Anda di halaman 1dari 27

(PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I)

Sejak awal kehadiran Islam menegaskan bahwa sama sekali tidak dapat ditolerir segala bentuk
tindakan asusila ataupun asosial yang dilakukan terhadap kaum wanita, sebab telah lama Islam
menyuarakan dengan lantang; wanita adalah makluk Allah yang harus dihargai dan dihormati.
Mereka punya hak aktif dan peran strategis baik diwilayah domistik maupun diwilayah publik.
Perjuangan Islam akan hak-hak ini didasari oleh betapa kuminitas wanita diperlakukan dengan
tidak manusiawi hanya karena qodratnya. Mereka bukan hanya dimarginalkan, bahkan mereka
pun sering mendapatkan perlakuan diskriminatif yang artinya

Mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci apabila mereka telah Suci, Maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.1
Ayat ini merupakan jawaban reaktif dari Islam terhadap segala perlakuan marginal dan
diskriminasi yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi terhadap istri tatkala
sedang haidh. Mereka tidak hanya menjauhi saat makan dan minum, tapi mereka juga
mengusirnya dari rumah.

Untuk itu Islam meletakan dasar-dasar emensipasi yang sampai saat ini menjadi isu hangat
dalam berbagai diskusi. Ironisnya, keasyikan berdikusi tentang hak-hak reproduksi wanita, lebih-
lebih dalam masalah haidh. Akibatnya, banyak diantara kaum hawa yang justru mengalami
sendiri, tak mengerti apa yang mesti dilakukan, sehingga problema seputar masalah haidh
terkesan menjadi materi yang sulit dan rumit untuk dipelajari.Wanita merupakan makhluk
ciptaan Allah yang unik, mulai awal penciptaannya saja sudah tergolong unik. Adam diciptakan
dari saripati tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Keunikan itulah yang
selalu menjadikan wanita sebagai obyek penelitian.

Haidh atau yang sering disebut dengan istilah menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik. Selain itu
merupakan salah satu keunikan wanita sekaligus sebagai permasalahan yang cukup rumit. Setiap
wanita wajib mempelajari dan mengetahui hukum dan cara menghadapinya. Dari sekian banyak
muslimah, kemungkinan yang mengetahui permasalahan haidh tersebut hanya beberapa persen
saja, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui permasalahan haidh secara penuh. Tidak sedikit
diantara wanita terjebak dalam doktrin dan persepsi yang salah “ Setiap darah adalah Haidh dan
Haidh adalah darah ” sebuah ungkapan yang tidak sepenuhnya benar .

Kita bisa menganalisa masih banyak orang sudah dewasa bahkan suami istri tidak mengerti
tentang masalah Haidh seperti contoh mereka tidak tahu bagaimana tata cara mandi yang benar
? Bagaimana shalat dan puasa yang wajib di qadha’i ? Hal ini sangat membutuhkan perhatian
kita semua. Lebih – lebih akhir ini banyak sekali wanita yang haidhnya tidak teratur ( tidak
normal ). Bagaimana dengan mereka yang tidak mengetahui permasalahan ini ? Bukankah
mempelajari permasalahan haidh adalah wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh ? Ironisnya,
mereka yang tidak begitu tahu permasalahan haidh tersebut berasal dari responden yang latar
belakang pendidikannya berbasis Islam. Jika yang berlatar belakang pendidikan Islam saja tidak
tahu, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak mempelajarinya? Lantas siapakah yang
bertanggung jawab dan berdosa terhadap semua ini? Ini adalah tanggungan kita umat islam
untuk senantiasa belajar tentang masalah haidh. Kehadiran ARTIKEL ini yang bertemakan
” Hukum-Hukum Haidh Menurut Perspektif Imam Syafi’i ” mampu menjadi batu loncatan
untuk memahami masalah-masalah wanita baik dari sisi tinjauan kesehatan maupun kajian
Fiqihnya.
HUKUM HAID MENURUT IMAM SYAFI’I

1. Hukum Mempelajari Ilmu Haidh.


Mengingat permasalahan haidh selau bersentuhan dengan rutinitas ibadah setiap hari, maka
seorang wanita dituntut untuk mengetahui hukum-hukum permasalahan yang dialaminya, agar
ibadah yang dilakukan sah dan benar menurut syara’. Untuk mengetahui permasalahan tersebut,
maka tidak ada jalan lain kecuali belajar. Sedang ketentuan hukum mempelajarinya sebagai
berikut :

1. Fardhu Kifayah Bagi Wanita Yang Sudah Baligh


Wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh untuk belajar dan mengerti permasalahan yang
berhubungan dengan haidh, nifas dan Istihadhah. Sebab mempelajari hal-hal yang menjadi syarat
keabsahan dan batalnya seseuatau ibadah adalah fardhu’ain. Sehingga setiap wanita wajib keluar
dari rumah untuk mempelajari hal tersebut sedangakan bagi suami atau mahram tidak boleh
untuk mencegahnya, manakala mereka tidak mampu mengajarinya. Jika mampu mengajarinya
maka wajib bagi mereka memberi penjelasan dan diperbolehkan baginya untuk mencegah wanita
tersebut keluar dari rumah. 2

