Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Ragil Tri A.

Kelas :C
NIM : 18504241044

Guru atau Kurikulum

A. Pembahasan
Penelitian menunjukkan bahwa guru yang efektif adalah faktor paling penting
yang berkontribusi terhadap prestasi siswa. Meskipun kurikulum, pengurangan
ukuran kelas, pendanaan kabupaten, keterlibatan keluarga dan masyarakat
semuanya berkontribusi pada peningkatan sekolah dan prestasi siswa, faktor yang
paling berpengaruh adalah guru. Memilih guru yang efektif sangat penting bagi
sekolah yang berusaha meningkatkan kinerja mereka.
Penelitian di Tennessee mengungkapkan bahwa siswa yang ditempatkan
dengan guru yang sangat efektif selama tiga tahun berturut-turut secara signifikan
mengungguli siswa yang sebanding dalam penilaian matematika (persentil ke-96
versus 44). Kualitas guru memiliki efek abadi pada pembelajaran siswa. Data dari
Dallas mengungkapkan bahwa seorang siswa yang memiliki guru yang luar biasa
untuk hanya satu tahun akan tetap di depan rekan-rekannya setidaknya untuk
beberapa tahun ke depan. Sayangnya, kebalikannya juga benar: jika seorang
siswa memiliki guru yang tidak efektif, efek negatif pada prestasinya mungkin tidak
sepenuhnya diperbaiki hingga tiga tahun. Sebuah studi terhadap guru kelas tiga di
sebuah distrik sekolah di kota Virginia menemukan bahwa siswa guru mendapat
peringkat teratas dalam kuartil skor efektivitas sekitar 30 hingga 40 poin skor skala
lebih tinggi dari yang diharapkan pada Penilaian Penilaian Standar Virginia dalam
Bahasa Inggris dan matematika, sementara siswa guru di kuartil bawah mencetak
sekitar 24 hingga 32 poin lebih rendah dari yang diharapkan pada tes ini. Jelas
bahwa denominator umum dalam peningkatan sekolah dan prestasi siswa adalah
guru. Karena itu, sangat penting bahwa sekolah dapat mengidentifikasi guru yang
efektif selama proses perekrutan.
Pendidik di College of William and Mary menjelaskan cara untuk menggunakan
karakteristik pengajaran yang efektif untuk mengevaluasi calon guru. Guru yang
efektif menunjukkan keterampilan dan kualifikasi tertentu. Ini termasuk
kemampuan verbal, kursus pedagogi, pengetahuan siswa berkebutuhan khusus,
sertifikasi guru, dan pengetahuan isi mata pelajaran khusus yang akan diajarkan.
Ciri-ciri pribadi seperti sikap positif dan perhatian, keadilan dan rasa hormat
kepada siswa, antusiasme, dedikasi, dan pengajaran reflektif berkontribusi pada
efektivitas guru-guru ini di kelas. Yang sama pentingnya adalah keterampilan kelas
dalam organisasi dan manajemen kelas. Perencanaan instruksional,
mengalokasikan waktu untuk akademisi, menjaga siswa terlibat, menggunakan
strategi pengajaran yang tepat, urutan instruksi yang benar, strategi bertanya,
memantau pembelajaran dan membedakan pembelajaran untuk masing-masing
siswa adalah karakteristik penting dari seorang guru yang efektif. Pendidik di
College of William and Mary telah mengembangkan bagan karakteristik ini yang
mereka gunakan untuk membantu memilih guru. Bagan ini menyarankan apa yang
harus dicari dalam portofolio pemohon, pertanyaan apa yang harus ditanyakan
dalam wawancara untuk mengukur setiap keterampilan, dan apa yang harus
didengarkan dalam respons pemohon.
Meskipun begitu kualitas pendidikan, di samping dipengaruhi guru berkualitas,
juga sangat ditentukan kurikulum yang digunakan. Kurikulum yang baik, terbuka,
dinamis dan dapat mengakomodasi keterampilan global, dan yang didukung guru
berkualitas. Selain itu, iklim sekolah yang positif akan menghasilkan lulusan
dengan kemampuan akademik dan leadership kuat.
Saat ini kesempatan meng-akomodasi berbagai keterampilan global pada
