NIM : B92217047
Kelas : C1/PMI
Ada tiga kelompok teori yang dibahas. Pertama, kelompok teori modernisasi yang
terutama menekankan factor manusia dan nilai-nilai budayanya sebagai pokok persoalan dalam
pembangunan. K e d u a , kelompok teori ketergantungan. Teori ini merupakan reaksi terhadap
teori modernisasi yang dianggap tidak mencukupi dan menyesatkan. Teori ketergantungan mula-
mula tumbuh di kalangan para ahli ilmu sosial di Amerika Latin. Pengaruhnya kemudian meluas
ke Amerika Serikat dan Eropa, dan akhirnya Asia. Teori ini dipengaruhi oleh metode analisis
Marxis, meskipun membantah beberapa tesis dasar Marxisme, menjadi bahan pembicaraan yang
paling hangat pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an. K e t i g a , Kelompok teori-teori yang
merupakan reaksi terhadap teori ketergantungan. Teori-teori ini belum memiliki nama sendiri
sebagai satu kelompok,karena itu sering disebut sebagai teori pasca ketergantungan. Di
dalamnya terdapat teori system dunia, teori artikulasi, dan sebagainya.
1. Kekayaan rata-rata
Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau
produktivitas Negara tersebut setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya,
produktivitas ini diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product
(GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), karena
PNB atau PDB mengukur hasilkeseluruhan dari sebuah Negara, padahal besar negara
(dalam arti jumlah penduduknya) berlainan, untuk bisa membandingkan dipakai ukuran
PNB/kapita atau PDB/kapita. Dengan itu dapat dilihat berapa produksi rata-rata setiap
orang dari negara yang bersangkutan.
2. Pemerataan
Selain kekayaan rata-rata, untuk mengukur pembangunan digunakan pula aspek
pemerataan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemerataan ini secara sederhana diukur
dengan melihat berapa prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk termiskin, berapa
prosen oleh 40% penduduk golongan menengah, dan berapa prosen oleh 20 % penduduk
terkaya. Kalau terjadi ketimpangan yang luar biasa, misalnya 20 % penduduk terkaya
meraih lebih dari 50% PNB, sedangkan sisanya dibagi diantara 80% penduduknya ,
ketimpangan antara orang-orang kaya dan miskin dianggap besar.
3. Kualitas kehidupan
Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara
adalah dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality of Life Index). Tolak
ukur PQLI ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indicator, yakni 1. rata-rata
harapan hidup sesudahumur satu tahun. 2. rata-rata jumlah kematian bayi. 3. rata-rata
prosentasi buta dan melek huruf.
4. Kerusakan lingkungan
Dalam Kriteria keberhasilan pembangunan yangpaling baru, dimasukkan juga
faktor kerusakanlingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunanya sebuah
pembangunan yang pada saat ini memang tinggi produktivitasnya, merata pembagiannya,
tetapi tidak dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya.
5. Keadilan sosial dan kesinambungan
Sebenarnya, faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat.
Keadilan sosial bukan lah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan moral, yaitu
demi keadilan saja. Tetapi faktor ini berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga.
Bila terjadi kesenjangan yang terlalu mencolok antara orang-orang kaya dan miskin,
masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan secara politis. Orang-orang miskin itu
cenderung untuk menolak status quo yang ada. Yang terakhir bahwa kalau kita
renungkan, pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok. Pertama, masalah materi
yang mau dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil
inisiatif, yang menjadi manusia pembangunan. Bagaimanapun juga, pembangunan pada
akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia.
Pada bab II, Budiman (1996) secara khusus membedah teori modernisasi (pembangunan) sebagai
masalah internal yang meliputi teori-teori sebagai berikut :