Anda di halaman 1dari 6

Nama : Abdul Mujib Khoiri

NIM : B92217047

Kelas : C1/PMI

REVIEW BUKU TEORI PEMBANGUNAN KARYA ARIEF BUDIMAN

Buku teori pembangunan dunia ketiga, Karya Arief


Budiman (1996) seperti dalam pengantarnya membahas beberapa teori pembangunan untuk
dunia ketiga. Istilah dunia ketiga lebih diartikan sebagai negara-negara yang secara ekonomi
masih miskin, atau negara-negara yang sedang berkembang, tanpa melihat ideologinya.
Kemudian yang dimaksud dengan teori-teori pembangunan dunia ketiga adalah teori-teori
pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin
atau negara-negara yang sedang berkembang dalam sebuah dunia yang didominasi oleh kekuatan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan militer negara-negara adikuasa atau negara-negara industri
maju.

Ada tiga kelompok teori yang dibahas. Pertama, kelompok teori modernisasi yang
terutama menekankan factor manusia dan nilai-nilai budayanya sebagai pokok persoalan dalam
pembangunan. K e d u a , kelompok teori ketergantungan. Teori ini merupakan reaksi terhadap
teori modernisasi yang dianggap tidak mencukupi dan menyesatkan. Teori ketergantungan mula-
mula tumbuh di kalangan para ahli ilmu sosial di Amerika Latin. Pengaruhnya kemudian meluas
ke Amerika Serikat dan Eropa, dan akhirnya Asia. Teori ini dipengaruhi oleh metode analisis
Marxis, meskipun membantah beberapa tesis dasar Marxisme, menjadi bahan pembicaraan yang
paling hangat pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an. K e t i g a , Kelompok teori-teori yang
merupakan reaksi terhadap teori ketergantungan. Teori-teori ini belum memiliki nama sendiri
sebagai satu kelompok,karena itu sering disebut sebagai teori pasca ketergantungan. Di
dalamnya terdapat teori system dunia, teori artikulasi, dan sebagainya.

Pada Bab I Arief Budiman menjelaskan pengertian pembangunan, bagaimana mengukur


pembangunan, beberapa cabang ilmu ekonomi sebagai titik tumpu pembangunan, dan
pembangunan dilihat dari faktor manusianya. Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti
pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan bila
pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Ada beberapa cara mengukur
pembangunan,diantaranya :

1. Kekayaan rata-rata
Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau
produktivitas Negara tersebut setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya,
produktivitas ini diukur oleh Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product
(GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), karena
PNB atau PDB mengukur hasilkeseluruhan dari sebuah Negara, padahal besar negara
(dalam arti jumlah penduduknya) berlainan, untuk bisa membandingkan dipakai ukuran
PNB/kapita atau PDB/kapita. Dengan itu dapat dilihat berapa produksi rata-rata setiap
orang dari negara yang bersangkutan.
2. Pemerataan
Selain kekayaan rata-rata, untuk mengukur pembangunan digunakan pula aspek
pemerataan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemerataan ini secara sederhana diukur
dengan melihat berapa prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk termiskin, berapa
prosen oleh 40% penduduk golongan menengah, dan berapa prosen oleh 20 % penduduk
terkaya. Kalau terjadi ketimpangan yang luar biasa, misalnya 20 % penduduk terkaya
meraih lebih dari 50% PNB, sedangkan sisanya dibagi diantara 80% penduduknya ,
ketimpangan antara orang-orang kaya dan miskin dianggap besar.
3. Kualitas kehidupan
Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara
adalah dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality of Life Index). Tolak
ukur PQLI ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indicator, yakni 1. rata-rata
harapan hidup sesudahumur satu tahun. 2. rata-rata jumlah kematian bayi. 3. rata-rata
prosentasi buta dan melek huruf.
4. Kerusakan lingkungan
Dalam Kriteria keberhasilan pembangunan yangpaling baru, dimasukkan juga
faktor kerusakanlingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunanya sebuah
pembangunan yang pada saat ini memang tinggi produktivitasnya, merata pembagiannya,
tetapi tidak dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya.
5. Keadilan sosial dan kesinambungan
Sebenarnya, faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat.
Keadilan sosial bukan lah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan moral, yaitu
demi keadilan saja. Tetapi faktor ini berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga.
Bila terjadi kesenjangan yang terlalu mencolok antara orang-orang kaya dan miskin,
masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan secara politis. Orang-orang miskin itu
cenderung untuk menolak status quo yang ada. Yang terakhir bahwa kalau kita
renungkan, pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok. Pertama, masalah materi
yang mau dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil
inisiatif, yang menjadi manusia pembangunan. Bagaimanapun juga, pembangunan pada
akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia.

Pada bab II, Budiman (1996) secara khusus membedah teori modernisasi (pembangunan) sebagai
masalah internal yang meliputi teori-teori sebagai berikut :

1. Pembagian kerja secara internasional


Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa setiap Negara harus melakukan
spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimilikinya. Negara-
negara di khatulistiwa yang tanahnya subur seharusnya lebih baik melakukan spesialisasi
di bidang produksi pertanian. Sedangkan Negara-negara di bagian bumi sebelah utara
yang iklimnya tidak cocok untuk usaha pertanian, sebaiknya melakukan kegiatan
produksi di bidang industri. Mereka harus mengembangkan teknologi untuk menciptakan
keunggulan komparatif bagi negaranya.
Karena adanya spesialisasi ini, terjadilah perdagangan internasional, perdagangan
ini saling menguntungkan kedua belah pihak. Negara-negara pertanian dapat membeli
barang-barang industri secara lebih murah (daripada harus memproduksinya sendiri) dan
negara-negara industri dapat membeli hasil pertanian lebih murah. Selanjutnya, teori
pembagian kerja internasional ini juga menyatakan bahwa perdagangan internasional
akan menguntungkan semua pihak, harga barang akan turun dan mencapai titik terendah
bila terjadi perdagangan bebas.
2. Teori Modernisasi
Setelah beberapa tahun teori pembagian kerja internasional ini berlangsung, tampak
bahwa Negara-negara industri menjadi semakin kaya sedangkan Negara-negara pertanian
semakin tertinggal. Oleh karena itu, timbul pertanyaan apa yang menjadi penyebabnya
terhadap kenyataan ini, secara umum terdapat dua kelompok teori : pertama, teori-teori
yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor internal
atau faktor yang terdapat didalam negeri yang bersangkutan, dan teori kelompok ini
dikenal dengan nama Teori Modernisasi. Kedua, teori-teori yang lebih banyak
mempersoalkan faktor-faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya kemiskinan di
Negara-negara tertentu. Kemiskinan utama dilihat sebagai akibat dari bekerjanya
kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan Negara yang bersangkutan tersebut gagal
melakukan pembangunan, dan teori kelompok ini masuk dalam kelompok teori structural.
Berikut adalah kelompok teori yang tergolong ke dalam teori modernisasi :
a. Teori Harrord-Domar : Tabungan dan investasi
Evsey Domar dan Roy Harrod menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah,
pertumbuhan ekonomi masyarakat atau Negara tersebut juga akan rendah, karena itu
berdasarkan pada model ini resep para ahli ekonomi pembangunan di Negara-negara
dunia ketiga untuk memecahkan persoalan keterbelakangannya adalah dengan mencari
tambahan modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
b. Max Weber : Etika Protestan
Salah satu topic penting bagi masalah pembangunan yang dibahas oleh Max Weber
adalah tentang peran agama sebagai faktor yang menyebabkan munculnya kapitalisme di
eropa barat dan Amerika Serikat. Pembahasan ini diterbitkan dalam dua buah esai pada
tahun 1904 dan 1905 yang kemudian diterbitkan men jadi sebuah buku dengan judul The
Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Dalam buku tersebut Weber menjawab
pertanyaan mengapa beberapa Negara di Eropa dan Amerika mengalami kemajuan
ekonomi yang pesat dibawah system kapitalisme.
c. David McClelland : Dorongan Berprestasi (N’ach)
McClelland adalah ahli psikologi sosial, dan dia tertarik pada masalah pembangunan
karena adanya kemiskinan dan keterbelakangan pada banyak masyarakat di dunia ini,
sehingga mengambil kesimpulan bahwa untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil yang
terpenting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. McClelland membuat konsep yang
terkenal yaitu the Need of Achievment yang disingkat N-ach dengan arti kebutuhan atau
dorongan untuk berprestasi.
d. W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