kurikulum sekolah sudah tersedia luas, sedangkan kebutuhan akan diversifikasi
kurikulum merupakan keniscayaan. Itu karena, memang faktanya, tantangan ke
depan juga sangat kompleks dan beragam.
Sekolah-sekolah yang ber-afiliasi dengan Cambridge International Examination
(CIE) sudah memperkenalkan silabus global perspective. Sekolah-sekolah yang
berafiliasi dengan Organisasi International Baccalaureate (IBO) yang ingin
menciptakan global leaders. Memperkenalkan kurikulum dengan keterampilan
global, menyiapkan siswa, untuk; pertama, memiliki kemampuan senantiasa
mencari kebenaran ilmiah secara konstruktif, fokus, dan terarah.
Kedua, berani mengambil inisiatif, berpikir kritis, dan kreatif dalam membuat
setiap keputusan. Ketiga, memiliki kemampuan mendengar dan terbuka terhadap
gagasan baru. Selain itu juga mampu mengemukakan gagasan dan informasi
dalam bahasa yang jernih, jelas, dan percaya diri. Keempat, mandiri dan memiliki
kepercayaan diri melakukan sesuatu yang baru tanpa perasaan cemas.
Kelima, senantiasa memiliki kemauan belajar dan melakukan penjajakan
terhadap tema dan topik yang sesuai dan relevan dengan kehidupan pribadinya,
negara, dan kepentingan global. Keenam, memegang teguh prinsip moral,
memiliki integritas, jujur, dan perasaan keadilan.
Ketujuh, memiliki kepekaan dan perasaan empati terhadap kebutuhan dan
perasaan pihak lain. Sosok yang memiliki komitmen untuk senantiasa berbuat dan
melayani kepentingan publik.
Kedelapan, menaruh hormat terhadap pandangan, nilai, tradisi, kebiasaan, dan
kebudayaan yang dimiliki dan diyakini pihak/individu lain. Kesembilan, paham
pentingnya menjaga keseimbangan kesehatan fisik, mental, spiritual, dan
kehidupan pribadi.
Kesepuluh, bersedia sungguh-sungguh merenungkan, mempelajari, dan
menganalisis kembali setiap langkah perbuat-annya, baik itu berupa kekuatan
maupun kelemahan secara konstruktif (IB: 1999).
Finlandia, sebagaimana dikemukakan Pasi Sahlberg (2019), sekarang mencoba
memikirkan bagaimana sekolah harus mengajarkan apa yang dibutuhkan siswa
(kaum muda) ke depan dengan kurikulum yang diberi label phenomenon
curriculum.
Dalam pembelajaran berbasis fenomena (Pheno BL) disebutkan: fenomena
dipelajari sebagai entitas yang lengkap dalam konteksnya yang sebenarnya, dan
informasi serta keterampilan yang terkait dengannya dipelajari dengan melintasi
batas materi pelajaran atau lintas disiplin (MI, 2019).
Pembelajaran berangkat dari tradisi kurikulum yang berbeda. Sebelumnya,
sejumlah mata pelajaran sudah terbagi menjadi bagian-bagian yang relatif kecil
dan terpisah diubah menjadi sangat holistis. Struktur kurikulum berbasis fenomena
mendorong terciptanya peluang untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan tema
yang berbeda sehingga dapat mendukung penerapan metode pembelajaran yang
bermakna, seperti pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah (PBL),
pembelajaran proyek, dan portofolio.
Kurikulum yang baik dan guru yang berkualitas akan mampu memberikan efek
yang bermakna bagi pembelajaran siswa. Sebagaimana dikemukakan Hammond
(2000), “Guru berkualitas ialah guru yang memiliki kemampuan dan dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai tujuan
yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran.”

B. Kesimpulan
Jadi berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa memang
kurikulum yang baik dan guru yang berkualitas akan mampu memberikan efek
yang bermakna bagi pembelajaran siswa, akan tetapi bila kurikulum dan guru
disandingkan dari segi seberapa pengaruhnya dalam Pendidikan, guru lah yang
paling besar pengaruhnya. Oleh karena itu guru berkualitas sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai