OLEH :
Ummu Aiman
C014182922
PEMBIMBING RESIDEN :
dr. Mikael Sri P
SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Erlyn Limoa, Ph.D, Sp KJ
1
LEMBAR PENGESAHAN
Stambuk : C014182022
referat dan laporan kasus dengan judul di atas dalam rangka kepanitraan klinik pada
Makassar.
2
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Z
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal Lahir : Pinrang, 5 Mei 1968
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosis Sementara : Skizofrenia Paranoid
Pasien datang ke Instalasi gawat darurat RSKD Dadi pada tanggal 31
Desember 2019 untuk yang pertama kalinya diantar oleh ipar beliau.
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
3
Seorang pasien perempuan berusia 52 tahun datang ke ugd RSKD
untuk kedua kalinya dibawa oleh tantenya dengan keluhan gelisah
karena melihat pria yang meminta untuk bersetubuh dengannya dialami
dalam 2 bulan terakhir dan memberat dalam 1 bulan ini. Puncaknya
pada hari selasa (31 Desember 2019) pasien merasa mual mual karena
merasa dihamili oleh mantan pacarnya . Selain melihat bayangan
mantan pacarnya, pasien juga sering terlihat gaduh gelisah dan bicara-
bicara sendiri, curiga keluarganya bahwa hartanya akan dicuri dan
diambil oleh keluarganya, sangat curiga terhadap orang yang baru
dikenalnya karena merasa suaminya akan diambil, tidur baik, makan
baik dan pasien rajin mandi.
Awal perubahan perilaku pada tahun 2012, pasien bercerai dengan
suami pertamanya karena suami pasien hanya ingin mengambil harta
pasien. Setelah perceraian, pasien mulai sering berteriak pada malam
hari. Kemudian pasien menikah kembali, namun bercerai karena suami
pasien merasa istrinya sudah gangguan jiwa. Dari kedua
pernikahannya, pasien tidak memiliki anak. Sebelumnya pasien pernah
dirawat di RSKD dadi pada tahun 2012, pasien sering memukul
orangutanya tanpa sebab dan berteriak sendiri pada malam hari dan
berfikir ada seseorang yang ingin memperkosanya.
b. Hendaya dan disfungsi
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya waktu senggang (+)
c. Faktor stress psikososial
Awal perubahan perilaku pasien 8 tahun yang lalu (2012) saat pasien
diceraikan oleh suaminya dan pasien selalu merasa mantan pacarnya
datang kembali untuk meminta berhubungan seksual.
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
Riwayat infeksi (-)
4
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat NAPZA (-)
Riwayat alcohol (-)
Merokok (-)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Tidak ada.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak ada.
5
E. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
b. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah sebanyak 2 kali, suami pertama cerai dan suami
kedua ditinggal karena gangguan jiwa yang dialami gangguan jiwa
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam akan tetapi tidak menjalankan ibadahnya
dengan baik.
G. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama orang tuanya
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa orang disekitarnya ingin merebut suaminya
6
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan, wajah tampak sesuai umur (52 tahun), perawakan
normal, postur tubuh tegap, memakai topi warna orange dan ungu, kulit
sawo matang, menggenakan baju gamis berwarna hitam, dan
menggunakan sendal
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien kooperatif namun pasien merasa curiga kepada
pemeriksa karena takut suaminya diambil, tidak ada gerakan
stereotipik, gerakan abrnormal, gerakan involunter maupun gerakan
tidak bertujuan.
4. Pembicaraan
Spontan, kecepatan sedang, intonasi meningkat, kualitas aktif.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kurang Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Disforik
2. Afek : Terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
Waktu : Baik (namun deny)
Tempat : Baik (namun deny)
Orang : Baik
7
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Terganggu
Jangka segera : Terganggu
5. Pikiran Abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Ada
Visual (+) ada, pasien melihat bayangan yang sealu menguntitinya,
bayangan tersebut berbisik untuk membuka baju, dan meminta pasien
untuk bersetubuh dengannya
2. Ilusi : Tidak ada
8
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit).
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
9
Awal perubahan perilaku pada tahun 2012, pasien bercerai dengan
suami pertamanya karena suami pasien hanya ingin mengambil harta pasien.
Setelah perceraian, pasien mulai sering berteriak pada malam hari. Kemudian
pasien menikah kembali, namun bercerai karena suami pasien merasa istrinya
sudah gangguan jiwa. Dari kedua pernikahannya, pasien tidak memiliki anak.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RSKD dadi pada tahun 2012, pasien
sering memukul orangutanya tanpa sebab dan berteriak sendiri pada malam
hari dan berfikir ada seseorang yang ingin memperkosanya.
Pada pemeriksaan status mental pasien datang Seorang perempuan,
wajah tampak sesuai umur (52 tahun), perawakan normal, postur tubuh tegap,
memakai topi warna orange dan ungu, kulit sawo matang, menggenakan baju
gamis berwarna hitam, dan menggunakan sandal. Saat wawancara, pasien
kooperatif namun psien merasa curiga kepada pemeriksa karena takut
suaminya diambil, tidak ada gerakan stereotipik, gerakan abrnormal, gerakan
involunter maupun gerakan tidak bertujuan.Pembicaraan spontan, kecepatan
sedang, intonasi meningkat, kualitas aktif. Sikap terhadap pemeriksa tidak
kooperatif. Mood disforik, afek terbatas, empati tidak dapat dirabarasakan.
Daya konsentrasi terganggu. Halusinasi visual, gangguan isi pikir yaitu waham
kejaran dan waham curiga. Tilikan derajat 1, penyangkalan sepenuhnya
terhadap penyakit. Secara keseluruhannya, setiap informasi yang diutarakan
pasien dapat dipercaya.
10
akan merebut suaminya, dan pasien tidak merasa sakit dan heran mengapa
dimasukkan ke rumah sakit jiwa (Hendaya dalam menilai realita). Oleh
karena itu, digolongkan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan sebagai
gangguan mental non organik.
Berdasarkan status mental diperoleh kesadaran kualitatif normal dan
kuantitatif GCS 15 (Compos mentis), mood disforik, afek terbatas, empati tidak
dapat dirabarasakan. Pikiran abstrak terganggu dan kemampuan menolong diri
tidak baik. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi visual serta waham
curiga dan kejaran. Maka pasien digolongkan Gangguan jiwa psikotik.
Berdasarkan dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental. Keluhan
pasien tidak disebabkan oleh adanya penggunaan zat tertentu maupun kondisi
medis tertentu sehingga memenuhi gejala Skizofrenia paranoid (F20.0).
VII.DAFTAR MASALAH
ORGANOBIOLOGIK : Tidak temukan adanya kelainan fisik yang
bermakna.
PSIKOLOGIK : Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga
memerlukan psikoterapi.
SOSIOLOGIK : Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,
pekerjaan, dan waktu senggang sehingga pasien
membutuhkan penanganan psikososial.
VIII. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
11
Trihexyphenidil 2mg/12jam/oral
2. Psikoterapi
CBT : Membangun kembali pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan),
menguji pola pikir, memutuskan apa yang bermanfaat dan yang tidak
bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun cara berpikir yang
lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami
penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan.
Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi agar minum obat
secara teratur.
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka
dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses pemulihan pasien.
IX. PROGNOSIS
2. Faktor penghambat :
12
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umu pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
13
a. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, disertai
baik oleh waham yang mengambang ,aupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas
b. Arus pikiran yang terputus yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan
c. Perilaku katatonik
d. Gejala-gejala negatif
3. Gejala-gejala khas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dan penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan:
1. Halusinasi dan /atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit atau bunyi tawa
b. Halusinasi pembauan atatu pengecapan rasa atau bersifat
seksual atau halusinasi visual
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis
2. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata dan tidak menonjol.2
Diagnosis banding yang boleh dipertimbangkan pada pasien ini adalah
Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik (F31.2)
dan Skizoafektif (F25).2
Medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, tetapi
intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan
psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase
perbaikan dibanding fase akut. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan
menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan
pasien.
14
Pasien ini diberikan Haloperidol 1,5 mg, sesuai dengan terapi
antipsikosis tipikal. Risperidon bekerja dengan cara menghambat reseptor
dopamine.3 Pasien turut diberikan Chlorpromazin 100 mg yang merupakan
obat antipsikosis. Ianya bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamin
Selain itu, pasien turut diberikan Trihexyphenidyl 5mg untuk
mengobati gejala ekstrapiramidal. Gejala ekstrapiramidal ini muncul akibat
penggunaan obat antipsikotik. Trihexyphenidyl bekerja dengan cara
menghambat asetilkolin.4
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi interpersonal dan
sosioterapi. Hal ini sesuai karena terapi interpersonal, sosioterapi dan kognitif
telah terbukti efektifitasnya dalam kasus gangguan psikotik. Terapi kognitif
bertujuan untuk mengurangi gejala depresi dan mencegah rekurensi, dengan
cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi masalah dan mengubah pola
pikir pasien menjadi positif. Terapi interpersonal dilakukan untuk
memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan
interpersonal. Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien,
atau orang disekitar pasien dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan
suasana yang mendukung pasien.5
15
DAFTAR PUSTAKA
2. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM 5. Cetakan 2. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Fk-Unika Atma Jaya. Di cetak oleh PT. Nuh Jaya
5. Amir Syarif et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI Jakarta. 2012
16