Rostow seorang bapak teori pembangunan dan pertumbuhan yang membagi lima tahapan
pembangunan yaitu : Masyarakat tradisional, pra kondisi untuk lepas landas, lepas landas,
bergerak ke kedewasaan dan zaman konsumsi massal yang tinggi.
e. Alex Inkeles dan David H. Smith : Manusia modern
Menurut mereka pada dasarnya juga berbicara tentang pentin gnya faktor manusia
sebagai komponen penting penopang pembangunan, sebab pembangunan bukan hanya
tentang modal dan teknologi. Ciri manusia modern yaitu keterbukaan terhadap
pengalaman dan ide, punya kesanggupan merencanakan dan berorientasi ke masa
sekarang dan masa depan.
Selanjutnya yaitu bab III, yang membahas teori-teori yang masuk dalam kelompok teori
structural. Teori ini menolak jawaban yang diberikan teori modernisasi, teori structural
berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di Negara-negara dunia ketika yang khususnya
pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang bersikap
eksploitatif, dimana yang kuat melakukan eksploitasin kepada yang lemah. Maka surplus darin
Negara dunia ketiga beralih ke Negara industry maju. Menurut teori structural perdagangan
dunia secara bebas justru merupakan wadah praktek eksploitasi. Teori structural sering dianggap
bersumber pada teori yang digagas oleh Karl Marx, terutama tentang teori bangunan bawah atau
base dan teori bangunan atas atau superstructure. Marx menyatakan bahwa kondisi material
manusia merupakan sumber dari kesadaran dan tingkah laku manusia. Salah satu kelompok teori
yang tergolong dalam teori structural yaitu teori ketergantungan, yang digagas oleh Raul Prebish
dan teori Marxis.
Pada bab IV membahas teori ketergantungan yang menentang pendapat kaum Marxis
klasik yang beranggapan bahwa :
1) Negara pinggiran yang pra kapitalis merupakan Negara yang tidak dinamis dengan
memakai cara produksi Asia yang berlainan dengan cara produksi feodal Eropa yang
menghasilkan kapitalisme.
2) Negara pinggiran yang telah disentuh oleh kapitalis akan bangun dan berkembang
mengikuti jejak Negara kapitalis yang sudah maju.
Teori ketergantungan yang membantah kedua anggapan tersebut menyatakan bahwa Negara
pinggiran yang pra kapitalis mempunyai dinamika sendiri, yang bila tidak disentuh oleh Negara
kapitalis maju akan berkembang secara mandiri dan sebaliknya justru karena sentuhan oleh
Negara kapitalis maju perkembangan Negara pinggiran menjadi terhambat karena masih terus
bergantung pada Negara kapitalis maju. Sehingga keterbelakangan yang terjadi di Negara
pinggiran disebabkan oleh adanya sebuah faktor eksternal.
Bab V membahas teori pasca ketergantungan sebagai perkembangan baru, terlepas dari
kelemahan yang ada di teori ketergantungan sehingga muncul teori baru yang telah memberikan
perspektif baru pada teori pembangunan pada umumnya. Salah satu perspektif penting yang
diberikan adalah banwa aspek eksternal dari pembangunan menjadi penting, yang sebelumnya
pada teori ketergantungan beranggapan bahwa aspek tersebut kurang berperan.
Kritik dari teori ketergantungan dating dari kubu teori liberal ataupun teori Marxis. Kritik
tersebut diperkuat dengan adanya kenyataan empiris bahwa beberapa Negara pinggiran tampak
mengalami kemajuan dalam membangun ekonominya, industrialisasi juga berkembang dengan
pesat disana. Yang pada mulanya dianggap tidak mungkin oleh teori ketergantungan.
Pada Bab VI sebagai penutup dari buku ini, Arif Budiman justru membuka sebuah pemb
ahasan baru kepada pembaca dengan judul bab “Mencari Model Pembangunan Baru”. Sebagai
penutup si penulis mengatakan bahwa pada saat ini, kita sedang mengalami krisis pembangunan.
Berbagai krisis timbul dan sedangkan kita belum dapat melihat model pembangunan mana yang
dapat dijadikan pegangan untuk masa depan. Akankah kita menemukan model pembangunan
yang dapat mengatasi krisis tersebut? Sekian,terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai