Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN KULIT KEPADA DAN RAMBUT

Pemeriksaan yang dilakukan pada kulit kepala dan rambut adalah inspeksi dan palpasi. Berikut adalah
pemeriksaan pada kulit kepala dan rambut.

1. Inspeksi
Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu kepala, warna rambut, persebaran
rambut kepala, dan bentuk kepala. Bentuk kepala dipengaruhi oleh ras, penyakit, dan lingkungan.
a. Eksoftalamus : mata menonjol keluar, disebabkan oleh peningkatan tekanan intra-okuler
(misalnya: karena tumor pada orbita)
b. Akromegali: ditandai dengan membesarnya tulang kepala, terutama tampak di dahi, hidung,
dan rahang bawah. Hidung, bibir, dan telinga membesar karena hormone pertumbuhan yang
terlalu banyak.
c. Klien dengan peningkatan hormon adrenal atau yang sedang menjalani terapi hormon
adrenal, mungkin mengalami sindrom Cushing, wajah berbentuk bundar (moon face) dengan
pertumbuhan rambut yang berlebihan.
d. Klien yang menderita gagal ginjal kronis memiliki wajah yang pucat dan edema di sekitar mata.
e. Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk berekspresi dan
menggerakkan otot wajah (wajah tampak kaku, disebut Mask-like Face). Hal ini disebabkan
oleh kelainan neurologis yang bersifat degenerative dan progresif.
2. Palpasi
Rasakan adanya masa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak, atau diskontinuitas
tengkorak. Tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta klien untuk menunjukkan dan jangan
lanjutkan palpasi.

MATA
Anatomi Mata

Mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagian luar adalah lapisan


fibrosa: sklera dan kornea
2. Bagian tengan adalah lapisan
yang tervaskularisasi: koroid, badan siliar,
dan iris.
3. Bagian dalam adalah lapisan
yang dipersarafi: retina. Selain itu, ada
struktur yang terletak dalam bola mata,
yaitu: lensa, cairan mata (aqueous
humour), dan korpus viterus.
Sklera

Sklera adalah bagian putih mata. Sklera terbentuk dari jaringan fibrose, berfungsi untuk menjaga
agar bentuk bola mata tetap konstan dan merupakan tempat melekatnya otot penggerak bola mata.
Sklera melapisi bola mata bagian lateral dan posterior kemudian bersambung menjadi transparan
kebagian anterior(kornea).

Sklera bagian anterior berlanjut menjadi jaringan epitel yang disebut kornea. Cahaya masuk
melalui kornea untuk diteruskan menuju retina. Kornea berbentuk cembung di bagian anterior yang
berfungisi untuk membantu proses refraksi cahaya sehingga terfokus pada retina.

Koroid

Koroid melapisi 5/6 dinding bagian dalam bola mata. Koroid banyak mengandung pembuluh
darah dan bewarna cokelat tua. Cahaya yang masuk ke mata melalui pupil merangsang ujug-ujung saraf
yang ada di retina, kemudian di serap oleh koroid.

Badan Siliar

Badan siliar adalah lanjutan koroid yang ada di bagian depan. Badan siliar terdiri atas serabut otot
polos dan sel epitel sekretori. Badan siliar membantu perlekatan pada ligamentum suspensorium dan di
sisi yang lain melekat pada kapsul yang menutup lensa. Kontraksi dan relaksasi badan siliar akan
memengaruhi ketebalan lensa mata serta berfungsi untuk merefraksikan cahaya yang masuk supaya lebih
focus ke retina. Sel epitel badan siliar menyekresikan cairan ke bagian anterior mata. Badan siliar
dipersarafi oleh saraf parasimpatis Saraf Occulomoiorius. Stimulasi pada saraf ini menyebabkan kontraksi
otot polos dan akomodasi mata.

Iris

Iris adalah bagian pada bola mata yang tampak bewarna. Iris terletak di belakang kornea dan di
depan lensa. Iris membagi mata menjadi dua ruangan, yaitu bagian depan dan belakang bola mata yang
berisi cairan mata yang dihasilkan oleh badan siliar. Iris berbentuk melingkar dan mengelilingi sebuah
lubang yang disebut pupil. Pupil berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Jika
cahaya yang masuk ke mata banyak, maka pupil akan mengecil (miosis), sedangkan cahaya yang masuk
ke mata hanya sedikit, pupil akan membesar (midriasis). Ukuran pupil di kendalikan oleh saraf otonom.
Rangsangan parasimpatis menyebabkan pupil konstriksi (mengecil), dan rangsangan simpatis akan
menyebabkan pupil berdilatasi (membesar). Normalnya pupil mata berdiameter 3-7 mm, bertepi rata,
dan simetris. Kondisi pupil yang tidak simetris disebut anisokor. Pupil mata yang berdilatasi maksimal
disebut midriaris maksimal. Pupil mata yang kecil dan berdiameter 1 mm disebut Pin Point.

Iris di persarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi pada saraf parasimpatis
menyebabkan pupil konstruksi dan stimulasi pada saraf simpatis menyebabkan pupil berdilatasi. Warna
iris di pengaruhi oleh genetrik dan bergantung dari jumlah pigmen sel yang ada. Penderita albino tidak
memiliki pigmen sel dan orang yang irisnya berwarna biru memiliki pigmen sel yang lebih sedikit daripada
orang yang memiliki warna iris cokelat.
Lensa

Lensa adalah bagian mata yang berbentuk bikonveks (cembung ganda) dan sangat lentur.
Ketebalan lensa dikendalikan oleh badan siliar melalui ligamentum suspensorium. Hanya lensa yang dapat
mengubah kemampuan refraksinya dengan cara mengubah kecembungan lensa.

Retina

Retina adalah bagian mata yang paling dalam. Retina memiliki struktur yang sangat rumit dan bias
beradaptasi dengan baik terhadap rangsangan cahaya. Retina tersusun dari beberapa jaringan saraf dan
akson yang melekat pada lapisan koroid yang berpigmen. Lapisan yang sensitive terhadap cahaya adalah
lapisan sel reseptor, yaitu lapisan sel batang (rod) dan kerucut (cone). Sel batang sensitif terhadap kondisi
gelap, sedangkan sel kerucut sangat sensitif terhadap cahaya dan warna. Sel batang memiliki pigmen
rhodnosin yang berwarna keunguan. Pigmen ini akan bertambah banyak saat kondisi lingkungan remang-
remang dan secara bertahap akan menghilang saat lingkungan berangsur-angsur terang.

Retina mencapai ¾ bagian pada mata. Didekat bagian posterior mata terdapat makula lutea
(bitnik kuning). Pada bagian tengah area tersebut ada bagian anterior yang disebut fovea sentral yang
hanya terdiri dari sel batang. Pada bagian anterior retina, sel kerucut lebih banyak daripada sel batang.

Otot Bola Mata

Mata digerakkan oleh enam otot ekstrinsik penggerak bola mata. Ujung otot ini melekat pada
bola mata, dan ujung yang lain melekat pada kavum orbita. Ada empat otot yang lurus (rectus) dan dua
otot melintang (oblique). Otot penggerak bola mata ini terdiri atas beberapa bagian.

1. Otot rektus medial


2. Otot rektus lateral
3. Otot rektus superior
4. Otot rektus inferior
5. Otot ublikus superior
6. Otot ublikus inferior
Selain otot ekstrinsik, ada pula otot instrinsik bola mata, yaitu sebagai berikut.

1. Otot siliaris
2. Otot konstriktor pupilaris
3. Otot dilator pupilaris

Otot Innervasi Aktivitas


Otot Ekstrinsik
Otot rektus superior Saraf okulomotorius (N. lll) Rotasi mata ke atas dan
menarik mata ke tengah.
Otot rektus inferior Saraf okulomotorius (N. lll) Rotasi mata ke bawah dan
menarik mata ke tengah.
Otot rektus medialis Saraf okulomotorius (N. lll) Menarik mata ke tengah
Otot rektus lateral Saraf abdusen (N. VI) Menarik mata menjauhi garis
tengah
Otot ublikus superior Saraf troklearis (N. IV) Menggerakkan mata ke bawah
samping menjauhi garis tengah
Otot ublikus inferior Saraf okulomotorius (N. lll) Menggerakkan mata ke atas
samping menjauhi garis tengah
Otot Intrinsik
Otot siliaris Saraf okulomotorius (N. lll) Merelaksasikan ligamentum
Saraf parasimpatis suspensorium
Otot konstriktor pupilaris Saraf okulomotorius (N. lll) Mengonstriksikan pupil
Saraf parasimpatis
Otot dilator pupilaris Saraf simpatis Mendilatasikan pupil

Organ Aksesori Mata

Pada bagian sekitar mata, terdapat organ penting yang berfungsi sebagai pelindung mata. Organ tersebut
antara lain sebagai berikut.

1. Alis mata
Adalah rambut halus yang berbentuk busur panah di atas mata. Berfungsi untuk melindungi mata
dari debu, keringat, dan benda asing lainnya.
2. Keloak (palpebrae) dan bulu mata
Kelopak mata adalah dua lipatan kulit di bagian atas dan di bawah bola mata. Kedua kelopak mata
bersatu di sisi medial dan lateral bola mata. Daerah pertemuan yang terletak dekat hidung (bagian
medial) disebut kantus medial dan yang di sisi lateral disebut kantus lateral. Pada kedua tepinya
tumbuh rambut yang disebut bulu mata. Kelopak mata terdiri atas beberapa lapisan, yaitu sebagai
berikut.
a. Lapisan kulit
b. Jaringan areolar yang tipis
c. Dua buah otot (otot levator palpebrea dan otot orbicularis okuli)
d. Jaringan penghubung yang lebih banyak terdapat di kelopak mata bagian atas
e. Lapisan tipis konjungtiva
Konjungtiva adalah lapisan tipis yang terdapat disepanjang kelopak mata dan menutupi kornea.
Konjungtiva yang terletak di kelopak mata banyak mengandung pembuluh darah sehingga tampak merah
segar, sedangkan yang menutupi kornea tidak di lalui oleh pembuluh darah. Kelopak mata berfungsi untuk
melindungi bola mata dengan cara menutupi bola mata dan menjaga bola mata agar tetap lembap.

Di sepanjang tepi kelopak mata terdaoat kelenjae sebasea yang berfungsi untuk menghasilkan
minyak untuk melembabkan bulu mata. Selain itu, terdapat pula kelenjar tarsalis (kelenjar meibom) yang
menghasilkan minyak yang akan melapisi konjungtiva saat mata berkedip. Lapisan minyak ini berfungsi
unyuk mencegah air mata menguap dengan cepat.

Kelopak dan bulu mata berfungsi untuk melindungi bola mata dari trauma. Saat otot orbicularis
okuli berkontraksi, kelopak mata akan menutup. Saat otot levator palpebrea berkontraksi, kelopak mata
akan membuka.

a. Kelopak mata bergerak menutup secara reflex pada bebrapa kondisi, yaitu saat ada benda asing
yang mendekat ke mata, saat rangsangan cahaya yang sangat terang, dan saat konjungtiva atau
bulu mata dirangsang.
b. Reflex berkedip setiap 3-7 detik berfungsi membasahi bola mata dengan lapisan minyak.

3. Aparatus lakrimal

Setuiap bola mata terdiri atas satu apparatus lakrimal. Apparatus lakrimal adalah kelenjar
eksokrin sebesar buah almond. Kelenjar ini menghasilkan cairan dan minyak yang akan disebarka di
seluruh permukaan mata saat berkedip.

Cairan ini memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Membersihkan dam membilas mata dari benda asing (misalnya debu)


b. Mengandung enzim lisozim yang berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri
c. Minyaknya akan mencegah penguapan air mata secara berlebihan dari konjungktiva dan
permukaan bola mata
d. Menutrisi kornea

Pemeriksaan Fisik pada Mata

pemeriksaan fisik pada mata hanya terdiri atas inspeksi dan palpasi. Ada pemeriksaan khusus
untuk mengetahui fungsi persyarafan dan tajam penglihatan.

1. Inspeksi
a. Perhatikan kesimetrisan kedua mata dan alis serta persebarannya
b. Perhatikan kondisi di sekitar mata, lihat warna kelopak mata apakah tampak kantung mata.
Ada beberapa kondisi abnormal pada kelopak mata, antara lain sebagai berikut
Ptotis : kelopak mata tampak jatuh, fisura palpebrae menyempit.
Terlihat seperti edema muka pada penyakit ginjal. Terjadi karena
Kelumpuhan otot levator pelpebrae yang di persarafi N. III

Xantelesma : bercak kekuningan oada kulit kelopak mata. Dihubungkan dengan


peningkatan kadar lemak dalam darah

Blefaritis : radang kelopak mata


Edema : kelopak mata membengkak, terkadang mata hamper menutup

Pendarahan : akibat trauma

c. Lihat konjungtiva klien. Minta klien melirik keatas, lalu tarik kelopak mata bagian bawah
dengan kedua tangan. Normalnya konjungtiva berwarna merah muda. Jika pucat, berarti
pasien dalam kondisi anemia. Ada hasil abmormal lainnya yang dihasilkan dari pemeriksaan
konjungtiva, yaitu sebagai berikut
Pinguekula : bercak putih kekuningan, terdiri atas jaringan ikat, berjalan pada kedua
sisi kornea. Biasanya karena hyperlipidemia.
Flikten : nodul kecil, banyaknya satu atau lebih, bewarna abu-abu agak
kekuningan, bias ditemukan pada beberapa bagian konjungtiva dan kornea.
Bercal bitot : bercak segitiga pada kedua sisi kornea, warnanya pucat keabu-abuan,
berisi epitel yang kasar dan kering, terkadang juga ditemukan mikroorganisme.
Ditemukan pada penderita Avitaminosis A.
Radang : ditandai dengan adanya warna kemerahan, mengeluarkan air mata dan
terkadang secret mukopurulen.
d. Periksa sklera mata klien. Minta klien melirik ke bawah, tari kelopak mata bagian atas dengan
kedua tangan. Lihat bagian putih sklera mata bewarna putih susu. Warna kuning
(jaundis/akterus) menunjukkan adanya penyakit pada hepar (hepatitis/sirosis hepatis/
kanker). Warna merah menunjukkan adanya pendarahan pada bola mata.
e. Perhatikan kesimetrisan kedua pupil mata. Normalnya pupil mata berdiameter 3-7 mm,
bertepi rata, dan simetris. Kondisi pupil yang tidak simetris di sebut anisokor, pupil mata yang
berdilatasi maksimal disebut midriasis maksimal, serta pupil mata yang kecil dan berdiameter
1 mm disebut Pin Point.
f. Kaji reflex cahaya mata klien. Normalnya pupil mata akan mengecil (miosis) jika terkena sinar.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan kondisi ruangan yang agak redup. Minta klien untuk
melihat ke depan dan tidak menutup mata. Letakkan tangan yang tidak dominan di antara
mata kiri dan kanan, nyalakan senter,, lalu gerakkan senter dari bawah menuju pupil mata,
lalu ke samping. Lakukan tindakan yang sama pada sisi mata yang lain. Jika pupil mata tampak
miosis saat di beri snar, disebut reflex cahaya positif.
g. Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart. Jika tidak ada, minta klien untuk
membaca tulisan dengan jarak baca normal (25-30 cm). untuk pemeriksaan buta warna, minta
klien untuk menyebutkan warna dasar yang ditunjuk oleh pemeriksa. Kemampuan
menyebutkan sampai deretan huruf yang sama tercantum di tepi Snellen chart.
a. Virus mata emetrop diberi lambing 6/6
b. Virus 6/60 hanya bias menghitung jari-jari dari jarak 6 meter.
c. Virus 6/300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter.
d. Virus 6/tak terhingga hanya bisa melihat terang dan gelap.
e. Mata buta atau anopsia tidak bisa melihat terang.
h. Lihat kornea mata klien. Normalnya korea tidak berwarna (bening) dan bertepi rata. Beberapa
hasil abnormal saat pemeriksaan kornea adalah sebagai berikut :
Xerofcalmia : keadaan lanjut akibat avitaminosis A. kornea menjadi kering dan
berkesan menjadi lunak.
Arkus (annulus) : garis lengkung putih (keabu-abuan) yang melingkari kornea. Biasanya
ditemukan pada usia tua (arkus senilis)
Ulkus : terdapat perselubungan seperti awan disertai tanda-tanda peradangan.
Biasanya klien mengeluh silau (fotofobia) bila melihat cahaya terang
i. Dilanjutkam dengan pemeriksaan gerakan bola mata. Minta klien menatap ke depan dan
menggerakkan bola mata sesuai arah yang ditunjukkam pemeriksa. Saat pemeriksaan
dilakukan, klien tidak boleh menggerakkan kepala.

2. Palpasi

Kaji kekenyalan bola mata. Caranya, minta klien menutup bola mata, tekan perlahan dengan
kedua tangan pemeriksa. Normalnya bola mata teraba kenyal dan melenting. Bola mata yang teraba
keras seperti batu dan tidak melenting menandakan adanya peningkatan tekanan intraokuler.
Peningkatan tekanan intraokuler biasanya terjadi pada klien yang menderita glukoma. Penderita
glukoma biasanya berusia . 40 tahun.

HIDUNG
Anatomi Hidung

Nama Struktur Deskripsi

Batang Hidung (dorsum nasi) Badang hidung yang terbentuk dari tulang keras

Filtrum Depresi vertical yang terletak di bawah hidung, di atas bibir


Lubang hidung Lubang luar kavum nasalis
Cuping hidung Tepi nostril yang melebar

Kavum nasalis mempunyai dua fungsi, sebagai jalan masuk udara dan sebagai indra pembau yang
di parsarafi oleh saraf olfaktorius (N. I)

Saraf Olfaktorius dan Mekanisme Pembauan

Saraf olfaktorius adalah saraf yang berufungsi untuk mengenali bau. Saraf ini terletak di dinding
atas hidung. Indra pembau manusia kurang peka jika dibandingkan dengan golonga vetebrata lainnya.
Hewan melepaskan zat kimia yang disebut feromon. Feromon memegang peranan penting dalam perilaku
dan komunikasi hewan, misalnya untuk menandai daerah kekuasaan, memberi tahu dimulainya masa
kawin, dan menghubungkan induk dengan anaknya yang baru lahir.

Semua macam bau akan mengirimkan molekul volatile yang masuk ke hkidung bersama udara
yang dihirup. Molekul ini akan melekat pada kemoreseptor saraf olfaktorius saat bercampur dengan
mucus. Saat udara memasuki hidung, udara aka dihangatkan dan disaring. Hal ini menambah banyaknya
ujung saraf olfaktorius yang terangsang oleh bau. Jika indra pembau bekerja sama dengan indra
penglihatan, nafsu makan seseorang bisa berkurang jika baru yang dialami tidak menarik. Bau yang khas
aka tersimpan di dalam memori dalam jangk panjang sehingga jika orang mencium bau yang sama di
waktu yang akan datang otak sudah mengenali bau tersebut.

Inflamasi pada mukosa hidung menyebabkan molekul volatile tidak mecapai ujung saraf
olfaktorius sehingga seseorang tidakdapat membau. Kondisi ini disebut anosmia, sering di jumpai pada
penderita flu. Saat seseorang berada dalam ruangan dengan bau yang relative tetap selama beberapa
menit, hidung akan melakukan adaptasi indra pencuman sehingga bau tidak lagi dirasakan. Penyesuaian
ini terjadi pada serebrum dan sel reseptor di lubang hidung.

Sinus paranasalis terdiri atas empat bagian, yaitu sebagai berikut

1. Sinus maksilaris : sinus ini terletak di dalam maksila dan berhubungan dengan meatus medialis.
Lubang sinus terletak di dinding bagian atas, karena itulah jika ada secret didalam sinus ini akan
sulit dikeluarkan.
2. Sinus frontalis : terletak tepat didahi bagian tengah atas. Sinus ini berhubungan dengan meatus
medialis di lubang bagian bawah sinus. Kondisi ini memudahkan aliran secret yang menumpuk di
dalamnya.
3. Sinus etmodialis : terletak di tulang edmodialis bagian dalam, di bagian medial mata. Salurannya
berhubungan dengan meatus medialis dan meatus superior.
4. Sinus sfenoidalis : terletak di dalam tulang sfenoidalis. Dihubungkan dengan saluran sfeno-
etmodialis.

Pentingnya memahami rongga sinus baru dirasakan saat seseorang menderita sinusitis. Ada beberapa
teori yang berusaha menjelaskan fungsi sinus. Teori tersebut menyebutkan beberapa fungsi sinus, yaitu
sebagai berikut:

1. Sebagai tempat resonasi suara


2. Menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk ke hidung
3. Memperluas area membrane olfaktorius
4. Menyerap tekanan yang menuju rongga kepala
5. Memproduksi secret yang menjaga supaya hidung tetap hangat
6. Menjaga kestabilan suhu otak
7. Membantu pertumbuhan wajah
8. Memperingan massa tengkorak

Nama sinus disesuaikan dengan tulang pembentuk sinus yang ada di sekitarnya. Masing-masing
individu memiliki empat pasang sinus, tetapi besarnya berbeda-beda bahkan pada orang yang sama
sekali pun. Besar sinus dipengaruhi oleh pertumbuhan dan usia seseorang.

Pemeriksaan Fisik pada Hidung

Pemeriksaan fisik pada hidung hanya terdiri atas inspeksi dan palpasi. Berikut adalah prosedur
pemeriksaan fisik pada hidung.

1. Inspeksi
a. Perhatikan kesimetrisan hidung kiri dan kanan
b. Letak hidung terletak di tengan wajah
c. Adanya pernapasan cuping hidung dan munculnya sianosis pada ujung hidung
d. Adanya produksi secret, (jika ada) perhatikan warna, produksi, dan bau secret
e. Adanya massa pada daerah luar atau di dalam hidung
f. Perhatikan kepatenan tiap lubang hidung., tutup satu hidung kemuadian minta klien untuk
bernafas. Lakukan bergantian pada kedua hidung sambal rasakan hembusan udara yang
paling keras.
g. Minta klien agak mendongak, lihat lubang hidung denga bantuan senter
h. Periksa apakah tampak perforasi, massa, secret, sumbatan, deviasi, pendarahan, atau adanya
polip di bagian dalam hidung.
2. Palpasi
Lakukan palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakan ujung ketiga jari tengah.
Norrmalnya klien tidak mengeluh nyeri atau teraba panas saat dipalpasi.

TELINGA
Anatomi Telinga

Telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga memiliki sistem saraf yang dapat
mengubah gelombang suara menjadi impuls suara dan reseptor yang bosa mendeteksi gerakan kepala.
Telinga dipersarafi oleh N.VIII, Vestibulokoklearis. Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga Luar

Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (pinma/aurikel) dan meatus acustius externus. Daun
telinga adalah daging yang keluar menonjol di keuda sisi kepala. Pinna dibatasi oleh heliks yang tersusun
dari kartilago (tulang rawan), dank e bawah menjadi daun telinga yang tersusun dari jaringan adipose dan
pembuluh darah.
Meatus acustius externus adalah saluran yang agak membentu huruf ‘S’. saliran ini panjangnya
sekitar 2,5 cm mulai dari aurikel hingga membrane timpani bagian luar. Meatus acustius externus diliputi
oleh kaltilago dan ditutup kulit. Kulit ini mengandung beberapa kelenjar sebasea dan kelenjar serumen di
bagian sepertiga lateral. Kelenjar serumen adalah modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar serumen
menghasilkan lapisan lilin yang lengket, berisi lisozim dan imunoglobin. Serumen dan struktur anatomi
telinga mencegah benda-benda asing seperti debu, mikroorganisme, dan serangga masuk ke lubang
telinga dan mencapai gendang telinga. Gerakan sendi temporomandibular at mengunyak akan
menggerakkan lapisan serumen kea rah luar.

Telinga bagian liar dan tengah dipisahkan oleh membrane timpani. Membrane timpani bagian
luar adalah lapisan tipis kulit yang tidak berambut, bagian tengahnya adalah jaringan fibrosa, dan bagian
dalamnya adalah membrane mukosa yang berhubungan dengan telinga bagian tengah.

Telinga Tengah

Telinga bagian tengah berisi udara, batas lateral telinga bagian tengah adalah membrane timpani
bagian dalam, telinga bagian tengah dikelilingi oleh tulang temporalis. Bagian posterior dibentuk oleh
tulang temporal yang mengarah ke lubang menuju antrum mastoid. Dinding medial adalah lapisan tipis
tulang temporalis yang memiliki dua jendela, yaitu endela oval dan jendela lingkaran. Udara mencapai
saluran pendengaran melalui tuba eustachius. Panjang tuba eustachius sekitar 4 cm dan diliputi oleh
jaringan epitel yang berambut. Tuba eustachius berhubungan dengan faring, sering di sebut sebagai
saluran faringotimpani. Dalam kondisi normal saluran ini tertutup, tetapi jika ada tekanan yang tidak
seimbang (mis: ketinggian) yang melalui timpani saluran ini akan terbuka saat menelan atau menguap.
Pembukaan salura ini terdengar seperti suara ‘pop’ saat kita menguap atau menelan.

Ada struktur yang sering disebut sebagai tulang pendengaran, yaitu maleus, incus, dan stapes.
Tulang ini saling berhubungan dan membentuk persendian yang khas. Tulang ini menghubungkan
permukaan dalam membrane timpani dengan jendela oval. Tulang ini digerakkan oleh ligament yang
halus.

Telinga Dalam

Telinga bagian dalam berisi organ pendengaran dan keseimbangan. Terdiri atas dua struktur,
labirin yang terbentuk dari tulang dan labirin membranasea (berisi endolimfe) yang terletak di dalam
tulang. Di antara labirin pars osseus dan membranasea terdapat perlimfe yang dihasilkan oleh sel disekitar
kanalis tulang.

1. Labirin pars osseus


a. Satu vestibulus
b. Satu koklea
c. Saluran setengah lingkaran
2. Labirin pars membranasea
a. Satu vestibulus
b. Satu koklea
 Skala vestibule
 Skala media
 Skala timpani
c. Saluran setengah lingkaran.

Pemeriksaan Fisik pada Telinga

Pemeriksaan fisik pada telinga meliputi inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan tajam pendengaran.

1. Inspeksi
a. lihat kesimetrisan kedua daun telinga
b. lihat adanya luka/bekas luka pada telinga dan sekitarnya
c. lihat apakah ada darah atau sekret yang keluar (catat warna, banyaknya bau, lamanya
roduksi)
d. lihat apakah gendang telinga dalam kondisi utuh. Minta klien unuk menoleh ke sisi yang
berlawanan dengan pemeriksa. Tarik telinga ke arah luar, ke belakang, agak ke atas.
Dengan bantuan senter, luhat gendang telinga. Normalnya intak (utuh), tidak berlubang,
dan memantulkan cahaya saat terkena sinar. Lihat addanya serumen (tampak seperti
lapisan lilin berwarna kekuningan). Telinga normal ada serumennya, tapi tidak banyak.
2. palpasi
a. palpasi telinga ada dae5ah tragus, normalnya tidak akan terasa nyeri.
b. Jika terasa nyeri kemungkinan ada infeksi didalam saluran teliga, selain itu warna tragus
akan tampak memerah (radang)
c. Palpasi kelenjar limfe disekitar aaurikel
3. pemerisaan tajam pendengaran
a. tes berbisik (whispering test)
 minta klien untuk menutup salah satu telinga dengan jari, minta klirn untuk
mengulang kata yang diucapkan pemeriksa bila mendengarnya
 perawat berdiri kurang lebih 1-2 kaki, menghidari pandangan klien sehingga gerak
bibir perawat tida terbaca klien
 dengan suara pelan, bisikkan angka pada sekitar klien yang terbuka. Naikkan nada
suara sampai klien mampu mengulang kata yang disebutkan dengan benar
 ulangi prosedur pada telinga satunya, lalu catat hasilnya.
 Hasil normalnya, klien seharusnya bisa mengulang kata yang dibisikkan perawat
b. tes weber
 tekan ujung garpu tala hingga bergetar
 tahan dasar garpu tala yang bervibrasi dengan ibu jari dan telunjuk diatas tengah
kepala klien
 minta klien untuk menggambarkan suaranya
 hasil normal, rambatan suara terdengar di kedua telinga secara bersamaan
 kondisi ini disebut “tes weber negatif”
 jika hasilnya positif, artinya ada lateralisasi ke aarah salah satu telinga
c. tes rinne
 getarkan garpu tala, lalu letakkan dasar garpu tala pada tulang mastoid telinga yang
diperiksa. Catat berapa lama klien mendngar suara getarannya
 pindahkan garpu tala didepan telinga, catat berapa lama suara bisa didengarkan,
catat hasilnya.
 Ulangi prosedur pada telinga satunnya
 Normalnya, suara akan tedengar lebih lama saat garp;u tala diletakkan didepan
telinga dari pada saat ditempelkan di mastoid
 Hal ini karena perambatan bunyi lewar udara membutuhkan waktu 2 kali lipat dari
pada getaran pada benda padat (tulang)

MULUT
Anatomi mulut

Permukaan luar mjulut dibatasi oleh bibir. Bagian luar bibir dibatasi oleh kulit, sedangkan bagian
dalam dilapisi oleh membran mukosa yang bewarna kemerahan. Ukurandan ;permukaan bibir berbeda-
beda pada setiap individu, tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa bentuk bibir disesuaikan dengan
bentuk anatomi gigi. Diatas bibir bagian atas terdapat lekukan ke dalam yang disebut filtrum. Saat bibir
dibuka dan lidah diangkat ke atas, tampak frenulum. Frenulum berjalan mulai dari bawah lidah hingga
gusi.

Dasar mjulut disisi oleh lidah. Permukaan atas lidah berbentuk cembung dan di tengah lidah
ditandai oleh sulkus yang sangat dangkal. Dua pertiga bagian anterior kasar dan dipenuhi papillase,
sedangkan sepertiga belakang lebih halus. Bagian dua pertiga depean dan sepertiga belakang dipisahkan
oleh cekungan yang berbentuk huruf V, disebut sulkus terminalis.

Ujung reseptor gustatori (indra perasa) terdapat di permukaan lidah, tetapi ujung reseptor
gustatori ini juga bisa ditemukan di platum mole dan orofaring. Ujung reseptor ini dipersarafi oleh saraf
glossofaringeus, fasialis, dan vagus. Beberapa sel memiliki rambut halus yang disebut mikrovili pada ujung
bebasnyaa. Serabut saraf sensoris distimulasi oleh bahan kimia yang masuk ke pori-pori setelah
dilarutkan oleh saliva. Impuls saraf kemudian dikirimkan sepanjang saraf glossofaringeus, fasialis, dan
vagus sebelum bersinaps dimedula dan talamus. Tujuan akhir sarah yang membawa rasa ini adalah lobus
parieatal korteks serebri dimana rasa akan diterjemahkan.

Ada empat rasa dasar yamg bisa dirasakan oleh lidah, yaitu manis, asam, pahit, dan asin.
Penggolongan ini hanya untuk memudahkan, karena pada kenyataannya lidah dapat merasakan berbagai
macam rasa yang tidak mudah untuk di klarifikasikan. Walaupun demikian, rasa-rasa tersebut merangsang
persepsi lidah ditempat yang sama.

1. rasa manis dan asin terutama diujung lidah


2. rasa asam disisi lidah
3. rasa pahit dirasakan dipangkal lidah
Makanan yang masuk kemulut akan merangsang produksi saliva dan asam labung. Hal ini juga
berlaku sebagai perlindungan tubuh. Jika makanan yang dimakan mengandung zat berbahaya dan rasanya
tidak enak, tubuh akan merespons dengan respons muntah untuk mengeluarkan sisa makanan.

Pemeriksaan Fisik pada Mulut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada mulut hanya inspeksi.

Inspeksi

1. berdiri agak jauh dari klien, cium aroma napasny, normalnya tercium segar. Beberapa bau napas
yang abnormal adalah sebagai berikut.
a. Bau aseton (seperti buah), umumnya ditemukan pada klien dengan diabetes millitus yang
mengalami ketoasidosis atau penderita diabetes melitus dengan nutrisi yang tidak terkendali.
b. Bau amoniak : disebabkan peningkaatan kadar urea dalam tubuh, bisa ditemukan pada klien
dengan gagal ginjal kronis.
c. Bau gangren : bau seperti makan busuk, biasa ditemukan pada pasien abses paru
d. Bau foetor hepatik: ditemukan pada klien dengan koma hepatikum
2. lipatan nasolabial normalnya terletak di tengah. Lihat adanya kelainan kongenital seperti sumbing
(labioschisis, palatoschisis, labiognatopalatoschis).
3. bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda, lembab, tidak tampak kering
(pecah-pecah), tidak tampak sianosis. Ada penderita herpes biasanya tampak vesikel di sekitar
bibir. Vesikel ini akan pecah dan meninggalkan krustae disekitar bibir.
4. jika klien memakai gigi palsu, lepaskan dahulu. Lihat kelengkapan gigi klien, lihat warna gusi
(normalnya bewarna merah muda). Perhatikan adanya karies dentis, gigi berlubang, atau gigi yang
tangal.
5. perhtikan adanya stoatitis (radang mukosa) dan keloembapan mulut, lihat adanya
sariawan/monilialisi/leukoplakia.
6. posisi lidah tepat ada ditengah. Perhatikan kebersihan lidah, lidah yang kotor (coated) bia
ditemukan pada kebersihan mulut yang kurang, dmam tifoid, pasien koma.
7. posisi uvula teepat ditengah, normalnya bewarna merah muda.
8. perhatikan kondisi tonsil. Tonsil diperiksa apakah meradang atau tidak. Kadang ditemukan naanah
yang melekat pada tonsil (gonore) atau selaput yang bewarna putih keperakan (difteri). Ukuran
besar tonsil didokumentasikan dengan hal-hal sebagai berikut
a. T0 : sudh dilakukan tpnsilektomi (tidak ada tonsil)
b. T1 : ukuran tonsil normal
c. T2 : terjadi pembesaran tonsil tetapi tidak mencapai garis tengah
d. T3 : terjadi pembesaran tonsil dan mencapai garis tengah
e. T4 : terjadi pembesaran tonsil yang sudah melewati garis tengah.

Anda mungkin juga menyukai