Anda di halaman 1dari 24

REFERRAT

KANKER SERVIKS

Oleh :
Puteri Kemala Indah Fedina

Dokter Pembimbing:
Dr. Alexy Oktoman Djohansyah, Sp OG (K)-Onk

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RS BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JANUARI 2019

0
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
DEFINISI ................................................................................................................. 3
EPIDEMIOLOGI ................................................................................................... 3
KLASIFIKASI ........................................................................................................ 4
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI...................................................... 5
PATOFISIOLOGI .................................................................................................. 8
MANIFESTASI KLINIK ....................................................................................... 10
PENCEGAHAN ...................................................................................................... 11
PENATALAKSAAN ............................................................................................... 11
PROGNOSIS ........................................................................................................... 19
BAB III KESIMPULAN......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian
terbesar salah satu penyebab kematian terbesar bagi wanita, setidaknya setiap tahun
diseluruh dunia lebih dari 270.000 kematian terjadi akibat kanker leher rahim. Di
Indonesia sendiri, kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan
dan merupakan penyebab kematian utama ada perempuan dalam tiga dasawarsa
terakhir. Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperkirakan insidensi
penyakit ini adalah 100 per 100.000 penduduk per tahun.1

Kanker seviks merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol dan penyebaran sel abnormal yang terjadi di serviks. Kanker ini
menempati peringkat kedua pada wanita dan 85% kematian terjadi negara berkembang
ataupun yang pendapatannya rendah dan menengah. Penyakit kanker serviks di
Indonesia merupakan penyakit kanker dengan prevelansi tertinggi pada tahun 2013,
yaitu sebesar 0,8%. Kasus kanker serviks sering ditemukan pada wanita usia muda
hingga usia lebih dari 50 tahun dan jarang terjadi pada wanita dibawah usia 20 tahun.2

Kematian akibat kanker payudara dan kanker serviks di dunia pada tahun 2010
sebanyak 247.000 kasus pada tahun 2011 sebanyak 273.500 kasus. Menurut Yayasan
Peduli Kanker Serviks mencapai 15.000 kasus. Pada tahun 2030, jumlah penderita
kanker serviks di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat hingga sebesar tujuh
kali lipat. Sampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan
perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya
yang tinggi.3

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma
ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker.
Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Serviks adalah bagian dari
rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus uteri oleh uterine isthmus. Serviks
berasal dari bahasa latin yang berarti leher.4
Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Serviks letaknya menonjol
melalui dinding vagina anterior atas. Bagian yang memproyeksikan ke dalam
vagina disebut sebagai portio vaginalis. Bagian luar dari serviks menuju ostium
eksternal disebut ektoserviks. Lorong antara ostium eksterna ke rongga
endometrium disebut sebagai kanalis endoservikalis. Kanker serviks adalah
tumbuhnya sel – sel kanker yang ganas dalam jaringan leher rahim. Kanker serviks
merupakan jenis penyakit kanker yang menyerang wanita dimana jumlah
penderitanya cenderung meningkat beberapa tahun terakhir.4,5

2. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks termasuk penyebab utama kematian wanita di dunia. Kanker
serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada di urutan ke
10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia, kanker serviks
berada di posisi keempat dari 10 kanker terbanyak. Indonesia merupakan negara
dengan kanker serviks terbesar di dunia.6
Pada tahun 2012 diperkirakan 528.000 kasus baru kanker serviks. Sebagian
besar beban global terjadi di daerah kurang berkembang dan berkontribusi 12%
dari semua kanker pada wanita. Daerah yang berisiko tinggi, berdasarkan age
standardized rate (ASRs) lebih dari 30 per 100.000 populasi Afrika Timur (42,7),
Melanesia (33,3), Afrika Selatan (31,5), dan Afrika Tengah (30,6). Jumlah terendah

3
di Australia/Selandia Baru (5,5) dan di Asia Barat (4,4). Kanker serviks paling
umum terjadi pada wanita di Afrika Timur dan Tengah. 6
Data riset kesehatan dasar menunjukkan prevalensi kanker serviks (0,8%) dan
kanker payudara (0,5%) tertinggi di Indonesia pada tahun 2013. Sementara,
provinsi Yogyakarta mempunyai prevalensi kanker serviks tertinggi (1,5%).
Peningkatan kasus kanker serviks terjadi setiap tahun. Kanker serviks masuk 3
besar dari penyakit kanker di rumah sakit Sardjito. Kunjungan pasien di rawat jalan
mencapai 2.965 dan di rawat inap sebanyak 647 kasus.6

