Sejak awal kehadiran Islam menegaskan bahwa sama sekali tidak dapat ditolerir segala bentuk
tindakan asusila ataupun asosial yang dilakukan terhadap kaum wanita, sebab telah lama Islam
menyuarakan dengan lantang; wanita adalah makluk Allah yang harus dihargai dan dihormati.
Mereka punya hak aktif dan peran strategis baik diwilayah domistik maupun diwilayah publik.
Perjuangan Islam akan hak-hak ini didasari oleh betapa kuminitas wanita diperlakukan dengan
tidak manusiawi hanya karena qodratnya. Mereka bukan hanya dimarginalkan, bahkan mereka
pun sering mendapatkan perlakuan diskriminatif yang artinya
Mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci apabila mereka telah Suci, Maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.1
Ayat ini merupakan jawaban reaktif dari Islam terhadap segala perlakuan marginal dan
diskriminasi yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi terhadap istri tatkala
sedang haidh. Mereka tidak hanya menjauhi saat makan dan minum, tapi mereka juga
mengusirnya dari rumah.
Untuk itu Islam meletakan dasar-dasar emensipasi yang sampai saat ini menjadi isu hangat
dalam berbagai diskusi. Ironisnya, keasyikan berdikusi tentang hak-hak reproduksi wanita, lebih-
lebih dalam masalah haidh. Akibatnya, banyak diantara kaum hawa yang justru mengalami
sendiri, tak mengerti apa yang mesti dilakukan, sehingga problema seputar masalah haidh
terkesan menjadi materi yang sulit dan rumit untuk dipelajari.Wanita merupakan makhluk
ciptaan Allah yang unik, mulai awal penciptaannya saja sudah tergolong unik. Adam diciptakan
dari saripati tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Keunikan itulah yang
selalu menjadikan wanita sebagai obyek penelitian.
Haidh atau yang sering disebut dengan istilah menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik. Selain itu
merupakan salah satu keunikan wanita sekaligus sebagai permasalahan yang cukup rumit. Setiap
wanita wajib mempelajari dan mengetahui hukum dan cara menghadapinya. Dari sekian banyak
muslimah, kemungkinan yang mengetahui permasalahan haidh tersebut hanya beberapa persen
saja, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui permasalahan haidh secara penuh. Tidak sedikit
diantara wanita terjebak dalam doktrin dan persepsi yang salah “ Setiap darah adalah Haidh dan
Haidh adalah darah ” sebuah ungkapan yang tidak sepenuhnya benar .
Kita bisa menganalisa masih banyak orang sudah dewasa bahkan suami istri tidak mengerti
tentang masalah Haidh seperti contoh mereka tidak tahu bagaimana tata cara mandi yang benar
? Bagaimana shalat dan puasa yang wajib di qadha’i ? Hal ini sangat membutuhkan perhatian
kita semua. Lebih – lebih akhir ini banyak sekali wanita yang haidhnya tidak teratur ( tidak
normal ). Bagaimana dengan mereka yang tidak mengetahui permasalahan ini ? Bukankah
mempelajari permasalahan haidh adalah wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh ? Ironisnya,
mereka yang tidak begitu tahu permasalahan haidh tersebut berasal dari responden yang latar
belakang pendidikannya berbasis Islam. Jika yang berlatar belakang pendidikan Islam saja tidak
tahu, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak mempelajarinya? Lantas siapakah yang
bertanggung jawab dan berdosa terhadap semua ini? Ini adalah tanggungan kita umat islam
untuk senantiasa belajar tentang masalah haidh. Kehadiran ARTIKEL ini yang bertemakan
” Hukum-Hukum Haidh Menurut Perspektif Imam Syafi’i ” mampu menjadi batu loncatan
untuk memahami masalah-masalah wanita baik dari sisi tinjauan kesehatan maupun kajian
Fiqihnya.
HUKUM HAID MENURUT IMAM SYAFI’I
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
Keluar 24
Darah Jam
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
4 4 4
Jam Jam Jam
Keluar
Darah
JADWAL UKURAN HAIDL DAN SUCI 12
Batasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
MinimalHaidl
Maksimal
Umumnya
Umumnya
Tidak masuk
aqol; aktsar ;
dan Gholib
Jadi Masa berhentinya darah yang terjadi disela-sela haidh menurut pendapat Qaul Shahbi (
Pendapat yang bisa dijadikan pegangan . Oleh karena itu shalat atau puasa yang dijalankan pada
masa tersebut dinyatakan tidak sah. Jadi kalau puasa yang dijalankan pada bulan ramadhan,
tetap wajib diqadha meskipun sudah dijalankan dengan sempurna dan sehari penuh darah tidak
keluar sama sekali. 10
Mengeluarkan darah melebihi 15 hari
Diatas sudah dijelaskan bahwa haidh itu paling lama 15 hari, itu bukan berarti seandainya keluar
darah melebihi 15 hari, maka haidhnya 15 dalam lebihnya istihadhah seperti gambar dibawah ini
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Lalu untuk menentukan berapa berapa haidhnya dan berapa istihadhahnya terlebih dahulu kita
harus mengetahui perincian-perincian atau penjelaskan yang akan diterangkan pada bab
istihadhah dibelakang.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Kemudian kalau darah yang keluar pada masa tidak boleh haidh ini terus berlangsung sampai
dengan masa boleh haidh ( masa suci setelah mencapai 15 hari ). Adapun darah yang keluar
pada masa tidak boleh haidh adalah istihadhah sedangkan darah yang keluar pada masa boleh
haidh adalah darah haidh jika memenuhi persyaratan darah haidh.
Contoh :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
1. Istihadhah
Istihadhah adalah darah yang keluar darai kemaluan wanita diluar ketentuan haidh dan nifas.
Wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi daimul hadats (orang yang selalu hadats ,
sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi namun wajib berpuasa dan shalat dengan cara
membersihkan najis sekitar kemaluan, kemudian menyumbat dengan kapas sampai masuk
kedalam vagina yang tidak wajib ketika istinjak., kecuali dia sedang berpuasa walaupun puasa
sunnah. 11
Apabila dia sudah sesuai dengan ketentuan diatas maka sudah dianggap cukup maka segera
melakuakan wudhu dengan niat :
Masalah Istihadhah sangat erat kaitanya dengan kuat dan lemahnya darah yang dipengaruhi oleh
warna dan sifat darah.
1. Kental, cair
2. Berbau dan tidak berbau
Warna nomor 1 lebih kuat dari pada nomor 2, warna nomor 2 lebih kuat dari pada nomor 3.
begitu seterusnya.12
Apabila masing-masing darah mempunyai warna dan sifat yang sama-sama kuat maka yang
dihukumi darah kuat adalah darah yang lebih dahulu keluar.
Macam-Macam Musthahadhah
Wanita yang mengalami istihadhah terbagi menjadi 7 macam
1. Mubtadi’ah Mumayyizah yaitu wanita yang baru pertama kali haidh serta bisa
dibedakan darah kuat dan darah lemah dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut
2. Darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 Jam)
3. Darah kuat tidak melebihi 15 hari.
4. Darah lemah (yang kleuar antara darah kuat ) tidak kurang dari lima belas hari.
5. Darah lemah harus terus menerus dalam arti kedua darah tidak keluar secara silih
berganti.12
Bagi wanita yang demikian ini drah yang dihukumi haidh adalah darah yang kuat meskipun
darah tersebut keluar lebih akhir.
Contoh seorang wanita yang belum pernah haidh mengluarkan darah sebagai berikut :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Keterangan :
Darah Kuat
Darah Lemah
Perincian hukum = Mandi Hari ke 15 , Qadha Shalat 10 hari, Haidh = 5 hari, Istihadhah = 20
hari.
Contoh 2 seorang wanita mengeluarkan darah kuat 3 hari sedangkan darah lemah 20 hari maka
perincian hukumnya 3 hari haidh 20 istihadhah namun untuk bulan pertama harus menunggu 15
hari kemudian bulan berikutnya dia wajib mandi disaat darah kuat berubah menjadi darah lemah
2. Mubtadi’ah Ghoiru Mumayyizah adalah wanita yang baru pertama kali mengeluarkan
darah melebihi dari 15 hari dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah
atau bisa namun tidak memenuhi persyaratan pada golongan yang pertama maka yang
dihukumi haidh adalah sehari semalam dan sisanya dihukum istihadhah 13contoh
seorang wanita baru pertama kali mengeluarkan darah melebihi 15 hari dengan satu
macam warna darah.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Perincian hukumnya haid= 1 hari satu malam=, mandi = hari ke 16 , istihadhah = 29 hariPada
golongan yang kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari unutk bulan
selanjutnya tidak menunggu 15 hari tapi begitu darah keluar 14 jam dia wajib mandi.
3. Mu’tadah Mumayyizah adalah wanita yang sudah pernah haidh kemudian mengalami
istihadhah serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah serta 3 ketentuan
pertama maka darah kuat dihukumi haidh dan darah lemah dihukumi istihadhah .
Kecuali apabila antara kebiasaannya haidnya(adat) dan darah kuat dipisah oleh darah
15 hari maka masa yang sesuai sesuai dengan adat dihukumi haidh begitu juga dengan
darah kuat sedangkan darah lemah yang memisah diantara keduanya dihukumi
istihadhah (masa suci).
Contoh wanita yang sudah pernah haid mengeluarkan darah sebagai berikut
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
adat
haidh
Keluar
darah
Keterangan
Darah Kuat
Darah Lemah
Perincian hukumnya= Haidh = 4 hari, Mandi = hari ke 16, Istihadhah= 18 hari, Qadha Shalat =
12 hari.
Wanita mempunyai adat 8 hari mengeluarkan darah 28 hari, 25 darah lemah darah kuat 3 hari
maka 8 hari diawal dihukumi haidh karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3
hari diakhir sedangkan 19 hari dihukumi istihadhah 19 hari pemisah dihukumi istihadhah (suci ).
1. Apabila adat haidh dan sucinya berubah-rubah secara runtut, samapi dua putaran maka
haidh dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya sesuai dengan urutan putaranya
Bulan I : haidh 6 hari
1. Apabila adatnya mencapai dua putaran, tapi tidak berurutan maka haidnya disamakan
dengan adat bulan sebelum istihadhah.
Contoh
1. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran maka haidhnya disamakan dengan bulan
sebelumnya istihadhah.
Contoh
berpuasa
thalaq
mandi
Dia harus mandi tiap-tiap akan melakukan shalat setelah masuk waktu, kalau ia memang tidak
ingat, maka khusus pada waktu tersebut dia wajib mandi disamping beberapa syarat yang
terdapat pada mustahadhah.
6. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Qodron la Waktan adalah Wanita
yang sudah pernah haidh, kemudian dia mengalami istihadhah serta dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa tapi tidak memenuhi awal dan dia masih
mengingat kebiasaan lamanya masa haidh, namun dia lupa kapan mulainya maka
ketentuanya sebagai berikut :
hari yang diyakini haidh dihukumi seperti orang yang haidh. Hari yang diyakini usci dihukumi
orang yang suci. Dari hari yang dimungkinkan suci dan mungkin haidh maka hukumnya
disamakan dengan golongan yang kelima.
Contoh. Wanita sudah pernah haidh kemudian mengeluarkan darah lebih 15 hari ia masih ingat
masa haidh sebelumnya semisal 5 hari dalam 10 hari awal bulan, namun dia lupa kapan
persisnya tanggal mulai haidh dan ia hanya ingat pada tanggal 1 suci, maka :
Tanggal 7 sampai 10 mungkin haidh dan mingkin suci dan mungkin mulai putusnya haidh.
tanggal 6 samapi 19 mungki haidh mungkin suci dan mungkin putusnya haidh
Hal ini dikarena syaratnya sahnya puasa harus suci dari haidl, namun jika haidl terjadi pada
bulan Ramadhon, ia harus mengqodho pada bulan-bulan yang lain , alas an diwajibkan untuk
mengqodlo , karena jika hal tersebut diwajibkan untuk mengqodho, tidak begitu dirasakan berat
oleh mereka, berbeda dengan sholat.
3. Membaca Al Qur’an.
Keharaman membaca Al Qur’an bagai wanita yang haidl, didasari dari sabda Nabi Muhammad
SAW. Yang artinya bagi orang yang menjalani haidl dan junub tidak diperkenankan membaca Al
Qur’an.
8. Thowaf.
Ibadah thowaf, haram dilakukan bagi orang yang haidl, berdasarkan dari sabda nabi Muhammad
SAW. Pada sayyidah ‘Aisah yang artinya “ lakukan apa saja bagi orang yang haji hanya saja
kamu jangan melakukan thowaf.
Sealain dilarang melakukan aktifitas tertentu, dia juga dibenarkan melakukan aktifitas berikut:
1.Wanita yang sedang haid boleh mendengarkan pengajian Alquran.
2.Wanita yang sedang haid boleh membuat makanan.
3.Wanita yang sedang haid dibenarkan makan bersama suaminya.
4.Wanita yang sedang haid juga dibenarkan membesuk orang sakit atau melayat orang
meninggal dunia.
5. Wanita yang sedang haid dibenarkan membaca salawat, zikir, tasbih, atau ayat Alquran.
Adapun Ayat Alquran yang dibenarkan untuk dibaca adalah (a) ayat yang digunakan untuk zikir,
seperti kalimat ”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un”; (b) ayat yang biasa digunakan untuk
berdoa, seperti kalimat doa ketika naik kendaraan ”Subhana-L-Lazi Sakhkhara Lana Hadza Wa
Ma Kunna Lahu Muqrinin”; (c) ayat yang digunakan sebagai doa untuk memuji Allah Swt.,
seperti kalimat ’Alhamdulillah Rabbil Alamin”; (d) ayat yang digunakan untuk memulai semua
pekerjaan, seperti kalimat ”bismillahirrahmanirrahim.” Ayat-ayat doa tersebut dibenarkan dibaca
bila sengaja diniatkan untuk berdoa atau berzikir. Namun, jika diniatkan untuk membaca
Alquran, maka hukumnya haram.
Wanita yang sedang haid boleh bercumbu denga suaminya, bahkan sampai suaminya
mengeluarkan sperma, kecuali bercumbu pada bagian antara pusar sampai lutut.Wanita yang
sedang haid boleh jadi pengantin. Perlu diketahui, haid tidak menjadi penghalang keabsahan
nikah. Jika dia dicerai, maka yang terkena hukum haram adalah suaminya. 15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut Pandangan imam syafi’i bahwa seorang wanita dikatakan orang haidh
apalabila mengeluarkan darah memenuhi 4 syarat antara lain :
2. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari
3. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
4. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
5. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Apabila tidak memenuhi persyaratan diatas maka darah tersebut dikatakan darah
istihadhah(suci).
Lanjut
Cari
Tulisan Terakhir
Hukum
My blog
Menu 1
Home
Hukum Wanita Haid
Komentar Terbaru
Arsip
November 2015
Agustus 2015
Kategori
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com.
Ikuti
(PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I)
Sejak awal kehadiran Islam menegaskan bahwa sama sekali tidak dapat ditolerir segala bentuk
tindakan asusila ataupun asosial yang dilakukan terhadap kaum wanita, sebab telah lama Islam
menyuarakan dengan lantang; wanita adalah makluk Allah yang harus dihargai dan dihormati.
Mereka punya hak aktif dan peran strategis baik diwilayah domistik maupun diwilayah publik.
