Anda di halaman 1dari 6

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

“Hubungan Tingkat Stress dan Gastritis”

Oleh

Shofiyyah Maghfuroh

1711313029

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
1. Area Minat : Keperawatan Medikal Bedah
2. Fenomena
- Stress dan kekambuhan gastritis

Jurnal Penelitian

A. Jurnal 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 9 Nomor 1, Februari 2019


Judul Jurnal : Tingginya Tingkat Stres dengan Kejadian Kekambuhan Gastritis pada
Mahasiswa dalam Penyusunan Tugas Akhir di STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun
- Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendrokrin terhadap saluran
pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadain kekambuhan gastritis.
- Pada penelitian tersebut, didapatkan hasil orang yang mengalami stress 8,4 kali lebih
besar mengalami gastritis dibandingkan orang yang tidak mengalami stress.

- Untuk menghindari atau mencegah stres agar tak terjadi kekambuhan gastritis pada
mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir dengan memperhatikan pola hidup
seperti perubahan pola istirahat dengan hal tersebut tubuh akan lebih rileks dan
menurunkan sekresi hormon adrenalin yang berlebih setelah beraktifitas harian.

B. Jurnal MENARA Ilmu Vol. XIII No.5 April 2019 ISSN


Judul Jurnal : HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN TINGKAT STRES
TERHADAP KAMBUH ULANG GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2018
- Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran
pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Hal ini diperkuat dari
penelitian saroinsong, dkk (2013) yang mengemukakan bahwa efek stres pada saluran
pencernaan antara lain menurunkan saliva sehinga mulut menjadi kering,
menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esofagus sehingga
menyebabkan sulit menelan, peningkatan asam lambung. Sedangkan menurut hidayat
, (2010) mengatakan bahwa stres yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan
reaksi yang ada pada tubuh. Reaksi pada sistem pencernaan dapat mengalami
gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, pedih karena peningkatan asam
lambung (gastritis).
- Berdasarkan tingkat kekambuhan yang terjadi menurut Nasir dan Muhith (2011)
penderita sering megalami nyeri bagian ulu hati di sertai dengan mual muntah dan
nafsu makan menurun, terutama pada penderita yang kerap kali dan menjadi
kebiasaan telat makan atau pola makan yang tidak teratur (gaya hidup), kekambuhan
juga akan terjadi bila penderita mengosumsi makanan yang berbumbu pedas, asam
dan mengutamakan soal rasa dibandiingkan kandungan gizi di dalam makanan
(tingkat pengetahuan), serta nafsu makan menurun bila setiap kali penderita
mengalami banyak masalah (stress).

3. GAP
Teori Realita
Menurut Charlesworth & Nathan (1984) Gaya hidup yang kurang baik, baik
seperti yang dikutip oleh Prio (2009) dilingkungan sekitar maupun ditempat
faktor utama peyebab terjadinya kerja, yang mana kurang
penyakit gastritis dan merupakan faktor memperhatikan pola makan sehari-hari
yang menyebabkan kekambuhan dan bahkan sering telat dalam waktu
penyakit gastritis adalah stress. makan bisa menyebabkan kekambuhan
gastritis. (Zilmawati, 2007).
Pengaruh Tingkat Stress Terhadap Gastritis

Latar Belakang

Gastritis adalah istilah mencakup serangkaian kondisi yang hadir dengan inflamasi
mukosa lambung. Kondisi ini diklasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan (baik akut maupun
kronis), pemeriksaan histologis (biopsi), dan mekanisme patogenik yang diajukan. Gastritis
bukan berarti penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung (Rizema, 2013). Gatritis merupakan gangguan
kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosis nya sering hanya berdasarkan
gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi (Hirlan, 2009).

Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia
dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya inggris
22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%. Insiden terjadinya gastritis di
Asia tenggara sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, prevalensi gastritits
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial
lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Persentase
dari angka kejadian gastritis di Indonesia sendiri, menurut WHO adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus
dari 238.452.952 jiwa penduduk. Menurut world health organization (WHO) insiden gastritis di
dunia terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2012 kejadian gastritis sekitar 1,8 – 2,1juta,
pada tahun 2013 penderita gastritis meningkat sekitar 1,9–2,2dari jumlah penduduk setiap
tahunnya, gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan
awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. (Depkes, 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI 2012 angka kejadian gastritis dibeberapa kota di
Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%,
dan Pontianak 31,2%.
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat, alkohol,
bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman,
garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011). Penyebab gastritis menurut Price
(2006) adalah stres fisik dan makanan, minuman. Faktor kejiwaan atau stres juga berpengaruh
terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011). Stres fisik yang
disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan
susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah
termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan
fungsi sel epitel lambung (Price dan Wilson, 2005; Wibowo, 2007).
Stress didefinisikan sebagai “hubungan antara individu dengan lingkungannya yang
dinilai oleh individu sebagai terpaksa menggunakan dan/atau mengeluarkan seluruh sumber daya
yang dimilikinya dan membahayakan kesejahteraannya. Stress merupakan suatu respon fisiologis
dan perilaku manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan
eksternal (stressor). Stres merupakan kondisi tidak menyenangkan dimana manusia melihat
adanya tuntutan dalam satu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Stres berkepanjangan tak hanya memicu kelelahan mental, tapi juga
memengaruhi kesehatan fisik.
Salah satu dampak negatif dari stres bagi individu yaitu pada fisiologis yang berupa
keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan
darah tinggi, kelelahan, sakit perut susah tidur, kehilangan semangat, selera makan menurun, dan
maag atau gastritis. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap
saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Saroinsong, dkk (2013) yang
mengemukakan bahwa efek stres pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehinga
mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esofagus sehingga
menyebabkan sulit menelan, peningkatan asam lambung. Sedangkan menurut hidayat , (2010)
mengatakan bahwa stres yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada
tubuh. Stres dapat menyebabkan gastritis karena pada saat anda mengalami stres maka akan
terjadi perubahan hormonal dalam tubuh.
Daftar Pustaka

M. Black, Joyce & Jone Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 1. Singapore : Elsevier

M. Black, Joyce & Jone Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 2. Singapore : Elsevier

WHO. World Health Statistics 2012. Geneva: World Health Organization; 2012

Nasir A, Muhith A. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
Medika; 2011.

Suratun L. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans
Info Media; 2010.

Ardiani Hanifah, 2019. Tingginya Tingkat Stress dengan Kejadian Kekambuhan Gastritis pada
Mahasiswa dalam Penyusunan Tugas Akhir di STIKes Bhakti Husada Madiun. Tunas Riset
Kesehatan. jurnal elektronik Vol. 9 No 1; Februari 2019.

Monica Thrisia, 2019. Hubungan Antara Pengetahuan dan Tingkat Stress Terhadap Kambuh
Ulang Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sungai Penuh Tahun 2018. Akademi
Keperawatan Bina Insani Sungai Penuh. Jurnal Menara Ilmu Vol XIII No. 5;April 2019.

Merita,dkk, 2016. Hubungan Tingkat Stress dan Pola Konsumsi dengan Kejadian Gastritis di
Puskesmas Pakuan Baru Jambi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahmi Jambi. Jurnal
Akademika Baiturrahmi Vol.5 No.1; Maret 2016.

Mappagerang Rostini, 2017. Hubungan Tingkat Stres dan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Diruang Rawat Inap Rsud Nene Mallomo Kabupaten Sidrap. STIKes Muhammadiyah Sidrap.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah Vol.6 No.1;Juli 2017.

Anda mungkin juga menyukai