3. KLASIFIKASI
Stadium kanker serviks di tetapkan secara klinis. Stadium klinis menurut FIGO
membutuhkan pemeriksaan pelvik, jaringan serviks (biopsy konisasi untuk stadium
IA dan biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru – paru,
pielografi intravena (dapat pula digantikan dengan foto CT Scan). Untuk kasus –
kasus stadium lebih lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi, protoskopi, dan
barium enema: 7
Tingkat Kriteria
0 KIS (Karsinoma in Situ) atau karsinoma intra epitel, membrana basalis
masih utuh.
I Karsinoma serviks terbatas diuterus (ekstensi ke korpus terus dapat
diabaikan
IA Karsinoma invasive didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi
yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial,
dimasukkan ke dalam stadium IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau
kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan
penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang.

4
IB Lesi terlihat secara Klinik dan terbatas di serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm
atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih
dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dan uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul
atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa Invasi ke parametrium
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm
atau kurang.
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih
dari 4,0 cm.
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium.
III Tumor meluar sampai ke dinding panggul atau mencapai 1.3 bawah
vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal.
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul.
IIIB Tumor meluat sampai ke dinding panggul dan/atau menimbulkan
hidronefrosis atau afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau
meluar keluar panggung kecil.
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada perifoneal, keterlibatan
dari kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta,
paru, hato, atau tulang)

4. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human Papilloma
(HPV). HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa epitel. Infeksi HPV
merupakan penyakit menular seksual yang utama pada populasi. Lebih dari 70%

5
kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18. HPV dapat
menyebabkan manifestasi klinis baik lesi yang jinak maupun lesi kanker. Tumor
jinak yang disebabkan infeksi HPV yaitu veruka dan kondiloma akuminata
sedangkan tumor ganas anogenital adalah kanker serviks, vulva, vagina, anus dan
penis.7
Human papilloma virus (HPVs) adalah virus DNA famili papillomaviridae.
HPV virion tidak mempunyai envelope, berdiameter 55 nm, mempunyai kapsid
ikosahedral. Genom HPV berbentuk sirkuler dan panjangnya 8 kb, mempunyai 8
open reading frames (ORFs) dan dibagi menjadi gene early (E) dan late (L). Gen
E mengsintesis 6 protein E yaitu E1, E2, E4, E5, E6 dan E7, yang banyak terkait
dalam proses replikasi virus dan onkogen, sedangkan gen L mengsintesis 2 protein
L yaitu L1 dan L2 yang terkait dengan pembentukan kapsid. Virus ini juga bersifat
epiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir dengan
karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi. 8

E Protein Perananya
E1 Mengontrol pembentukan DNA virus dan mempertahankan efisomal
E2 E Mengontrol pembentukan / transkripsi / transformasi
E4 Mengikat sitokeratin
E5 Transformasi melalui reseptor permukaan (epidermal growt factor, platelet
derivat growth factor, p123)
E6 Immortalisasi / berikatan dengan p 53, trans activated / kontrol transkripsi
E7 Immortalitas / berikatan dengan Rb1,p107,p130
L Protein Peranannya
L1 Protein sruktur / mayor Viral Coat Protein
L2 Protein sruktur / minor Viral Coat Protein

a. HPV tipe low-risk (resiko rendah) 8

6
Tipe low-risk cendrung menyebabkan tumor jinak meskipun kadangkala dapat
menyebabkan kanker antara lain kanker anogenital yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44,
54, 61, 70, 72, dan 81
b. HPV tipe high-risk (resiko tinggi)8
Tipe high-risk (resiko tinggi) cenderung menyebabkan tumor ganas. Lebih dari
30 tipe HPV yang diklasifikasikan onkogenik atau resiko tinggi (high- risk)
sebab hubungannya dengan kanker serviks yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 34, 35, 39,
45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68 dan 82. HPV tipe 16 paling sering dijumpai dan
sekitar 50% kanker serviks invasif dijumpai HPV tipe 18, 45, 31, 33, 52 dan
58. Infeksi persisten HPV-16, HPV-18, HPV-31, HPV-45 sering menyebabkan
kanker serviks

b. Faktor predisposisi8
- Pola hubungan seksual
Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20
tahun, juga dapat dijadikan sebagai faktor resko terjadinya kanker serviks.
Frekuensi hubungan seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko
pada usia tersebut, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua.
- Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, maka semakin besar resiko terjangkit kanker
serviks. Penelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko
dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.
- Merokok
Beberapa penelitian menemukan hubungan yang kuat antara merokok
dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel
konfounding seperti pola hubungan seksual. Penemuan lain
memperkuatkan temuan nikotin pada cairan serviks wanita perokok bahkan
ini bersifat sebagai kokarsinogen dan bersama-sama dengan karsinogen
yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah kanker.

7
- Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi
bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen
ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks.
Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga
menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

5. PATOFISIOLOGI9
Petanda tumor atau kanker adalah pembelahan sel yang tidak dapat dikontrol
sehingga membentuk jaringan tumor. Mekanisme pembelahan sel yang terdiri dari
4 fase yaitu G1, S, G2 dan M harus dijaga dengan baik. Selama fase S, terjadi
replikasi DNA dan pada fase M terjadi pembelahan sel atau mitosis. Sedangkan
fase G (Gap) berada sebelum fase S (Sintesis) dan fase M (Mitosis). Dalam siklus
sel p53 dan pRb berperan penting, dimana p53 memiliki kemampuan untuk
mengadakan apoptosis dan pRb memiliki kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri.
Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam sel melalui mikro abrasi
jaringan permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus masuk ke dalam sel basal.
Sel basal terutama sel stem terus membelah, bermigrasi mengisi sel bagian atas,
berdiferensiasi dan mensintesis keratin. Pada HPV yang menyebabkan keganasan,
protein yang berperan banyak adalah E6 dan E7. mekanisme utama protein E6 dan E7 dari
HPV dalam proses perkembangan kanker serviks adalah melalui interaksi dengan protein
p53 dan retinoblastoma (Rb). Protein E6 mengikat p53 yang merupakan suatu gen supresor
tumor sehingga sel kehilangan kemampuan untuk mengadakan apoptosis.
Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb yang juga merupakan suatu gen supresor tumor
sehingga sel kehilangan sistem kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri. Protein E6
dan E7 pada HPV jenis yang resiko tinggi mempunyai daya ikat yang lebih besar terhadap
p53 dan protein Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang tergolong resiko rendah. Protein
virus pada infeksi HPV mengambil alih perkembangan siklus sel dan mengikuti
deferensiasi sel.

8
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung
dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang menjadi mikro
invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm dan
sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor
sudah terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak
dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin
sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma.
Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult).
Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa
regional dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus
uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat
menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke
parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum,
kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya
secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia
di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.

Gambar 3. Patofisiologi Kanker Serviks

9
6. MANIFESTASI KLINIK7
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini. Biasanya
sering ditandai sebagai fluor dengan sedikit darah, perdarahan post koitus atau
perdarahan pervaginam yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium
lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas untuk kanker serviks, baik berupa
perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan
rasa sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
ke perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian bawah
bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari daerah
pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu masih
mungkin terjadi nyeri pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi,
edema pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker
serviks itu sendiri.

10
7. PENCEGAHAN
Penyakit kanker serviks menduduki peringkat pertama kematian pada wanita
akibat penyakit keganasan.Perjalanan penyakit kanker yang sangat lambat, pada
stadium awal prakanker sebenarnya dapat diketahui dengan melakukan deteksi dini
papsmear. Human pappiloma Virus (HPV) telah diketahui sebagai penyebab
terjadinya kanker serviks, yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, infeksi
beberapa jenis virus, dan personal hygiene. 3
Upaya pencegahan primer terhadap terjadinya kanker dapat dilakukan dengan
memberikan promosi kesehatan tentang kanker serviks dan deteksi dini yang
berupa pap smear. Upaya promotif utama adalah meningkatkan pengetahuan atau
pemahaman masyarakat dengan cara memberikan pendidikan seks mulai remaja
dalam rangka mengurangi faktor risiko sehingga dapat mencegah kemungkinan
infeksi virus HPV, menunda hubungan seks remaja atau pendidikan seks yang
bersih, mengembangkan vaksin HPV dan mengobati infeksi vaginal sehingga pH
tetap dapat dipertahankan. 3
Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap
virus HPV sebelum memasuki sel-sel serviks. Vaksinasi HPV ini efektif diberikan
pada perempuan usia produktif. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks,
vaksin ini juga bekerja ganda yaitu melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe
6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. 3
Menurut American Cancer Society, vaksinasi HPV dapat diberikan mulai dari
umur 11 – 12 tahun. Jika tidak mempunyai riwayat vaksinasi HPV sebelumnya,
maka vaksinasi HPV dapat diberikan hingga umur 26 tahun. Vaksinasi HPV yang
diberikan saat umur tua dapat berkurangnya efektivitas dari vaksin HPV.
Kanker serviks terdapat dua jenis yaitu vaksin kanker propilaktik yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kanker dan terapetik yang digunakan untuk
mengobati penyakit kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker.
Vaksin kanker yang telah disetujui penggunaannya oleh FDA Amerika Serikat
adalah vaksin propilaktik untuk mencegah timbulnya penyakit kanker serviks yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). 3

11
8. PENATALAKSAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan diagnosis telah dipastikan secara
histologik. Tindakan pengobatan atau terapi sangat bergantung pada stadium kanker
serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa tindakan dalam tata laksana kanker serviks
antara lain:

Terapi Lesi Prakanker Serviks10


Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yang pada umumnya tergolong NIS
(Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja, medikamentosa,
terapi destruksi dan terapi eksisi. Tindakan observasi dilakukan pada tes Pap dengan
hasil HPV, atipia, NIS 1 yang termasuk dalam lesi intraepitelial skuamosa derajad
rendah (LISDR). Terapi nis dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan LISDT
(Lesi intraeoitelial serviks derajat tinggi). Demikian juga terapi eksisi dapat ditujukan
untuk LISDR dan LISDT. Perbedaan antara terapi destruksi dan terapi eksisi adalah
pada terapi destruksi tidak mengangkat lesi tetapi pada terapi eksisi ada spesimen lesi
yang diangkat.

Tabel 8. Klasifikasi lesi prakanker serviks dan penanganannya

Terapi NIS dengan destruksi lokal

12
Tujuannya metode ini untuk memusnahkan daerah-daerah terpilih yang
mengandung epitel abnormal yang kelak akan digantikan dengan epitel skuamosa yang
baru.
Krioterapi adalah suatu cara penyembuhan penyakit dengan cara mendinginkan
bagian yang sakit sampai dengan suhu 00 C. Pada suhu sekurang-kurangnya 250C sel-
sel jaringan termasuk NIS akan mengalami nekrosis. Sebagai akibat dari pembekuan
sel-sel tersebut, terjadi perubahan tingkat seluller dan vaskular, yaitu: 1. sel-sel
mengalami dehidrasi dan mengkerut; 2. konsentrasi elektrolit dalam sel terganggu; 3.
Syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; dan 4. Status umum sistem
mikrovaskular. Pada saat ini hampir semua alat menggunakan N20.
Elektrokauter memungkinkan untuk pemusnahan jaringan dengan kedalaman
2-3mm. Lesi NIS 1 yang kecil di lokasi yang keseluruhannya terlihat pada umumnya
dapat disembuhkan dengan efektif.
Diatermi Elektroagulasi Radikal dapat memusnahkan jaringan lebih luas
(sampai kedalaman 1cm) dan efektif dibandingkan elektrokauter tapi harus dilakukan
dengan anestesia umum. Tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, dianjurkan hanya
terbatas pada NIS1/2 dengan batas lesi yang dapat ditentukan.
CO2 Laser adalah muatan listrik yang berisi campuran gas helium, nitrogen dan
gas CO2 yang menimbulkan sinar laser dengan gelombang 10,6 u. Perbedaan patologis
dapat dibedakan dalam 2 bagian, yaitu penguapan dan nekrosis.

Terapi NIS dengan eksisi


Konisasi (cone biopsy) adalah pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa
ataupun pengobatan pra-kanker serviks.

13
Gambar 10. Cone biopsi
Punch Biopsi yaitu menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel
kecil jaringan serviks.

Terapi Kanker Serviks Invasif9


A. Pembedahan
Trakelektomi (trachelectomy) : teknik operasi ysng terdiri atas
limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dengan laparoskopi dan diikuti
dengan reseksi sebagian dari serviks, parametrium, dan sepertiga vagina
proksimal melalui vagina.

Gambar 13. Trakelektomi

Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk


mengangkat uterus biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi
FIGO).

14
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
ginjal dan hepar. Ada 2 histerektomi :
1. Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
2. Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur,
tuba falopi, dan bagian atas vagina.

Gambar 14. Histerektomi


B. Radioterapi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel
kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan
tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah
mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan atau
bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika
urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan
diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker sudah keluar rongga

15
panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif
pada stadium IV A. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
a. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-
3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini
bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
a. Iritasi rektum dan vagina
b. Kerusakan kandung kemih dan rektum
c. Ovarium berhenti berfungsi.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh
melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi
lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika
melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk
menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi
juga bisa timbul diare dan sering berkemih.
C. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan
pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobata adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.

16
Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)
dan lain – lain. Cara pemberian kemoterapi dapat secara oral, disuntikkan dan
diinfus.
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal /
bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah cisplatin,
flurouracil. Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk
kanker serviks stage IVB / recurrent adalah : mitomycin. pacitaxel, ifosamide,
topotecan telah disetujui untuk digunakan bersama dengan cisplastin untuk
kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak dapat
dilakukan atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul kembali
/menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut.
2. Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk meningkatkan hasil
pembedahan dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal
dan mengurangi resiko kekambuhan kanker.
3. Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran tumor.
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium lanjut
/kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)

Efek samping dari kemoterapi adalah :


1. Lemas

17
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat
beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
2. Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat
anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.

3. Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang
diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi
sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah
dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan
cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan
olahraga.
4. Sariawan
5. Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut
patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
6. Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada
jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
7. Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum
tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah
sel darah merah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah
putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test
darah biasanya dilakukan sebelum kemoterapi berikutnya untuk

18
memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel
darah dapat menyebabkan:
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah
sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa
obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.

b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah, apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan
pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah,
mudah lelah, tampak pucat.
1. Kulit menjadi kering dan berubah warna
2. Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
3. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang

4. Terapi paliatif
Terapi paliatif (supportive care) yang lebih difokuskan pada
peningkatan kualitas hidup pasien. Contohnya: Makan makanan yang
mengandung nutrisi, pengontrol sakit (pain control). Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
a. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok
opioid ringan seperti kodein dan tramadol

19
c. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid
kuat seperti morfin dan fentanil

9. PROGNOSIS8
Prognosis kanker serviks tegantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5 years
survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60 – 80%, stadium
III kira – kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.
a) Stadium 0
100% penderita dalam stadium ini akan sembuh.
b) Stadium 1
Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. dari semua wanita
yng terdiagnosis pada stadium IA memiliki 95% 5 years survival dan untuk
stadium IB 5 years survival rate sebesar 70 – 90%
c) Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2 yaitu 2A dan 2 B, dari semua wanita
yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 70 – 90% 5 years survival dan
stadium 2B memiliki 60 – 65% 5 years survival.

Tabel. Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks berdasarkan stadium11


Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5 Tahun

0 Karsinoma insitu 100

I Terbatas pada uterus 85

II Menyerang luar uterus tetapi meluas 60


ke dinding pelvis

III Meluas ke dinding pelvis dan atau 33


sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis

20
IV Menyerang mukosa kandung kemih 7
atau rektum atau meluas keluar
pelvis sebenarnya

Ciri-ciri Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.

BAB III
KESIMPULAN
Kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Setiap tahun,
di dunia terdapat 528.000 kasus baru kanker serviks dan lebih dari 250.000 kematian.
Di Indonesia yang berpenduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat sekitar 52 juta
perempuan yang terancam kanker serviks. Penyebab utama dari kanker serviks adalah
infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Prognosis kanker serviks dapat ditentukan
berdasarkan stadium.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanriko, Rizki et al. 2017. Penyuluhan Pendidikan Tentang Pentingnya Deteksi


Dini Ca Serviks Melalui Pemeriksaan IVA dan Papsmear Pada Wanita Usia
Subur di Desa Sukaraja Bandar Lampung. Universitas Lampung. Vol. 3 H 53
– 52.
2. Herlana, Faisyal. 2017. Karakteristik Pasien Kanker Serviks berdasar atas Usia,
Paritas, dan Gambaran Histopatologi di RSUD Al-Ihsan Bandung. Bandung.
Vol 1. No 1
3. Kusumawati, Yuli et al. 2016. Pengetahuan, Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV
Sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta.
H204 – 213
4. Setiawan, et al. Kamus Kedokteran Dorland Ed 29. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta: 2002. Hal 1051.

22
5. Ramidini, Indi. 2018. Hubungan Deteksi Dini (Pap Smear) Dengan Kejadian
Kanker Serviks di Poli Obsgyn. Hal 7 – 13.
6. Ningsih, Dwi. 2016. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kanker Serviks di Rumah Sakit Sarditjo Yogyakarta. Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol 33. No 3.
7. Prawirohardjo, Sarwono ,et all. 2018. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
8. Johnson C, et al. 2015. The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstretic
Fifth Edition.
9. European Society of Gynecological Oncology. Pocket Guidelines Cervical
Cancer. United Kingdom.
10. World Health Organization. 2013. WHO Guidelines for Screening and
Treatment of Precancerous Lesions for Cervical Cancer Prevention.

23

Anda mungkin juga menyukai