net/publication/323026766
CITATIONS READS
0 1,401
12 authors, including:
15 PUBLICATIONS 1 CITATION
National Institute of Public Administration Republic of Indonesia
30 PUBLICATIONS 10 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dewi Sartika on 09 February 2018.
ISBN:
Penerbit:
PKP2A III LAN SAMARINDA
Jalan H.M. Ardans, SH (Ring Road III)
Telepon/Faximile: (0541) 4105611, (0541) 4105612.
e-mail: info@samarinda.lan.go.id
website: samarinda.lan.go.id
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)
(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,0 (lima ratus juta rupiah).
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
KATA PENGANTAR
Wilayah perbatasan negara yang termasuk dalam kerangka wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada umumnya merupakan wilayah
dengan resiko pengelolaan wilayah yang sangat kompleks, bukan hanya masalah
pengelolaan infrastruktur perbatasan, pengelolaan pertahanan dan keamanan,
pengelolaan ekonomi masyarakat, dan juga masalah pendidikan. Wilayah
perbatasan identik dengan berbagai ketertinggalan baik dari segi pembangunan
ekonomi, sosial dan juga pendidikan. Keterbatasan Pemerintah dalam
menjangkau pembangunan seluruh masyarakat termasuk wilayah perbatasan
menyebabkan perbedaan pemerataan hasil pembangunan yang dirasakan oleh
masyakat, terutama masyarakat yang berbatasan langsung dengan negara
tetangga. Kesenjangan pun tak terelakkan.
Pemerintahan saat ini sedang mengkampanyekan wacana bahwa daerah
perbatasan bukan lagi daerah bagian belakang Indonesia akan tetapi justru
merupakan garda terdepan Bangsa Indonesia. Presiden dan wakil presiden RI
terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla telah merancang sembilan agenda prioritas
(nawa cita) yang menempatkan perbatasan sebagai prioritas pembangunan.
Nawa cita digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Melalui sembilan agenda prioritas tersebut,
diharapkan pembangunan wilayah perbatasan juga dapat tersentuh melalui
point ketiga Nawacita tersebut yaitu: "Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan".
Pembangunan wilayah perbatasan ini sangat urgent untuk dilaksanakan hal ini
bukan saja untuk pemerataaan hasil pembangunan akan tetapi juga untuk
menumbuhkan rasa kebanggaan dan nasionalisme bagi masyarakat Indonesia
yang tinggal di kawasan perbatasan. Membangun wilayah perbatasan memang
bukan hal yang mudah, banyak permasalahan-permasalahan yang kompleks
dalam pelaksanaaannya.
Dari berbagai isu dan fenomena yang ada di daerah perbatasan, isu
pendidikan di daerah perbatasan memang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pendidikan merupakan urusan wajib dan dasar yang harus dijadikan prioritas
pembangunan karena menyangkut masalah sumber daya manusia yang ada di
perbatasan.
iii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
iv
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
Executive Summary
Kajian Manajemen Perbatasan
Fokus Inovasi Pendidikan di Perbatasan
Kalimantan Utara
A. Latar Belakang
Keberadaan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan provinsi
termuda di Kalimantan yang berbatasan langsung dengan negara lain,
tidaklah salah bila dikatakan sebagai daerah pinggiran yang dimaksud
dalam Nawacita yang ke-3 tersebut. Pengelolaan wilayah perbatasan yang
dimulai dari Kalimantan Utara berarti pula mewujudkan Nawacita yang
ke-3 tersebut yaitu "Membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan".
Terdapat berbagai isu penting di perbatasan antara lain : isu Batas
Negara Pertahanan dan Keamanan Daerah Perbatasan, isu Kelembagaan,
isu Perekonomian Masyarakat, Isu Pendidikan, Isu Infrastruktur, Isu
Potensi Daerah, dan sebagainya.
Keberadaan berbagai isu tersebut sebenarnya telah terjadi sekian
lama, akan tetapi sampai sekarang isu-isu tersebut masih relevan di
kawasan perbatasan dan menjadi bahan permasalahan yang tidak
kunjung-kunjung terselesaikan. Diperlukan suatu inovasi untuk
mempercepat penyelesaian permasalahan-permasalahan yang ada.
Berdasarkan berbagai isu yang ada masalah pendidikan merupakan
masalah dasar dan prioritas dalam pembangunan daerah perbatasan.
Pada kenyataannya pendidikan dikawasan perbatasan kondisinya sangat
memprihatinkan. Sebagai gerbang terdepan Indonesia pendidikan
didaerah perbatasan keadaannya jauh dari ideal. Hasil pra-riset yang
dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Bagian Pengembangan
Wilayah Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur, dapat diambil
kesimpulan bahwa isu pendidikan merupakan isu yang urgent untuk
diangkat menjadi sebuah kajian di daerah perbatasan. Sebagaimana
kutipan wawancaranya (Interview dilakukan pada tanggal 13 Juli 2015,
v
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
vi
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
vii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
viii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
2. Sekolah Filial
Keberadaan sekolah filial sebetulnya menjawab dari sulitnya letak
geografis desa-desa diperbatasan untuk menjangkau sekolah "resmi" yang
didirikan oleh pemerintah. Keberadaan sekolah filial sangat membantu
pendidikan di desa-desa terpencil yang tidak terjangkau oleh akses
infrastruktur. Permasalahan yang timbul adalah dikarenakan kurangnya
kesadaran dari pendiri-pendiri sekolah filial ini untuk mendaftarkan
sekolahnya ke Dinas Pendidikan Kabupaten. Hal ini dapat dimaklumi
karena kondisi geografis yang sulit maka kelompok-kelompok belajar ini
tumbuh berkembang menjadi sekolah-sekolah filial yang menginduk
pada sekolah "resmi terdekat". Pendaftaran sekolah filial sangat penting
bagi siswa yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Sehingga siswa-siswa yang mengikuti sekolah filial dapat melanjutkan ke
jenjang sekolah diatasnya dengan nomor induk siswa yang telah terdaftar.
Untuk menangani hal ini sudah sepantasnya Dinas pendidikan mencari
solusi agar sekolah-sekolah ini terus berjalan, dan siswa dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan diakui
keberadaannya oleh pemerintah. Dinas Pendidikan melalui Pengawas
Sekolah dapat mendata sekolah-sekolah filial yang berada dikawasan
pengawasannya. Melakukan sosialisasi dan kerja sama dengan pihak
kecamatan untuk memberikan pembinaan kepada sekolah-sekolah filial
ini agar keberadaannya setara dan tidak tertinggal dengan sekolah-
sekolah lainnya.
Bagaimanapun Sekolah Filial adalah solusi dari permasalahan
pendidikan di perbatasan. Bila kita melihat kembali pada undang-undang
bahwa pendidikan adalah hak semua orang, maka keberadaan sekolah
filial ini adalah jawaban atas hal tersebut.
Bila kita melihat Arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap
demi tahap menurut [Fuad Hasan, 2008:193] dalam Zuraida Syahla (2013),
yaitu :
1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-
kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di
Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
ix
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
3. Sarjana Mengajar
Program sarjana mengajar yang digulirkan oleh pemerintah pusat
melalui Kementrian Pendidikan Nasional beberapa tahun belakangan,
merupakan solusi atas kekurangan tenaga pendidik di daerah perbatasan.
Para Sarjana dengan skill dan kemampuan serta motivasi yang tinggi yang
sebelumnya sudah dibekali dengan pengetahuan tentang daerah
perbatasan, turun langsung ke daerah-daerah perbatasan yang sulit
dijangkau. Program Sarjana Mengajar ini cukup menginspirasi
masyarakat di daerah perbatasan agar dapat mengenyam pendidikan
yang lebih baik. Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Zein, 2015
yang menyatakan bahwa tanpa pemberian akses pendidikan dan
kesehatan yang memadai maka wilayah perbatasan akan tetap akan
terbelakang dan termarjinalkan, maka program sarjana mengajar ini
merupan inovasi yang sebaiknya terus dilaksanakan oleh pemerintah,
tentunya dengan terus melakukan evaluasi setiap pelaksanaannya agar
dapat diperbaiki.
Bila kita gambarkan dalam Canvas Template Inovation maka
permasalahan dan solusi inovasi Pendidikan di daerah perbatasan
adalah:
Customer segment adalah menjelaskan siapa saja target-target inovasi
yang akan kita berikan kepada masyarakat/stakeholder sebagai
"pelanggan" kita, mendeskripsikan segmen pelanggan akan menentukan
apa produk dan jasa yang nantinya akan kita berikan kepada pelanggan.
Dalam Canvas Template Inovation dapat dilihat bahwa customer segments
dalam inovasi pendidikan di wilayah perbatasan adalah :
x
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
xi
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
xii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
1. Pemerintah
2. Universitas
3. Swasta
4. NGO Pendidikan
5. Individu/ Kelompok Masyarakat tertentu yang terkait
6. Media
Keadaan di perbatasan pemerintah terbawah kecamatan dan
perangkat desa mempunyai peran penting dalam pembangunan
pendidikan di masyarakat, kehadiran anggota-anggota TNI, pengawas
pendidikan, serta tenaga kesehatan yang ditempatkan di masyarakat
sangat membantu dalam inovasi pendidikan diperbatasan. Keberadaan
Mahasiswa-mahasiswa yang sedang KKN ataupun sarjana mengajar
memberikan inspirasi bagi penduduk untuk terus mencapai pendidikan
tertinggi. Pihak swasta seperti Dompet Dhuafa dan juga program CSR dari
perusahaan-perusaahaan swasta sangat membantu. Kehadiran tokoh
masyarakat seperti bidan Suraidah yang mendirikan sekolah tapal batas
juga menjadi key partnership dalam inovasi di pendidikan. RRI
perbatasan menjadi penghubung masyarakat perbatasan untuk
mempertebal bela negara dan nasionalisme ditengah keberadaan station
radio-radio swasta Malaysia yang banyak didengar masyarakat
perbatasan.
Aspek Key Activities adalah kegiatan, aktivitas atau proses kunci
yang ada di inovasi , yaitu :
1. Memberikan pendidikan yg sesuai dgn kondisi di perbatasan
2. Mempermudah akses sekolah
3. Mendorong anak bersekolah dan menekan angka putus sekolah
4. Mengedukasi/ melibatkan masyarakat agar menyekolahkan anak
5. Membangun infrasturtur, sarpras pendukung pendidikan
Dalam kenyataannya aktifitas/kegiatan tersebut masih berjalan
dengan sangat lambat, perlu progres yang lebih cepat apalagi bila
dibandingkan dengan negara tetangga yang jauh melangkah di depan.
Aspek Key Resources merupakan sumber daya kunci atau utama
yang diperlukan dalam menciptakan nilai tambah / inovasi, yaitu:
xiii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
xiv
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
xv
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
B. Rekomendasi
Dari berbagai fenomena dan permasalahan tersebut maka dapat
diberikan berbagai macam solusi inovasi pendidikan bagi peningkatan
pendidikan di daerah perbatasan, di antaranya:
A. Lingkup Guru, Siswa dan sosial masyarakat
1. Optimalisasi penyuluh (pertanian) & TNI sebagai tenaga guru
tambahan/ bantu. Penyuluh & TNI dapat menjangkau wilayah pelosok
di perbatasan. Kurangnya jumlah guru kiranya dapat ditutupi dengan
peran penyuluh (pertanian) dan TNI yang nantinya berperan sebagai
guru tambahan/ bantu.
2. Selain itu, juga dapat memanfaatkan guru-guru ngaji/ pendeta desa,
kelompok karang taruna desa, dukun, bidan sebagai guru bagi anak-
anak di desanya (team teaching). Tentu ini diperlukan pelatihan, adanya
Alokasi Dana Desa (ADD) relatif dapat menutupi kebutuhan
operasional pihak-pihak tersebut.
3. Kurangnya jumlah siswa pada kelas yang sama, dapat diatasi dengan
membentuk kelas tanpa jenjang (multiage class). Pada kelas ini akan
diajarkan mata pelajaran atau pengetahuan yang bersifat umum.
4. Memanfaatkan anak didik yang telah menduduki kelas yang lebih
tinggi untuk membantu mengajari anak didik dengan kelas yang lebih
rendah. Hal ini untuk mengatasi keterbatasan jumlah guru yang ada
xvi
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
B. Lingkup Fasilitas
1. Jauhnya jarak antar sekolah mendorong perlunya dibentuk sekolah
darurat pada desa-desa yang berdampingan. Jika sebelumnya anak
didik yang mendatangi sekolah, maka kali ini sekolah yang mendatangi
peserta didik. Jika memungkinkan memanfaatkan kantor desa/
kecamatan yang berdekatan sebagai sekolah darurat.(penggabungan
Ujian Nasional)
2. Terbatasnya buku-buku diperbatasan dapat ditanggulangi dengan
menghimpun bantuan pengadaan buku bagi sekolah-sekolah
diperbatasan dari CSR perusahaan-perusahaan. Mendorong siswa di
sekolah-sekolah perkotaan untuk menyumbangkan buku-buku
pelajaran ketika mereka tamat. Begitu juga dengan kelengkapan/
fasilitas lainnya seperti pakaian sekolah, alat praktek laboratorium dan
sebagainya
3. Menghimpun dana CSR atau dana publik lainnya untuk mendorong
peningkatan fasilitas pendidikan diperbatasan (sekolah swasta, dan
xvii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
lain-lain)
4. Mendorong fasilitas internet masuk perbatasan
xviii
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
EXECUTIVE SUMMARY .......................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. xix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xx
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan dan Tujuan .................................................. 7
C. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 8
xix
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gap Kondisi Pendidikan Saat Ini
di Daerah Perbatasan ...................................................... 6
Gambar 1.2 Kerangka Fikir .................................................................. 10
Gambar 2.1 Model Canvas Template Innovation ................................. 54
Gambar 4.1 Canvas Template Innovation .............................................. 86
xx
KAJIAN MANAJEMEN PERBATASAN DI KALIMANTAN
FOKUS INOVASI PENDIDIKAN DI WILAYAH PERBATASAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Regulasi Pengelolaan Kawasan Perbatasan ........................ 13
Tabel 2.2 Karakteristik Layanan ............................................................. 20
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Ruang Kelas SD
di Kabupaten Nunukan .......................................................... 56
Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana Ruang Kelas SMP
di Kabupaten Nunukan .......................................................... 57
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Ruang Kelas SMA
di Kabupaten Nunukan .......................................................... 58
Tabel 3.4 Jumlah Siswa SD di Kabupaten Nunukan .......................... 60
Tabel 3.5 Jumlah Siswa SMP di Kabupaten Nunukan ....................... 61
Tabel 3.6 Jumlah Siswa SMA di Kabupaten Nunukan ....................... 62
Tabel 3.7 Jumlah Tenaga Pendidik SD
di Kabupaten Nunukan ........................................................... 63
Tabel 3.8 Jumlah Tenaga Pendidik SMP
di Kabupaten Nunukan............................................................ 65
Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Pendidik SMA
di Kabupaten Nunukan .......................................................... 66
Tabel 4.1 Keterkaitan masalah dengan inovasi dan
dampak yang diharapkan ...................................................... 92
xxi