsep diri:
harga diri Klien memiliki
rendah. konsep diri yang
positif

TUK:

1. Klien dapat 1. Setelah 1 kali interaksi, 1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan
membina klien menunjukkan prinsip komunikasi terapeutik :
hubungan eskpresi wajah bersahabat,
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
saling menun-jukkan rasa senang,
non verbal.
percaya ada kontak mata, mau  Perkenalkan diri dengan sopan.
dengan berjabat tangan, mau  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
perawat. menyebutkan nama, mau yang disukai klien.
menjawab salam, klien  Jelaskan tujuan pertemuan.
mau duduk berdampingan  Jujur dan menepati janji.
dengan perawat, mau  Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya.
mengutarakan masalah
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
yang dihadapi. klien.
2. Klien dapat 2. Setelah 1 kali interaksi 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifik klien menyebutkan:
 Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
asi aspek
o Aspek positif dan lingkungan.
positif dan  Kemampuan yang dimiliki klien.
kemampuan yang
kemampuan dimiliki klien. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
yang dimiliki. o Aspek positif keluarga.  Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
o Aspek positif lingkung-  Kemampuan yang dimiliki klien.
an klien. 2.3.Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif.

3. Klien dapat 3. Setelah1 kali interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
me-nilai klien menyebutkan dilaksanakan.
kemampuan kemampuan yang dapat 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
yang dimiliki dilaksanakan.
un-tuk
dilaksanakan

4. Klien dapat 4. Setelah 1 kali interaksi 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
merencanaka klien membuat rencana dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:
n kegiatan kegiatan harian
 kegiatan mandiri.
sesuai dengan
 kegiatan dengan bantuan.
kemampuan 4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
yang dimiliki
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
klien lakukan.

5. Klien dapat 5. Setelah1 kali interaksi Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
melakukan klien melakukan kegiatan direncanakan.
kegiatan sesuai jadual yang dibuat. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
sesuai
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan
rencana yang setelah pulang.
dibuat.

6. Klien dapat 6. Setelah 1 kali interaksi 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
memanfaatka klien memanfaatkan sistem merawat klien dengan harga diri rendah.
n sistem pendukung yang ada di
pendu-kung keluarga. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
yang ada. di rawat.

6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.


STRATEGI PELAKSANAAN HDR /HARGA DIRI RENDAH

Masalah Utama : Harga Diri Rendah


Proses Keperawatan
A. Kondisi klien
1. Mengkritik diri sendiri.
2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
7. Berpakaian tidak rapih.
8. Selera makan kurang
9. tidak berani menatap lawan bicara.
10. Lebih banyak menunduk.
B. Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C. tindakan Keperawatan
1. tindakan keperawatan pada pasien :
tujuan :
1) Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi
terjadinya harga diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor
presipitasi, penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme
koping klien)
2) Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara
harga diri dan pemecahan masalah yang efektif.
3) Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang
dimilikinya.
2. tindakan keperawatan :
1) Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah
pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap
stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
2) tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan
pemecahan masalah yang efektif dengan cara :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.
b. Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi
diri yang positif yang terdahulu.
c. Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan
(kestabilan organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap
pekerjaan saat ini)
d. Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi
tujuan yang meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk
memenuhi tujuan).
3. Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri
dengan cara :
1) Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki oleh
klien
2) Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih
dimilikinya
3) Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan aspek positif yang dimilikinya

Strategi tindakan Pelaksanaan


SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian

ORIENTASI :
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK
UNDIP. Bagaimana keadaan bapak hari ini ? bapak terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit ?

KERJA :
” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.
“ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki “.
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada
3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat
tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !.
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau
bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan,
dan bapak bapak (tidak) melakukan.
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan
tempat tidur ? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah
bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga
di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok
jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth,


Edisi 2th, J.B Lippincott Company, Philadelphia

Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,


Surabaya

Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikitari (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus., S.Kp., M.Si. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai