Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DENGAN HALUSINASI

DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing: Ns. Sutejo, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Angelika Maya W P07120217006

Azalia Hapsari P07120217014

Fiolita Kurniyanti P07120217022

Nia Ariyanti P07120217030

Yolandita Hanna M P07120217038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESI I: MENGENAL HALUSINASI
DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr. RM. SOEJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang bertujuan untuk merubah perilaku
klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk
merubah perilaku klien untuk berfikir tentang diri dan lingkungannya.

B. Tujuan
1. Klien mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadi halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi

C. Masalah Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

D. Pengorganisasian TAK Stimulasi Persepsi


1. Terapis
Peran dan fungsi
a. Leader :
Tugas :
1) Menyusun rencana TAK (proposal)
2) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan
3) Memotivasi dan memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan
perasaan, mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
4) Sebagai role model
5) Menjelaskan jalannya permainan dan melakukan kontrak waktu
b. Co leader :
Tugas :
1) Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok
2) Menghidupkan alat musik
c. Fasilitator :
Tugas :
1) Membantu leader dalam memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
dan memotifasi anggota
2) Memfokuskan kegiatan
3) Membantu mengkoordinasi anggota kelompok
4) Duduk di sela-sela pasien
5) Menghidupkan situasi permainan atau menyemangati pasien dalam
bermain
d. Observer :
Tugas :
1) Mengobservasi semua respon klien
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
klien
3) Memberikan umpan balik pada klien pada kelompok
4) Duduk tidak di lingkungan permainan/diluar
5) Mengevaluasi setiap keaktifan pasien
6) Mengevaluasi tugas leader, fasilitator, dan co leader
2. Nama klien yang ikut
Pasien di bangsal helikonia
3. Waktu
Pukul 08.00 – 08.30 (selama 30 menit)

E. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
F. Alat
1. Handphone + musik
2. Papan dada
3. Bola
4. Alat tulis

G. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

H. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan Perubahan Sensori
Persepsi: Halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan peserta hari ini
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main :
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
b) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
c) Lama kegiatan 30 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Kerja
a) Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan ) terapis
meminta klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara
beruirutan, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis searah
jarum jam.
b) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing
klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan :
1. Isi halusinasi
2. Waktu terjadinya
3. Frekwensi halusinasi
4. Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi
c) Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan
dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran
searah jarum jam.
d) Saat seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, setelah cerita
selesai. Terapis mempersilahkan klien lain untuk bertanya sebanyak-
banyaknya 3 pertanyaan.
e) Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien mendapat giliran
f) Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya. Terapis memberikan
pujian.
4) Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b) Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi
segera menghubungi perawat atau teman lain.
c) Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya
yaitu belajar mengontrol halusinasi
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK
berikutnya.
I. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek yang Nama Peserta TAK
Dinilai
1 Menyebutkan
isi halusinasi
2 Menyebutkan
waktu
halusinasi
3 Menyebutkan
frekuensi
halusinasi
4 Menyebutkan
perasaan bila
halusinasi
timbul

Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak Dilakukan = 0


TAK STIMULASI PERSEPSI
SESI II: CARA MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK
DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

B. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Kelompok di tempat yang tenang

C. Alat
1. Spidol
2. Papan tulis

D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3. Simulasi

E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat
b. Mempersiapkan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi / Validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi.
c. Kontrak.
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan main.
a) Lama kegiatan : 30 menit
b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c) Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta ijin.
3. Kerja
a. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam
menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi apakah itu bisa
mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan pujian dan
mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
haljusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari peserta di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai
semua peserta mendapat giliran
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap
klien selesai memperagakan menghardik halusinasi
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika
halusinasi muncul
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

F. Evaluasi dan Dokumentasi


No Aspek yang Nama Peserta TAK
Dinilai

1 Menyebutkan
cara yang
selama ini
digunakan
untuk
mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektivitas cara

3 Menyebutkan
cara mengatasi
halusinasi
dengan
menghardik
4 Memperagakan
menghardik
halusinasi

Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak Dilakukan = 0


TAK STIMULASI PERSEPSI
SESI III: CARA MINUM OBAT YANG BENAR
DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang harus diminum
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur
3. Klien mengetahui 6 benar dalam minum obat
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat

B. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Kelompok berasa di ruang yang tenang dan nyaman

C. Alat
1. Contoh obat-obatan
2. HVS
3. Papan dada
4. Bolpoint

D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien
b. Evaluasi / Validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya)
c. Kontrak
3) Terapis menjelaskan tujuan TAK
1) Terapis menjelaskan aturan main TAK
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis
c) Waktu TAK adalah 30 menit
3. Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-
masing klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara
bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada di sebelah kiri
terapis
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur
f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat : benar obat, benar
klien, benar waktu, benar cara, benar dosis
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang ada klien
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara
menggunakan, waktu menggunakan, dan efek obat sesuai dengan contoh obat
yang ada di tangan klien masing-masing. Secara berurutan searah jarum jam,
dimulai dari sebelah kiri terapis
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali klien
menyebutkan dengan benar
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi
perawat yang saat itu bertugas
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK

F. Evaluasi dan Dokumentasi


No Aspek yang Nama Peserta TAK
Dinilai

1 Menyebutkan
pentingnya
minum obat
secara teratur
2 Menyebutkan
akibat jika
tidak minum
obat secara
teratur
3 Menyebutkan
jenis obat
4 Menyebutkan
dosis obat
5 Menyebutkan
waktu minum
obat
6 Menyebutkan
cara minum
obat yang
tepat
7 Menyebutkan
efek terapi
8 obat
Menyebutkan
efek samping
obat
\
Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak Dilakukan = 0
TAK STIMULASI PERSEPSI
SESI IV: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP
DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr. RM. SOEJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi.

B. Setting
1. Tempat TAK di ruangan yang terang dan nyaman
2. Lingkungan tenang dan nyaman

C. Alat
1. Alat Tulis

D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Latihan

E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien
b. Evaluasi / Validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 2 cara lainnya (menghardik, minum obat secara teratur).
c. Kontrak.
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan waktu kegiatan adalah 30 menit
3) Terapis menjelaskan aturan main
- Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan
- Bila klien ingin ke luar dari kelompok, harus meminta izin pada terapis
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi
b. Terapis meminta kepada klien situasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita, dimulai dari sebelah kiri terapis
searah jarum jam sampai semua klien mendapatkan giliran
c. Terapis memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda
halusinasi muncul.
d. Klien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian, dimulai dari klien
yang duduk di sebelah kiri terapis, searah jarum jam, sampai semua mendapat
giliran
e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
a. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap dengan orang
lain bila mulai mengalami halusinasi
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap bila ada klien lain yang
mulai mengalami halusinasi
3) Kontrak yang akan dating
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya
F. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek yang Nama Peserta TAK
Dinilai

1 Menyebutkan
pentingnya
bercakap-
cakap ketika
halusinasi
muncul
2 Menyebutkan
cara bercakap-
cakap

3 Memperagakan
saat mulai
percakapan
\
Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak Dilakukan = 0
TAK STIMULASI PERSEPSI
SESI V: MENYUSUN JADWAL KEGIATAN
DI BANGSAL HELIKONIA RSJD Dr RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah munculnya
halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.

B. Setting
1. Klien duduk melingkar
3. Lingkungan tenang dan nyaman

C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Bolpoint
4. Spidol

D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan

E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan keadaan klien hari ini
b. Terapis mempersiapkan alat yang dibutuhkan
c. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi / Validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
d. Kontrak.
2) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
3) Terapis menjelaskan aturan main.
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis
c) Waktu TAK adalah 30 menit
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil untuk
maisng-masing klien
c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah terjadinya
halusinasi
d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkan di papan
tulis
e. Terapis meminta masing-masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun
pagi sampai dengan tidur malam.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyusn jadwal
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyusun jadwal
h. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika
halusinasi muncul
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapik membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

F. Evaluasi dan Dokumentasi


No Aspek yang Nama Peserta TAK
Dinilai

1 Menyebutkan
pentingnya
aktivitas
dalam
halusinasi
2 Membuat
jadwal
kegiatan
harian
\
Petunjuk : Dilakukan = 1 Tidak Dilakukan = 0
MATERI TAK HALUSINASI

A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011).
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).

B. JENIS-JENIS HALUSINASI
Ada beberapa jenis halusinasi, Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis yaitu:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang
penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman.
Penderita merasa mengecap sesuatu.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit.
6. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
7. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau tungkai yang
diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
8. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak
seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
b. Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti impian.

C. PENYEBAB HALUSINASI
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor. Pada
halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1) With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman internalnya.
2) Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan (alam
mengalihkan respon kepada sesuatu atau seseorang).
3) Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah dan
mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri dengan
menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk mengurangi perasaan
emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan menutupi kekurangan yang ada
pada dirinya.
D. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI
Menurut Budi Ana Keliat (2006) tanda dan gejala halusinasi yaitu,
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

E. CARA MENGONTROL HALUSINASI

Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
2. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien
bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan diri
melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi.oleh
karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun
pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang
terjadwal, yaitu :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur
malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku
pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih
untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti semula akan
membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan perawatagar pasien patuh
minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).

F. CARA MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI


1. Jangan biarkan pasien sendiri
2. Anjurkan pasien untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
3. Bantu pasien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
4. Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
5. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa atau ajak bicara
6. Kontrol keadaan klien
7. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai diri dan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, B. A., 2006, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.
Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Primary Business Address


Address Line 2
Address Line 3
Address Line 4

Phone: 555-555-5555
Fax: 555-555-5555
Email: someone@example.com

Anda mungkin juga menyukai