Perjuangan Islam akan hak-hak ini didasari oleh betapa kuminitas wanita diperlakukan dengan
tidak manusiawi hanya karena qodratnya. Mereka bukan hanya dimarginalkan, bahkan mereka
pun sering mendapatkan perlakuan diskriminatif yang artinya
Mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci apabila mereka telah Suci, Maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.1
Ayat ini merupakan jawaban reaktif dari Islam terhadap segala perlakuan marginal dan
diskriminasi yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi terhadap istri tatkala
sedang haidh. Mereka tidak hanya menjauhi saat makan dan minum, tapi mereka juga
mengusirnya dari rumah.
Untuk itu Islam meletakan dasar-dasar emensipasi yang sampai saat ini menjadi isu hangat
dalam berbagai diskusi. Ironisnya, keasyikan berdikusi tentang hak-hak reproduksi wanita, lebih-
lebih dalam masalah haidh. Akibatnya, banyak diantara kaum hawa yang justru mengalami
sendiri, tak mengerti apa yang mesti dilakukan, sehingga problema seputar masalah haidh
terkesan menjadi materi yang sulit dan rumit untuk dipelajari.Wanita merupakan makhluk
ciptaan Allah yang unik, mulai awal penciptaannya saja sudah tergolong unik. Adam diciptakan
dari saripati tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Keunikan itulah yang
selalu menjadikan wanita sebagai obyek penelitian.
Haidh atau yang sering disebut dengan istilah menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik. Selain itu
merupakan salah satu keunikan wanita sekaligus sebagai permasalahan yang cukup rumit. Setiap
wanita wajib mempelajari dan mengetahui hukum dan cara menghadapinya. Dari sekian banyak
muslimah, kemungkinan yang mengetahui permasalahan haidh tersebut hanya beberapa persen
saja, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui permasalahan haidh secara penuh. Tidak sedikit
diantara wanita terjebak dalam doktrin dan persepsi yang salah “ Setiap darah adalah Haidh dan
Haidh adalah darah ” sebuah ungkapan yang tidak sepenuhnya benar .
Kita bisa menganalisa masih banyak orang sudah dewasa bahkan suami istri tidak mengerti
tentang masalah Haidh seperti contoh mereka tidak tahu bagaimana tata cara mandi yang benar
? Bagaimana shalat dan puasa yang wajib di qadha’i ? Hal ini sangat membutuhkan perhatian
kita semua. Lebih – lebih akhir ini banyak sekali wanita yang haidhnya tidak teratur ( tidak
normal ). Bagaimana dengan mereka yang tidak mengetahui permasalahan ini ? Bukankah
mempelajari permasalahan haidh adalah wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh ? Ironisnya,
mereka yang tidak begitu tahu permasalahan haidh tersebut berasal dari responden yang latar
belakang pendidikannya berbasis Islam. Jika yang berlatar belakang pendidikan Islam saja tidak
tahu, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak mempelajarinya? Lantas siapakah yang
bertanggung jawab dan berdosa terhadap semua ini? Ini adalah tanggungan kita umat islam
untuk senantiasa belajar tentang masalah haidh. Kehadiran ARTIKEL ini yang bertemakan
” Hukum-Hukum Haidh Menurut Perspektif Imam Syafi’i ” mampu menjadi batu loncatan
untuk memahami masalah-masalah wanita baik dari sisi tinjauan kesehatan maupun kajian
Fiqihnya.
HUKUM HAID MENURUT IMAM SYAFI’I
Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan oleh orang arab jahiliyah. Mereka tidak mau
mengumpuli istri-istri mereka yang dalam keadaan haidh. Selain itu, mereka juga tidak mau
makan, minum, duduk dalam satu majlis, dan tinggal seatap bersama istrinya yang sedang haidh.
Perlakuan mereka terhadap istri-istrinya yang sedang haidh sama dengan perlakuan orang-orang
Yahudi. Mereka mengucilkan istri-istrinya layaknya membuang sampah atau kotoran. Al-
Mujahid mengatakan orang-orang Arab Jahiliyah pada saat itu, jika mendapati istrinya sedang
haidh, maka mereka akan menjauhi istrinya. Selama istrinya tersebut haidh, mereka akan
menyetubuhi istrinya melalui anusnya.6
1. Pembahasan Tentang Haidh
2. Pengertian Haidh
Haidh atau bisa disebut menstruasi, secara harfiyah mempunyai arti mengalir. Sedangkan
menurut syar’i adalah darah yang keluar dari alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia 9
tahun kurang dari 16 hari ( usia 8 tahun 11 bulan 14 hari ) dan keluar secara alami (tabiat
perempuan) bukan disebabkan melahirkan istihadhah.7
Yang dimaksud awal usia 9 tahun disini adalah tahun hijriyah, bukan tahun masehi sebab antara
keduanya ada perbedaan. Agar lebih jelas dapat dilihat pada keterangan dibawah ini : 9 tahun H
= 8 bulan 23 hari 19 jam 12 menit.Jadi dapat disimpulkan, masuk usia haidh dalam penaggalan
masehi adalah : umur 8 tahun M 8 bulan 7 hari 19 jam 13 menit 8
2. Ketentuan-Ketantuan Darah Haidh.9
Darah yang keluar dihukumi haidh apabila memenuhi 4 syarat :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
Keluar 24
Darah Jam
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8
4 4 4
Jam Jam Jam
Keluar
Darah
MinimalHaidl
Maksimal
Umumnya
Umumnya
Tidak masuk
aqol; aktsar ;
dan Gholib
Jadi Masa berhentinya darah yang terjadi disela-sela haidh menurut pendapat Qaul Shahbi (
Pendapat yang bisa dijadikan pegangan . Oleh karena itu shalat atau puasa yang dijalankan pada
masa tersebut dinyatakan tidak sah. Jadi kalau puasa yang dijalankan pada bulan ramadhan,
tetap wajib diqadha meskipun sudah dijalankan dengan sempurna dan sehari penuh darah tidak
keluar sama sekali. 10
Mengeluarkan darah melebihi 15 hari
Diatas sudah dijelaskan bahwa haidh itu paling lama 15 hari, itu bukan berarti seandainya keluar
darah melebihi 15 hari, maka haidhnya 15 dalam lebihnya istihadhah seperti gambar dibawah ini
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Lalu untuk menentukan berapa berapa haidhnya dan berapa istihadhahnya terlebih dahulu kita
harus mengetahui perincian-perincian atau penjelaskan yang akan diterangkan pada bab
istihadhah dibelakang.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Kemudian kalau darah yang keluar pada masa tidak boleh haidh ini terus berlangsung sampai
dengan masa boleh haidh ( masa suci setelah mencapai 15 hari ). Adapun darah yang keluar
pada masa tidak boleh haidh adalah istihadhah sedangkan darah yang keluar pada masa boleh
haidh adalah darah haidh jika memenuhi persyaratan darah haidh.
Contoh :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
1. Istihadhah
Istihadhah adalah darah yang keluar darai kemaluan wanita diluar ketentuan haidh dan nifas.
Wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi daimul hadats (orang yang selalu hadats ,
sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi namun wajib berpuasa dan shalat dengan cara
membersihkan najis sekitar kemaluan, kemudian menyumbat dengan kapas sampai masuk
kedalam vagina yang tidak wajib ketika istinjak., kecuali dia sedang berpuasa walaupun puasa
sunnah. 11
Apabila dia sudah sesuai dengan ketentuan diatas maka sudah dianggap cukup maka segera
melakuakan wudhu dengan niat :
Masalah Istihadhah sangat erat kaitanya dengan kuat dan lemahnya darah yang dipengaruhi oleh
warna dan sifat darah.
1. Hitam
2. Merah
3. Kekuning-kuningan
4. Kuning
5. Keruh
Sifat-Sifat darah
1. Kental, cair
2. Berbau dan tidak berbau
Warna nomor 1 lebih kuat dari pada nomor 2, warna nomor 2 lebih kuat dari pada nomor 3.
begitu seterusnya.12
Apabila masing-masing darah mempunyai warna dan sifat yang sama-sama kuat maka yang
dihukumi darah kuat adalah darah yang lebih dahulu keluar.
Macam-Macam Musthahadhah
Wanita yang mengalami istihadhah terbagi menjadi 7 macam
1. Mubtadi’ah Mumayyizah yaitu wanita yang baru pertama kali haidh serta bisa
dibedakan darah kuat dan darah lemah dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut
2. Darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 Jam)
3. Darah kuat tidak melebihi 15 hari.
4. Darah lemah (yang kleuar antara darah kuat ) tidak kurang dari lima belas hari.
5. Darah lemah harus terus menerus dalam arti kedua darah tidak keluar secara silih
berganti.12
Bagi wanita yang demikian ini drah yang dihukumi haidh adalah darah yang kuat meskipun
darah tersebut keluar lebih akhir.
Contoh seorang wanita yang belum pernah haidh mengluarkan darah sebagai berikut :
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Keterangan :
Darah Kuat
Darah Lemah
Perincian hukum = Mandi Hari ke 15 , Qadha Shalat 10 hari, Haidh = 5 hari, Istihadhah = 20
hari.
Contoh 2 seorang wanita mengeluarkan darah kuat 3 hari sedangkan darah lemah 20 hari maka
perincian hukumnya 3 hari haidh 20 istihadhah namun untuk bulan pertama harus menunggu 15
hari kemudian bulan berikutnya dia wajib mandi disaat darah kuat berubah menjadi darah lemah
2. Mubtadi’ah Ghoiru Mumayyizah adalah wanita yang baru pertama kali mengeluarkan
darah melebihi dari 15 hari dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah
atau bisa namun tidak memenuhi persyaratan pada golongan yang pertama maka yang
dihukumi haidh adalah sehari semalam dan sisanya dihukum istihadhah 13contoh
seorang wanita baru pertama kali mengeluarkan darah melebihi 15 hari dengan satu
macam warna darah.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keluar
Darah
Perincian hukumnya haid= 1 hari satu malam=, mandi = hari ke 16 , istihadhah = 29 hariPada
golongan yang kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari unutk bulan
selanjutnya tidak menunggu 15 hari tapi begitu darah keluar 14 jam dia wajib mandi.
3. Mu’tadah Mumayyizah adalah wanita yang sudah pernah haidh kemudian mengalami
istihadhah serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah serta 3 ketentuan
pertama maka darah kuat dihukumi haidh dan darah lemah dihukumi istihadhah .
Kecuali apabila antara kebiasaannya haidnya(adat) dan darah kuat dipisah oleh darah
15 hari maka masa yang sesuai sesuai dengan adat dihukumi haidh begitu juga dengan
darah kuat sedangkan darah lemah yang memisah diantara keduanya dihukumi
istihadhah (masa suci).
Contoh wanita yang sudah pernah haid mengeluarkan darah sebagai berikut
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
adat
haidh
Keluar
darah
Keterangan
Darah Kuat
Darah Lemah
Perincian hukumnya= Haidh = 4 hari, Mandi = hari ke 16, Istihadhah= 18 hari, Qadha Shalat =
12 hari.
Wanita mempunyai adat 8 hari mengeluarkan darah 28 hari, 25 darah lemah darah kuat 3 hari
maka 8 hari diawal dihukumi haidh karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3
hari diakhir sedangkan 19 hari dihukumi istihadhah 19 hari pemisah dihukumi istihadhah (suci ).
1. Apabila adat haidh dan sucinya berubah-rubah secara runtut, samapi dua putaran maka
haidh dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya sesuai dengan urutan putaranya
Bulan I : haidh 6 hari
1. Apabila adatnya mencapai dua putaran, tapi tidak berurutan maka haidnya disamakan
dengan adat bulan sebelum istihadhah.
Contoh
1. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran maka haidhnya disamakan dengan bulan
sebelumnya istihadhah.
Contoh
berpuasa
thalaq
mandi
Dia harus mandi tiap-tiap akan melakukan shalat setelah masuk waktu, kalau ia memang tidak
ingat, maka khusus pada waktu tersebut dia wajib mandi disamping beberapa syarat yang
terdapat pada mustahadhah.
Contoh. Wanita sudah pernah haidh kemudian mengeluarkan darah lebih 15 hari ia masih ingat
masa haidh sebelumnya semisal 5 hari dalam 10 hari awal bulan, namun dia lupa kapan
persisnya tanggal mulai haidh dan ia hanya ingat pada tanggal 1 suci, maka :
Tanggal 7 sampai 10 mungkin haidh dan mingkin suci dan mungkin mulai putusnya haidh.
Tanggal 11 sampai akhir bulan yankin suci.
tanggal 6 samapi 19 mungki haidh mungkin suci dan mungkin putusnya haidh
Hal ini dikarena syaratnya sahnya puasa harus suci dari haidl, namun jika haidl terjadi pada
bulan Ramadhon, ia harus mengqodho pada bulan-bulan yang lain , alas an diwajibkan untuk
mengqodlo , karena jika hal tersebut diwajibkan untuk mengqodho, tidak begitu dirasakan berat
oleh mereka, berbeda dengan sholat.
3. Membaca Al Qur’an.
Keharaman membaca Al Qur’an bagai wanita yang haidl, didasari dari sabda Nabi Muhammad
SAW. Yang artinya bagi orang yang menjalani haidl dan junub tidak diperkenankan membaca Al
Qur’an.
8. Thowaf.
Ibadah thowaf, haram dilakukan bagi orang yang haidl, berdasarkan dari sabda nabi Muhammad
SAW. Pada sayyidah ‘Aisah yang artinya “ lakukan apa saja bagi orang yang haji hanya saja
kamu jangan melakukan thowaf.
Sealain dilarang melakukan aktifitas tertentu, dia juga dibenarkan melakukan aktifitas berikut:
Adapun Ayat Alquran yang dibenarkan untuk dibaca adalah (a) ayat yang digunakan untuk zikir,
seperti kalimat ”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un”; (b) ayat yang biasa digunakan untuk
berdoa, seperti kalimat doa ketika naik kendaraan ”Subhana-L-Lazi Sakhkhara Lana Hadza Wa
Ma Kunna Lahu Muqrinin”; (c) ayat yang digunakan sebagai doa untuk memuji Allah Swt.,
seperti kalimat ’Alhamdulillah Rabbil Alamin”; (d) ayat yang digunakan untuk memulai semua
pekerjaan, seperti kalimat ”bismillahirrahmanirrahim.” Ayat-ayat doa tersebut dibenarkan dibaca
bila sengaja diniatkan untuk berdoa atau berzikir. Namun, jika diniatkan untuk membaca
Alquran, maka hukumnya haram.
Wanita yang sedang haid boleh bercumbu denga suaminya, bahkan sampai suaminya
mengeluarkan sperma, kecuali bercumbu pada bagian antara pusar sampai lutut.Wanita yang
sedang haid boleh jadi pengantin. Perlu diketahui, haid tidak menjadi penghalang keabsahan
nikah. Jika dia dicerai, maka yang terkena hukum haram adalah suaminya. 15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut Pandangan imam syafi’i bahwa seorang wanita dikatakan orang haidh
apalabila mengeluarkan darah memenuhi 4 syarat antara lain :
2. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari
3. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
4. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
5. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Apabila tidak memenuhi persyaratan diatas maka darah tersebut dikatakan darah
istihadhah(suci).
Lanjut
Cari
Tulisan Terakhir
Hukum
My blog
Menu 1
Home
Hukum Wanita Haid
Komentar Terbaru
Arsip
November 2015
Agustus 2015
Kategori
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com.
Ikuti