2. Fardhu Kifayah Bagi Laki-Laki


Mengingat permasalahan haidh, nifas dan istihadhah tidak bersentuhan langsung dengan rutinitas
ibadah kaum laki-laki, maka hukum mempelajarinya adalah fardhi kifayah. Sebab mempelajari
ilmu-ilmu yang tidak berkaitan langsung dengan amaliyah ibadah yang harus dilakukan,
hukumnya adalah Fardhu Kifayah. Hal ini untuk menegakan agama dan untuk keperluan fatwa. 3
1. Sejarah dan Pandangan Orang Yahudi dan Nasrani Terhadap Wanita Haidh
2. Sejarah Haidh
Wanita yang pertama kali mengeluarkan darah haidh adalah Siti Hawa a.s.-nenek moyang
manusia setelah dia diturunkan ke bumi. Hawa diturunkan bersama Adam ke bumi dikarenakan
telah melanggar larangan Allah SWT. Telah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati pohon
huldi. Namun, rupanya Hawa tergoda oleh bujuk-rayu setan yang terus menerus. Dia pun
memetik buah dari pohon itu sehingga mengeluarkan getah. 4
Secara analogis, getah pohon memiliki kesamaan ‘sebab’ dengan darah haidh. Getah pohon
dapat menghasilkan buah, meskipun terkadang membuat orang merasa jengkel karena terkena
getah. Begitu juga dengan darah haidh, ia dapat membantu pembuahan embrio (janin) dalam
rahim wanita, meskipun terkadang membuat suami kesal karena terhalang untuk bersetubuh. 5
2. Pandangan Orang Yahudi Dan Nasrani Terhadap Wanita Yang Haidh.
Haidh menurut Orang Yahudi dianggap sesuatu yang menjengkelkan, mereka selalu berusaha
sekuat tenaga untuk menjauhkan istri-istri mereka. Sebaliknya orang Nasrani, sikap mereka
bertolak belakang dengan sikap orang Yahudi. Bagi orang Nasrani, persoalan haidh bukanlah
suatu halangan untuk menggauli istri-istrinya. Mereka tetap menggauli istrinya meskipun dalam
keadaan haidh.
Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan oleh orang arab jahiliyah. Mereka tidak mau
mengumpuli istri-istri mereka yang dalam keadaan haidh. Selain itu, mereka juga tidak mau
makan, minum, duduk dalam satu majlis, dan tinggal seatap bersama istrinya yang sedang haidh.
Perlakuan mereka terhadap istri-istrinya yang sedang haidh sama dengan perlakuan orang-orang
Yahudi. Mereka mengucilkan istri-istrinya layaknya membuang sampah atau kotoran. Al-
Mujahid mengatakan orang-orang Arab Jahiliyah pada saat itu, jika mendapati istrinya sedang
haidh, maka mereka akan menjauhi istrinya. Selama istrinya tersebut haidh, mereka akan
menyetubuhi istrinya melalui anusnya.6
1. Pembahasan Tentang Haidh
2. Pengertian Haidh
Haidh atau bisa disebut menstruasi, secara harfiyah mempunyai arti mengalir. Sedangkan
menurut syar’i adalah darah yang keluar dari alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia 9
tahun kurang dari 16 hari ( usia 8 tahun 11 bulan 14 hari ) dan keluar secara alami (tabiat
perempuan) bukan disebabkan melahirkan istihadhah.7
Yang dimaksud awal usia 9 tahun disini adalah tahun hijriyah, bukan tahun masehi sebab antara
keduanya ada perbedaan. Agar lebih jelas dapat dilihat pada keterangan dibawah ini : 9 tahun H
= 8 bulan 23 hari 19 jam 12 menit.Jadi dapat disimpulkan, masuk usia haidh dalam penaggalan
masehi adalah : umur 8 tahun M 8 bulan 7 hari 19 jam 13 menit 8
2. Ketentuan-Ketantuan Darah Haidh.9
Darah yang keluar dihukumi haidh apabila memenuhi 4 syarat :

1. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari


2. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
3. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
4. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Darah haidh itu paling sedikit sehari semalam( 24 jam) baik keluarnya secara terus menerus atau
tidak yang masih dalam lingkup 15 hari maka darah tersebut dikatakan haidh seperti contoh
seorang wanita mengeluarkan darah sebagai berikut :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8

Keluar 24
Darah Jam

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8

4 4 4
Jam Jam Jam
Keluar
Darah
JADWAL UKURAN HAIDL DAN SUCI 12
Batasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

MinimalHaidl

Maksimal

Umumnya

Umumnya

Tidak masuk
aqol; aktsar ;
dan Gholib

Jadi Masa berhentinya darah yang terjadi disela-sela haidh menurut pendapat Qaul Shahbi (
Pendapat yang bisa dijadikan pegangan . Oleh karena itu shalat atau puasa yang dijalankan pada
masa tersebut dinyatakan tidak sah. Jadi kalau puasa yang dijalankan pada bulan ramadhan,
tetap wajib diqadha meskipun sudah dijalankan dengan sempurna dan sehari penuh darah tidak
keluar sama sekali. 10
Mengeluarkan darah melebihi 15 hari

Diatas sudah dijelaskan bahwa haidh itu paling lama 15 hari, itu bukan berarti seandainya keluar
darah melebihi 15 hari, maka haidhnya 15 dalam lebihnya istihadhah seperti gambar dibawah ini

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Lalu untuk menentukan berapa berapa haidhnya dan berapa istihadhahnya terlebih dahulu kita
harus mengetahui perincian-perincian atau penjelaskan yang akan diterangkan pada bab
istihadhah dibelakang.

a)Masa suci diantara dua haidh


Masa suci diantara dua haidh itu paling sedikit 15 hari. Umumnya masa suci itu 24 atau 23 hari
apabila haidnya 6/7 hari. Batasan maxsimal suci tidak terbatas. Jadi kalau ada wanita belum
mencapai 15 hari, tiba-tiba keluar darah lagi jelas ini bukan darah haidh tetapi darah istihadhah.
Seperti contoh dibawah ini.
b)Suci belum sampai 15 hari sudah keluar darah lagi
Sudah diterangkan masa suci diantara dua haidh paling sedikit 15 hari maka kalau suci belum
mencapai 15 hari tiba-tiba keluar darah lagi jelas ini bukan darah haidh tetapi darah
istihadhah.Demikian tadi apabila keluarnya darah yang kedua itu setelah 15 hari terhitung dari
hari pertama haidh yang baru saja dijalankan (baru suci) sebab masa tersebut adalah masa boleh
haidh. Masa tidak dapat haid adalah mulai setelah 15 hari terhitung dari darah darah yang awal
haidh yang baru selesai sampai dengan 15 hari terhitung dari akhir tersebut.

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah

Kemudian kalau darah yang keluar pada masa tidak boleh haidh ini terus berlangsung sampai
dengan masa boleh haidh ( masa suci setelah mencapai 15 hari ). Adapun darah yang keluar
pada masa tidak boleh haidh adalah istihadhah sedangkan darah yang keluar pada masa boleh
haidh adalah darah haidh jika memenuhi persyaratan darah haidh.

Contoh :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
1. Istihadhah
Istihadhah adalah darah yang keluar darai kemaluan wanita diluar ketentuan haidh dan nifas.
Wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi daimul hadats (orang yang selalu hadats ,
sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi namun wajib berpuasa dan shalat dengan cara
membersihkan najis sekitar kemaluan, kemudian menyumbat dengan kapas sampai masuk
kedalam vagina yang tidak wajib ketika istinjak., kecuali dia sedang berpuasa walaupun puasa
sunnah. 11
Apabila dia sudah sesuai dengan ketentuan diatas maka sudah dianggap cukup maka segera
melakuakan wudhu dengan niat :

‫نويت الوضؤألستباحة الصالة فرضا هلل تعالى‬


Dan setelah itu segera melaksanakan shalat fardhu( satu wudhu untuk satu fardhu walaupun
walaupun ia mempunyai hadats lain.

Masalah Istihadhah sangat erat kaitanya dengan kuat dan lemahnya darah yang dipengaruhi oleh
warna dan sifat darah.

Warna darah sesui dengan urutan yang paling kuat :


1. Hitam
2. Merah
3. Kekuning-kuningan
4. Kuning
5. Keruh
Sifat-Sifat darah

1. Kental, cair
2. Berbau dan tidak berbau
Warna nomor 1 lebih kuat dari pada nomor 2, warna nomor 2 lebih kuat dari pada nomor 3.
begitu seterusnya.12
Apabila masing-masing darah mempunyai warna dan sifat yang sama-sama kuat maka yang
dihukumi darah kuat adalah darah yang lebih dahulu keluar.

Macam-Macam Musthahadhah
Wanita yang mengalami istihadhah terbagi menjadi 7 macam

1. Mubtadi’ah Mumayyizah yaitu wanita yang baru pertama kali haidh serta bisa
dibedakan darah kuat dan darah lemah dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut
2. Darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 Jam)
3. Darah kuat tidak melebihi 15 hari.
4. Darah lemah (yang kleuar antara darah kuat ) tidak kurang dari lima belas hari.
5. Darah lemah harus terus menerus dalam arti kedua darah tidak keluar secara silih
berganti.12
Bagi wanita yang demikian ini drah yang dihukumi haidh adalah darah yang kuat meskipun
darah tersebut keluar lebih akhir.

Contoh seorang wanita yang belum pernah haidh mengluarkan darah sebagai berikut :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Keterangan :

Darah Kuat

Darah Lemah

Perincian hukum = Mandi Hari ke 15 , Qadha Shalat 10 hari, Haidh = 5 hari, Istihadhah = 20
hari.
Contoh 2 seorang wanita mengeluarkan darah kuat 3 hari sedangkan darah lemah 20 hari maka
perincian hukumnya 3 hari haidh 20 istihadhah namun untuk bulan pertama harus menunggu 15
hari kemudian bulan berikutnya dia wajib mandi disaat darah kuat berubah menjadi darah lemah

2. Mubtadi’ah Ghoiru Mumayyizah adalah wanita yang baru pertama kali mengeluarkan
darah melebihi dari 15 hari dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah
atau bisa namun tidak memenuhi persyaratan pada golongan yang pertama maka yang
dihukumi haidh adalah sehari semalam dan sisanya dihukum istihadhah 13contoh
seorang wanita baru pertama kali mengeluarkan darah melebihi 15 hari dengan satu
macam warna darah.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Perincian hukumnya haid= 1 hari satu malam=, mandi = hari ke 16 , istihadhah = 29 hariPada
golongan yang kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari unutk bulan
selanjutnya tidak menunggu 15 hari tapi begitu darah keluar 14 jam dia wajib mandi.

3. Mu’tadah Mumayyizah adalah wanita yang sudah pernah haidh kemudian mengalami
istihadhah serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah serta 3 ketentuan
pertama maka darah kuat dihukumi haidh dan darah lemah dihukumi istihadhah .
Kecuali apabila antara kebiasaannya haidnya(adat) dan darah kuat dipisah oleh darah
15 hari maka masa yang sesuai sesuai dengan adat dihukumi haidh begitu juga dengan
darah kuat sedangkan darah lemah yang memisah diantara keduanya dihukumi
istihadhah (masa suci).
Contoh wanita yang sudah pernah haid mengeluarkan darah sebagai berikut

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

adat
haidh

Keluar
darah
Keterangan

Darah Kuat

Darah Lemah

Perincian hukumnya= Haidh = 4 hari, Mandi = hari ke 16, Istihadhah= 18 hari, Qadha Shalat =
12 hari.
Wanita mempunyai adat 8 hari mengeluarkan darah 28 hari, 25 darah lemah darah kuat 3 hari
maka 8 hari diawal dihukumi haidh karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3
hari diakhir sedangkan 19 hari dihukumi istihadhah 19 hari pemisah dihukumi istihadhah (suci ).

4. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Qadran wa Waqtan adalah wanita


yang sudah pernah haidh kemudian mengalami is14tihadhah namum ia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau bisa membedakan tapi tidak memenuhi 3
syarat yang terdapat pada golongan pertama dan ia masih ingat kebiasaan lamanya dan
mulai nya haidh yang pernah ia alami maka haidh dan sucinya disamakan dengan adat
haidh dan suci sebelumnya sedangkan ketentuan adat yang dijadikan standar sebagai
berikut :
5. Apabila adat haidh dan suci tidak berubah rubah maka haidh dan sucinya disamakan
dengan sebelumnya.
Contoh Bulan pertama haidh 7 hari, kemudian mengelami istihadhah 3 bulan dengan ketentuan
diatas maka 7 hari awal dari tiap-tiap bulan dihukumi haidh dan sisanya istihadhah.

1. Apabila adat haidh dan sucinya berubah-rubah secara runtut, samapi dua putaran maka
haidh dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya sesuai dengan urutan putaranya
Bulan I : haidh 6 hari

Bulan II : haidh 7 hari

Bulan III : haidh 6 hari

Bulan IV : haidh 7hari

Kemudian bulan ke V – VIII maka haidhnya :

Bulan V : haidh 6 hari

Bulan VI : haidh 6 hari

Bulan VII : haidh 6 hari

Bulan VIII : haidh 6 hari

1. Apabila adatnya mencapai dua putaran, tapi tidak berurutan maka haidnya disamakan
dengan adat bulan sebelum istihadhah.
Contoh

Bulan I : haidh 7 hari


Bulan II : haidh 6 hari

Bulan III : haidh 6 hari

Bulan IV : haidh 7hari

Kemudian istihadhah berbulan-bulan maka haidhnya untuk tiap bulannya 7 hari

1. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran maka haidhnya disamakan dengan bulan
sebelumnya istihadhah.
Contoh

Bulan I : haidh 7 hari

Bulan II : haidh 6 hari

Kemudian mengalami istihadhah maka haidhnya 6n hari tiap-tiap bulan.

5. 5. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Nasiyah Li’adatiha Qodron wa Waktanadalah


wanita yang sudah pernah haidh kemudia mengalami istihadhah, dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau tidak memenuhi 3 syarat pada golongan
pertama dia juga lupa kebiasaandan mulai haid yang pernah dia alami, maka dia
dihukumi sebagian orang yang suci sebagian orang yang haidh.maka haram baginya
melakukan hal-hal sebagai berikut :15
6. bersentuhan kulit antara pusar samapi lutut.
7. menyentuh dan membaca al qur’an dilaur shalat.
8. masuk masjid , baik diam atau sekedar lewat apabila khawatir darahnya menetes. Dan
dia dihukumi seperti orang yang suci boleh melakukan hal – hal sebagai berikut :
shalat, thawaf, dan i’tikaf

berpuasa

thalaq

mandi

Dia harus mandi tiap-tiap akan melakukan shalat setelah masuk waktu, kalau ia memang tidak
ingat, maka khusus pada waktu tersebut dia wajib mandi disamping beberapa syarat yang
terdapat pada mustahadhah.
6. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Qodron la Waktan adalah Wanita
yang sudah pernah haidh, kemudian dia mengalami istihadhah serta dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa tapi tidak memenuhi awal dan dia masih
mengingat kebiasaan lamanya masa haidh, namun dia lupa kapan mulainya maka
ketentuanya sebagai berikut :
hari yang diyakini haidh dihukumi seperti orang yang haidh. Hari yang diyakini usci dihukumi
orang yang suci. Dari hari yang dimungkinkan suci dan mungkin haidh maka hukumnya
disamakan dengan golongan yang kelima.

Contoh. Wanita sudah pernah haidh kemudian mengeluarkan darah lebih 15 hari ia masih ingat
masa haidh sebelumnya semisal 5 hari dalam 10 hari awal bulan, namun dia lupa kapan
persisnya tanggal mulai haidh dan ia hanya ingat pada tanggal 1 suci, maka :

Tanggal 1 dihukumi yakin suci.

Tanggal 2 sampai lima mungkin haidh dan mungkin suci .

Tanggal 6 yakin haidh

Tanggal 7 sampai 10 mungkin haidh dan mingkin suci dan mungkin mulai putusnya haidh.

Tanggal 11 sampai akhir bulan yankin suci.

7. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Waktan la Qadran adalah wanita


yang sudah pernah haidh kemudian mengalami istihadhah dan dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau bisa membedakan tapi tidak memenuhi syarat
yang telah disebutkan serta dia ingat kebiasaan waktu mulainya haidh tapi dia lupa
lamanya haidh maka hukumnya sama dengan golongan pada nomor 6 .
contoh wanita sudah pernah haidh kemudian dia mengalami istihadhah dan dia ingat kalau
tanggal 5 mulai haidh, namun dia tidak ingat sampai kapan haidh itu berhenti, maka :16
tanggal 5 yakin haidh

tanggal 6 samapi 19 mungki haidh mungkin suci dan mungkin putusnya haidh

tanggal 20 yakin haidh sampai tanggal 4 bulan berikutnya yakin suci.

1. Hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan bagi wanita haidl.


Syeh Ibrahim Al Bajuri dalam kitabnya menyebutkan 8 perkara yang tidak diperbolehkan bagi
wanita yang sedang haid antara lain : 17
1. Sholat.
Bagi wanita yang sedang haidl, diharamkan melakukan sholat ( baik sholat Fardlu atau sholat
sunnat, karena memang pada dasarnya ia tidak diwajibkan untuk melakukannya, dan setelah ia
suci tidak diwajibkan mengqodho , karena andaikan diwajibkan untuk mengqodho ia akan
memberatkan, namun berarti ia meninggalkan, berakibat ia berakiabat tidak mendapatkan pahala
sebeb pahala bias mendapatkan jika ia meniati menuruti perintah syar’i.

2 Puasa ( Baik Fardlu atau sunnah )

Hal ini dikarena syaratnya sahnya puasa harus suci dari haidl, namun jika haidl terjadi pada
bulan Ramadhon, ia harus mengqodho pada bulan-bulan yang lain , alas an diwajibkan untuk
mengqodlo , karena jika hal tersebut diwajibkan untuk mengqodho, tidak begitu dirasakan berat
oleh mereka, berbeda dengan sholat.

3. Membaca Al Qur’an.
Keharaman membaca Al Qur’an bagai wanita yang haidl, didasari dari sabda Nabi Muhammad
SAW. Yang artinya bagi orang yang menjalani haidl dan junub tidak diperkenankan membaca Al
Qur’an.

4. Menyentuh atau membawa Al Qur’an


Bagi orang yang menjalani haidl haram baginya menyentuh Al qur’an, didasari Firman Alloh
yang artinya “ tidak beloh menyentuh kecuali bagi orang yang suci.

5. Berdiam diri dimasjid.


Jika sekedar lewat ia diperbolehkan dengan catatan tidak ada kekewatiran mengotori masjid
sedangkan dasar keharaman kerdiam diri masjid bagi orang yang haidl adalah sabda Nabi yang
berbunyi Tidak Halal bagi orang yang junub dan orang yang haidl.

6. Melakukan hubungan layaknya suami istri ( bersetubuh)


Wanita yang sedang menjalani haidl diharamkan bersetubuh, dikarenakan firman Alloh SWT.
Yang artinya : “ Jauhilah wanita yang sedang menjalani haidl ”

7. Bermesraan dengan bersentuhan kulit antara pusar lutut.


Keharaman ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari sahabat mu’adz yang pernah bertanya
kepada beliau sebenarnya sebatas manakah anggota yang dihalalkan untuk suami disaat istrinya
menjalani haidl dari pertanyaan itu Rosulloh menjawab bahwa yang halal bagi suami adalah
antara pusar dan lutut.

8. Thowaf.
Ibadah thowaf, haram dilakukan bagi orang yang haidl, berdasarkan dari sabda nabi Muhammad
SAW. Pada sayyidah ‘Aisah yang artinya “ lakukan apa saja bagi orang yang haji hanya saja
kamu jangan melakukan thowaf.

Sealain dilarang melakukan aktifitas tertentu, dia juga dibenarkan melakukan aktifitas berikut:
1.Wanita yang sedang haid boleh mendengarkan pengajian Alquran.
2.Wanita yang sedang haid boleh membuat makanan.
3.Wanita yang sedang haid dibenarkan makan bersama suaminya.
4.Wanita yang sedang haid juga dibenarkan membesuk orang sakit atau melayat orang
meninggal dunia.
5. Wanita yang sedang haid dibenarkan membaca salawat, zikir, tasbih, atau ayat Alquran.

Adapun Ayat Alquran yang dibenarkan untuk dibaca adalah (a) ayat yang digunakan untuk zikir,
seperti kalimat ”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un”; (b) ayat yang biasa digunakan untuk
berdoa, seperti kalimat doa ketika naik kendaraan ”Subhana-L-Lazi Sakhkhara Lana Hadza Wa
Ma Kunna Lahu Muqrinin”; (c) ayat yang digunakan sebagai doa untuk memuji Allah Swt.,
seperti kalimat ’Alhamdulillah Rabbil Alamin”; (d) ayat yang digunakan untuk memulai semua
pekerjaan, seperti kalimat ”bismillahirrahmanirrahim.” Ayat-ayat doa tersebut dibenarkan dibaca
bila sengaja diniatkan untuk berdoa atau berzikir. Namun, jika diniatkan untuk membaca
Alquran, maka hukumnya haram.
Wanita yang sedang haid boleh bercumbu denga suaminya, bahkan sampai suaminya
mengeluarkan sperma, kecuali bercumbu pada bagian antara pusar sampai lutut.Wanita yang
sedang haid boleh jadi pengantin. Perlu diketahui, haid tidak menjadi penghalang keabsahan
nikah. Jika dia dicerai, maka yang terkena hukum haram adalah suaminya. 15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Menurut Pandangan imam syafi’i bahwa seorang wanita dikatakan orang haidh
apalabila mengeluarkan darah memenuhi 4 syarat antara lain :
2. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari
3. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
4. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
5. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Apabila tidak memenuhi persyaratan diatas maka darah tersebut dikatakan darah
istihadhah(suci).

2. Wanita yang sedangan menstruasi dilarang melakukan ibadah berupa shalat,


puasa,membaca al-qur’an, menyetuh al qur’an, berdiam diri dimasjid, bersetubuh,
bermesraan dengan sentuhan kulit antara pusar dan lutut dan melakukan thawaf.
3. Istihadhah adalah darah yang keluar diluar masa haidh dan nifas sedangkan hukumnya
mustahadhah disamakan dengan orang suci yakni berkewajiban puasa dan shalat 5
waktu adapun tatacaranya :
1. Apabila diantara waktu shalat ada kemungkinan berhentinya darah maka wajib
menantinya dan melakukan shalat pada waktu putus darah tersebut.
2. Jika ada kemungkinan putus darah diantara waktu shalat (darah keluar terus menerus
maka setiap akan melakukan shalat fardhu mustahahah harus membersihan kemaluan,
membalut kemaluan kemudian melakuakn shalat dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Bab Anbiya Juz 1, Semarang : Toha Putra,tth.


Muslim, Shahih Muslim, Bab Al Washiyah Juz 2 , Surabaya : Darul Ihya, tth.
Munzier Suparca, Ilmu Hadits, Jakarta : PT. Roja, 1993

Drs. H. Mudasir, Ilmu Hadits, Bandung : Pustaka Setia, 1999,


Muhammad Ajaj Al Khatib, Hadits Nabi Sebelum Dibukukan., Jakarta : Gema Insani Pres, 1999
Muhammad Ajaj al-Khatib, al-Sunnah Qabla at-Tadwin, Kairo : Maktabah Wahbah, 1963
Prof. Dr. Endang Soetari, Ad, M.Si, Ilmu Hadits, Cibiru-Bandung : CV. Mimbar Pustaka, 2008
1 Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra, 2003,hlm 89
3 Syekh , Inganatut Thalibin Bab Haidh Juz 1, Surabaya : Darul Fikri, tth, hlm.80
4 K.H.Thoifur Ali Wafa, Tetes Tetes Darah Haidh, Yogyakarta : PT.Titian Ilahi, 1996, hlm.6
5 Drs. Abdul Mujib, Probelmatika Wanita, Surabaya : PT. Karya Abditama, 1994, hlm. 16
6 Tim Penyusun Bahtsul Masa’il, Jalan Menuju Wanita Sholihah, Kediri : LBM Hidayatul
Mubtadiin, 2006, hlm. 12
7 Syekh Bajuri, Opcit. Hlm. 111
8 Ustadz Zahro Wardhi, Fiqih Haidh, Jombang : Darul Hikmah, 2008, hlm. 9
9 Ibid, hlm. 10
10. Ahmad Junaedi, Realita Haidl,Kediri, Mejelis Muswaroh Fathul Wahab, 2007, Hlm. 8
11 Nur Salim Habibi, Problematika Haidh dan Do’a-Doa, Kediri : Lajnah Bahstul Masail
PPHM Lirboyo, 2008, hlm.20
12 ibid, hlm.21
13 ibid, hlm.22
14 ibid, hlm.23
15 ibid, hlm.21
16 ibid, hlm.28
17 Ibrahim Al-Bajuri, Hasiyah Al-Bajuri, Semarang: Toha Putra, tth., hlm. 111.
15 Masruhan Ihsan, Kupas Tuntas Menstruasi, terj. Syarif Hade Masah, Jakarta,Misykat, 200),
hlm. 58-61
Hello world!
AGUSTUS 24, 2015 TINGGALKAN KOMENTAR
This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you
like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.
Happy blogging!

Lanjut
Cari
Tulisan Terakhir
 Hukum
 My blog
 Menu 1
 Home
 Hukum Wanita Haid
Komentar Terbaru
Arsip
 November 2015
 Agustus 2015
Kategori
 Uncategorized
Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Blog di WordPress.com.
 Ikuti

(PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I)
Sejak awal kehadiran Islam menegaskan bahwa sama sekali tidak dapat ditolerir segala bentuk
tindakan asusila ataupun asosial yang dilakukan terhadap kaum wanita, sebab telah lama Islam
menyuarakan dengan lantang; wanita adalah makluk Allah yang harus dihargai dan dihormati.
Mereka punya hak aktif dan peran strategis baik diwilayah domistik maupun diwilayah publik.
Perjuangan Islam akan hak-hak ini didasari oleh betapa kuminitas wanita diperlakukan dengan
tidak manusiawi hanya karena qodratnya. Mereka bukan hanya dimarginalkan, bahkan mereka
pun sering mendapatkan perlakuan diskriminatif yang artinya

Mereka bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci apabila mereka telah Suci, Maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.1
Ayat ini merupakan jawaban reaktif dari Islam terhadap segala perlakuan marginal dan
diskriminasi yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi terhadap istri tatkala
sedang haidh. Mereka tidak hanya menjauhi saat makan dan minum, tapi mereka juga
mengusirnya dari rumah.

Untuk itu Islam meletakan dasar-dasar emensipasi yang sampai saat ini menjadi isu hangat
dalam berbagai diskusi. Ironisnya, keasyikan berdikusi tentang hak-hak reproduksi wanita, lebih-
lebih dalam masalah haidh. Akibatnya, banyak diantara kaum hawa yang justru mengalami
sendiri, tak mengerti apa yang mesti dilakukan, sehingga problema seputar masalah haidh
terkesan menjadi materi yang sulit dan rumit untuk dipelajari.Wanita merupakan makhluk
ciptaan Allah yang unik, mulai awal penciptaannya saja sudah tergolong unik. Adam diciptakan
dari saripati tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Keunikan itulah yang
selalu menjadikan wanita sebagai obyek penelitian.
Haidh atau yang sering disebut dengan istilah menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik. Selain itu
merupakan salah satu keunikan wanita sekaligus sebagai permasalahan yang cukup rumit. Setiap
wanita wajib mempelajari dan mengetahui hukum dan cara menghadapinya. Dari sekian banyak
muslimah, kemungkinan yang mengetahui permasalahan haidh tersebut hanya beberapa persen
saja, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui permasalahan haidh secara penuh. Tidak sedikit
diantara wanita terjebak dalam doktrin dan persepsi yang salah “ Setiap darah adalah Haidh dan
Haidh adalah darah ” sebuah ungkapan yang tidak sepenuhnya benar .

Kita bisa menganalisa masih banyak orang sudah dewasa bahkan suami istri tidak mengerti
tentang masalah Haidh seperti contoh mereka tidak tahu bagaimana tata cara mandi yang benar
? Bagaimana shalat dan puasa yang wajib di qadha’i ? Hal ini sangat membutuhkan perhatian
kita semua. Lebih – lebih akhir ini banyak sekali wanita yang haidhnya tidak teratur ( tidak
normal ). Bagaimana dengan mereka yang tidak mengetahui permasalahan ini ? Bukankah
mempelajari permasalahan haidh adalah wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh ? Ironisnya,
mereka yang tidak begitu tahu permasalahan haidh tersebut berasal dari responden yang latar
belakang pendidikannya berbasis Islam. Jika yang berlatar belakang pendidikan Islam saja tidak
tahu, bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak mempelajarinya? Lantas siapakah yang
bertanggung jawab dan berdosa terhadap semua ini? Ini adalah tanggungan kita umat islam
untuk senantiasa belajar tentang masalah haidh. Kehadiran ARTIKEL ini yang bertemakan
” Hukum-Hukum Haidh Menurut Perspektif Imam Syafi’i ” mampu menjadi batu loncatan
untuk memahami masalah-masalah wanita baik dari sisi tinjauan kesehatan maupun kajian
Fiqihnya.
HUKUM HAID MENURUT IMAM SYAFI’I

1. Hukum Mempelajari Ilmu Haidh.


Mengingat permasalahan haidh selau bersentuhan dengan rutinitas ibadah setiap hari, maka
seorang wanita dituntut untuk mengetahui hukum-hukum permasalahan yang dialaminya, agar
ibadah yang dilakukan sah dan benar menurut syara’. Untuk mengetahui permasalahan tersebut,
maka tidak ada jalan lain kecuali belajar. Sedang ketentuan hukum mempelajarinya sebagai
berikut :

1. Fardhu Kifayah Bagi Wanita Yang Sudah Baligh


Wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh untuk belajar dan mengerti permasalahan yang
berhubungan dengan haidh, nifas dan Istihadhah. Sebab mempelajari hal-hal yang menjadi syarat
keabsahan dan batalnya seseuatau ibadah adalah fardhu’ain. Sehingga setiap wanita wajib keluar
dari rumah untuk mempelajari hal tersebut sedangakan bagi suami atau mahram tidak boleh
untuk mencegahnya, manakala mereka tidak mampu mengajarinya. Jika mampu mengajarinya
maka wajib bagi mereka memberi penjelasan dan diperbolehkan baginya untuk mencegah wanita
tersebut keluar dari rumah. 2

2. Fardhu Kifayah Bagi Laki-Laki


Mengingat permasalahan haidh, nifas dan istihadhah tidak bersentuhan langsung dengan rutinitas
ibadah kaum laki-laki, maka hukum mempelajarinya adalah fardhi kifayah. Sebab mempelajari
ilmu-ilmu yang tidak berkaitan langsung dengan amaliyah ibadah yang harus dilakukan,
hukumnya adalah Fardhu Kifayah. Hal ini untuk menegakan agama dan untuk keperluan fatwa. 3
1. Sejarah dan Pandangan Orang Yahudi dan Nasrani Terhadap Wanita Haidh
2. Sejarah Haidh
Wanita yang pertama kali mengeluarkan darah haidh adalah Siti Hawa a.s.-nenek moyang
manusia setelah dia diturunkan ke bumi. Hawa diturunkan bersama Adam ke bumi dikarenakan
telah melanggar larangan Allah SWT. Telah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati pohon
huldi. Namun, rupanya Hawa tergoda oleh bujuk-rayu setan yang terus menerus. Dia pun
memetik buah dari pohon itu sehingga mengeluarkan getah. 4
Secara analogis, getah pohon memiliki kesamaan ‘sebab’ dengan darah haidh. Getah pohon
dapat menghasilkan buah, meskipun terkadang membuat orang merasa jengkel karena terkena
getah. Begitu juga dengan darah haidh, ia dapat membantu pembuahan embrio (janin) dalam
rahim wanita, meskipun terkadang membuat suami kesal karena terhalang untuk bersetubuh. 5
2. Pandangan Orang Yahudi Dan Nasrani Terhadap Wanita Yang Haidh.
Haidh menurut Orang Yahudi dianggap sesuatu yang menjengkelkan, mereka selalu berusaha
sekuat tenaga untuk menjauhkan istri-istri mereka. Sebaliknya orang Nasrani, sikap mereka
bertolak belakang dengan sikap orang Yahudi. Bagi orang Nasrani, persoalan haidh bukanlah
suatu halangan untuk menggauli istri-istrinya. Mereka tetap menggauli istrinya meskipun dalam
keadaan haidh.

Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan oleh orang arab jahiliyah. Mereka tidak mau
mengumpuli istri-istri mereka yang dalam keadaan haidh. Selain itu, mereka juga tidak mau
makan, minum, duduk dalam satu majlis, dan tinggal seatap bersama istrinya yang sedang haidh.
Perlakuan mereka terhadap istri-istrinya yang sedang haidh sama dengan perlakuan orang-orang
Yahudi. Mereka mengucilkan istri-istrinya layaknya membuang sampah atau kotoran. Al-
Mujahid mengatakan orang-orang Arab Jahiliyah pada saat itu, jika mendapati istrinya sedang
haidh, maka mereka akan menjauhi istrinya. Selama istrinya tersebut haidh, mereka akan
menyetubuhi istrinya melalui anusnya.6
1. Pembahasan Tentang Haidh
2. Pengertian Haidh
Haidh atau bisa disebut menstruasi, secara harfiyah mempunyai arti mengalir. Sedangkan
menurut syar’i adalah darah yang keluar dari alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia 9
tahun kurang dari 16 hari ( usia 8 tahun 11 bulan 14 hari ) dan keluar secara alami (tabiat
perempuan) bukan disebabkan melahirkan istihadhah.7
Yang dimaksud awal usia 9 tahun disini adalah tahun hijriyah, bukan tahun masehi sebab antara
keduanya ada perbedaan. Agar lebih jelas dapat dilihat pada keterangan dibawah ini : 9 tahun H
= 8 bulan 23 hari 19 jam 12 menit.Jadi dapat disimpulkan, masuk usia haidh dalam penaggalan
masehi adalah : umur 8 tahun M 8 bulan 7 hari 19 jam 13 menit 8
2. Ketentuan-Ketantuan Darah Haidh.9
Darah yang keluar dihukumi haidh apabila memenuhi 4 syarat :

1. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari


2. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
3. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
4. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Darah haidh itu paling sedikit sehari semalam( 24 jam) baik keluarnya secara terus menerus atau
tidak yang masih dalam lingkup 15 hari maka darah tersebut dikatakan haidh seperti contoh
seorang wanita mengeluarkan darah sebagai berikut :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8

Keluar 24
Darah Jam

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8

4 4 4
Jam Jam Jam
Keluar
Darah

JADWAL UKURAN HAIDL DAN SUCI 12


Batasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

MinimalHaidl

Maksimal

Umumnya

Umumnya

Tidak masuk
aqol; aktsar ;
dan Gholib

Jadi Masa berhentinya darah yang terjadi disela-sela haidh menurut pendapat Qaul Shahbi (
Pendapat yang bisa dijadikan pegangan . Oleh karena itu shalat atau puasa yang dijalankan pada
masa tersebut dinyatakan tidak sah. Jadi kalau puasa yang dijalankan pada bulan ramadhan,
tetap wajib diqadha meskipun sudah dijalankan dengan sempurna dan sehari penuh darah tidak
keluar sama sekali. 10
Mengeluarkan darah melebihi 15 hari
Diatas sudah dijelaskan bahwa haidh itu paling lama 15 hari, itu bukan berarti seandainya keluar
darah melebihi 15 hari, maka haidhnya 15 dalam lebihnya istihadhah seperti gambar dibawah ini

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Lalu untuk menentukan berapa berapa haidhnya dan berapa istihadhahnya terlebih dahulu kita
harus mengetahui perincian-perincian atau penjelaskan yang akan diterangkan pada bab
istihadhah dibelakang.

a)Masa suci diantara dua haidh


Masa suci diantara dua haidh itu paling sedikit 15 hari. Umumnya masa suci itu 24 atau 23 hari
apabila haidnya 6/7 hari. Batasan maxsimal suci tidak terbatas. Jadi kalau ada wanita belum
mencapai 15 hari, tiba-tiba keluar darah lagi jelas ini bukan darah haidh tetapi darah istihadhah.
Seperti contoh dibawah ini.

b)Suci belum sampai 15 hari sudah keluar darah lagi


Sudah diterangkan masa suci diantara dua haidh paling sedikit 15 hari maka kalau suci belum
mencapai 15 hari tiba-tiba keluar darah lagi jelas ini bukan darah haidh tetapi darah
istihadhah.Demikian tadi apabila keluarnya darah yang kedua itu setelah 15 hari terhitung dari
hari pertama haidh yang baru saja dijalankan (baru suci) sebab masa tersebut adalah masa boleh
haidh. Masa tidak dapat haid adalah mulai setelah 15 hari terhitung dari darah darah yang awal
haidh yang baru selesai sampai dengan 15 hari terhitung dari akhir tersebut.

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah

Kemudian kalau darah yang keluar pada masa tidak boleh haidh ini terus berlangsung sampai
dengan masa boleh haidh ( masa suci setelah mencapai 15 hari ). Adapun darah yang keluar
pada masa tidak boleh haidh adalah istihadhah sedangkan darah yang keluar pada masa boleh
haidh adalah darah haidh jika memenuhi persyaratan darah haidh.

Contoh :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
1. Istihadhah
Istihadhah adalah darah yang keluar darai kemaluan wanita diluar ketentuan haidh dan nifas.
Wanita yang mengeluarkan darah tersebut dihukumi daimul hadats (orang yang selalu hadats ,
sehingga wanita tersebut boleh disetubuhi namun wajib berpuasa dan shalat dengan cara
membersihkan najis sekitar kemaluan, kemudian menyumbat dengan kapas sampai masuk
kedalam vagina yang tidak wajib ketika istinjak., kecuali dia sedang berpuasa walaupun puasa
sunnah. 11
Apabila dia sudah sesuai dengan ketentuan diatas maka sudah dianggap cukup maka segera
melakuakan wudhu dengan niat :

‫نويت الوضؤألستباحة الصالة فرضا هلل تعالى‬


Dan setelah itu segera melaksanakan shalat fardhu( satu wudhu untuk satu fardhu walaupun
walaupun ia mempunyai hadats lain.

Masalah Istihadhah sangat erat kaitanya dengan kuat dan lemahnya darah yang dipengaruhi oleh
warna dan sifat darah.

Warna darah sesui dengan urutan yang paling kuat :

1. Hitam
2. Merah
3. Kekuning-kuningan
4. Kuning
5. Keruh
Sifat-Sifat darah

1. Kental, cair
2. Berbau dan tidak berbau
Warna nomor 1 lebih kuat dari pada nomor 2, warna nomor 2 lebih kuat dari pada nomor 3.
begitu seterusnya.12
Apabila masing-masing darah mempunyai warna dan sifat yang sama-sama kuat maka yang
dihukumi darah kuat adalah darah yang lebih dahulu keluar.

Macam-Macam Musthahadhah
Wanita yang mengalami istihadhah terbagi menjadi 7 macam

1. Mubtadi’ah Mumayyizah yaitu wanita yang baru pertama kali haidh serta bisa
dibedakan darah kuat dan darah lemah dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut
2. Darah kuat tidak kurang dari sehari semalam (24 Jam)
3. Darah kuat tidak melebihi 15 hari.
4. Darah lemah (yang kleuar antara darah kuat ) tidak kurang dari lima belas hari.
5. Darah lemah harus terus menerus dalam arti kedua darah tidak keluar secara silih
berganti.12
Bagi wanita yang demikian ini drah yang dihukumi haidh adalah darah yang kuat meskipun
darah tersebut keluar lebih akhir.

Contoh seorang wanita yang belum pernah haidh mengluarkan darah sebagai berikut :

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Keterangan :

Darah Kuat

Darah Lemah

Perincian hukum = Mandi Hari ke 15 , Qadha Shalat 10 hari, Haidh = 5 hari, Istihadhah = 20
hari.

Contoh 2 seorang wanita mengeluarkan darah kuat 3 hari sedangkan darah lemah 20 hari maka
perincian hukumnya 3 hari haidh 20 istihadhah namun untuk bulan pertama harus menunggu 15
hari kemudian bulan berikutnya dia wajib mandi disaat darah kuat berubah menjadi darah lemah

2. Mubtadi’ah Ghoiru Mumayyizah adalah wanita yang baru pertama kali mengeluarkan
darah melebihi dari 15 hari dan dia tidak bisa membedakan darah kuat dan darah lemah
atau bisa namun tidak memenuhi persyaratan pada golongan yang pertama maka yang
dihukumi haidh adalah sehari semalam dan sisanya dihukum istihadhah 13contoh
seorang wanita baru pertama kali mengeluarkan darah melebihi 15 hari dengan satu
macam warna darah.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keluar
Darah
Perincian hukumnya haid= 1 hari satu malam=, mandi = hari ke 16 , istihadhah = 29 hariPada
golongan yang kedua ini mandinya untuk bulan pertama harus menunggu 15 hari unutk bulan
selanjutnya tidak menunggu 15 hari tapi begitu darah keluar 14 jam dia wajib mandi.

3. Mu’tadah Mumayyizah adalah wanita yang sudah pernah haidh kemudian mengalami
istihadhah serta dia bisa membedakan darah kuat dan darah lemah serta 3 ketentuan
pertama maka darah kuat dihukumi haidh dan darah lemah dihukumi istihadhah .
Kecuali apabila antara kebiasaannya haidnya(adat) dan darah kuat dipisah oleh darah
15 hari maka masa yang sesuai sesuai dengan adat dihukumi haidh begitu juga dengan
darah kuat sedangkan darah lemah yang memisah diantara keduanya dihukumi
istihadhah (masa suci).
Contoh wanita yang sudah pernah haid mengeluarkan darah sebagai berikut

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

adat
haidh

Keluar
darah
Keterangan

Darah Kuat

Darah Lemah

Perincian hukumnya= Haidh = 4 hari, Mandi = hari ke 16, Istihadhah= 18 hari, Qadha Shalat =
12 hari.

Wanita mempunyai adat 8 hari mengeluarkan darah 28 hari, 25 darah lemah darah kuat 3 hari
maka 8 hari diawal dihukumi haidh karena disamakan dengan adat sebelumnya, begitu juga 3
hari diakhir sedangkan 19 hari dihukumi istihadhah 19 hari pemisah dihukumi istihadhah (suci ).

4. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Qadran wa Waqtan adalah wanita


yang sudah pernah haidh kemudian mengalami is14tihadhah namum ia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau bisa membedakan tapi tidak memenuhi 3
syarat yang terdapat pada golongan pertama dan ia masih ingat kebiasaan lamanya dan
mulai nya haidh yang pernah ia alami maka haidh dan sucinya disamakan dengan adat
haidh dan suci sebelumnya sedangkan ketentuan adat yang dijadikan standar sebagai
berikut :
5. Apabila adat haidh dan suci tidak berubah rubah maka haidh dan sucinya disamakan
dengan sebelumnya.
Contoh Bulan pertama haidh 7 hari, kemudian mengelami istihadhah 3 bulan dengan ketentuan
diatas maka 7 hari awal dari tiap-tiap bulan dihukumi haidh dan sisanya istihadhah.

1. Apabila adat haidh dan sucinya berubah-rubah secara runtut, samapi dua putaran maka
haidh dan sucinya disamakan dengan adat sebelumnya sesuai dengan urutan putaranya
Bulan I : haidh 6 hari

Bulan II : haidh 7 hari


Bulan III : haidh 6 hari

Bulan IV : haidh 7hari

Kemudian bulan ke V – VIII maka haidhnya :

Bulan V : haidh 6 hari

Bulan VI : haidh 6 hari

Bulan VII : haidh 6 hari

Bulan VIII : haidh 6 hari

1. Apabila adatnya mencapai dua putaran, tapi tidak berurutan maka haidnya disamakan
dengan adat bulan sebelum istihadhah.
Contoh

Bulan I : haidh 7 hari

Bulan II : haidh 6 hari

Bulan III : haidh 6 hari

Bulan IV : haidh 7hari

Kemudian istihadhah berbulan-bulan maka haidhnya untuk tiap bulannya 7 hari

1. Apabila adatnya tidak mencapai dua putaran maka haidhnya disamakan dengan bulan
sebelumnya istihadhah.
Contoh

Bulan I : haidh 7 hari

Bulan II : haidh 6 hari

Kemudian mengalami istihadhah maka haidhnya 6n hari tiap-tiap bulan.


5. 5. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Nasiyah Li’adatiha Qodron wa Waktanadalah
wanita yang sudah pernah haidh kemudia mengalami istihadhah, dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau tidak memenuhi 3 syarat pada golongan
pertama dia juga lupa kebiasaandan mulai haid yang pernah dia alami, maka dia
dihukumi sebagian orang yang suci sebagian orang yang haidh.maka haram baginya
melakukan hal-hal sebagai berikut :15
6. bersentuhan kulit antara pusar samapi lutut.
7. menyentuh dan membaca al qur’an dilaur shalat.
8. masuk masjid , baik diam atau sekedar lewat apabila khawatir darahnya menetes. Dan
dia dihukumi seperti orang yang suci boleh melakukan hal – hal sebagai berikut :
shalat, thawaf, dan i’tikaf

berpuasa

thalaq

mandi

Dia harus mandi tiap-tiap akan melakukan shalat setelah masuk waktu, kalau ia memang tidak
ingat, maka khusus pada waktu tersebut dia wajib mandi disamping beberapa syarat yang
terdapat pada mustahadhah.

6. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Qodron la Waktan adalah Wanita


yang sudah pernah haidh, kemudian dia mengalami istihadhah serta dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah, atau bisa tapi tidak memenuhi awal dan dia masih
mengingat kebiasaan lamanya masa haidh, namun dia lupa kapan mulainya maka
ketentuanya sebagai berikut :
hari yang diyakini haidh dihukumi seperti orang yang haidh. Hari yang diyakini usci dihukumi
orang yang suci. Dari hari yang dimungkinkan suci dan mungkin haidh maka hukumnya
disamakan dengan golongan yang kelima.

Contoh. Wanita sudah pernah haidh kemudian mengeluarkan darah lebih 15 hari ia masih ingat
masa haidh sebelumnya semisal 5 hari dalam 10 hari awal bulan, namun dia lupa kapan
persisnya tanggal mulai haidh dan ia hanya ingat pada tanggal 1 suci, maka :

Tanggal 1 dihukumi yakin suci.

Tanggal 2 sampai lima mungkin haidh dan mungkin suci .

Tanggal 6 yakin haidh

Tanggal 7 sampai 10 mungkin haidh dan mingkin suci dan mungkin mulai putusnya haidh.
Tanggal 11 sampai akhir bulan yankin suci.

7. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Dzakiroh Li’adatiha Waktan la Qadran adalah wanita


yang sudah pernah haidh kemudian mengalami istihadhah dan dia tidak bisa
membedakan darah kuat dan lemah atau bisa membedakan tapi tidak memenuhi syarat
yang telah disebutkan serta dia ingat kebiasaan waktu mulainya haidh tapi dia lupa
lamanya haidh maka hukumnya sama dengan golongan pada nomor 6 .
contoh wanita sudah pernah haidh kemudian dia mengalami istihadhah dan dia ingat kalau
tanggal 5 mulai haidh, namun dia tidak ingat sampai kapan haidh itu berhenti, maka :16
tanggal 5 yakin haidh

tanggal 6 samapi 19 mungki haidh mungkin suci dan mungkin putusnya haidh

tanggal 20 yakin haidh sampai tanggal 4 bulan berikutnya yakin suci.

1. Hal-hal yang diharamkan dan dimakruhkan bagi wanita haidl.


Syeh Ibrahim Al Bajuri dalam kitabnya menyebutkan 8 perkara yang tidak diperbolehkan bagi
wanita yang sedang haid antara lain : 17
1. Sholat.
Bagi wanita yang sedang haidl, diharamkan melakukan sholat ( baik sholat Fardlu atau sholat
sunnat, karena memang pada dasarnya ia tidak diwajibkan untuk melakukannya, dan setelah ia
suci tidak diwajibkan mengqodho , karena andaikan diwajibkan untuk mengqodho ia akan
memberatkan, namun berarti ia meninggalkan, berakibat ia berakiabat tidak mendapatkan pahala
sebeb pahala bias mendapatkan jika ia meniati menuruti perintah syar’i.

2 Puasa ( Baik Fardlu atau sunnah )

Hal ini dikarena syaratnya sahnya puasa harus suci dari haidl, namun jika haidl terjadi pada
bulan Ramadhon, ia harus mengqodho pada bulan-bulan yang lain , alas an diwajibkan untuk
mengqodlo , karena jika hal tersebut diwajibkan untuk mengqodho, tidak begitu dirasakan berat
oleh mereka, berbeda dengan sholat.

3. Membaca Al Qur’an.
Keharaman membaca Al Qur’an bagai wanita yang haidl, didasari dari sabda Nabi Muhammad
SAW. Yang artinya bagi orang yang menjalani haidl dan junub tidak diperkenankan membaca Al
Qur’an.

4. Menyentuh atau membawa Al Qur’an


Bagi orang yang menjalani haidl haram baginya menyentuh Al qur’an, didasari Firman Alloh
yang artinya “ tidak beloh menyentuh kecuali bagi orang yang suci.

5. Berdiam diri dimasjid.


Jika sekedar lewat ia diperbolehkan dengan catatan tidak ada kekewatiran mengotori masjid
sedangkan dasar keharaman kerdiam diri masjid bagi orang yang haidl adalah sabda Nabi yang
berbunyi Tidak Halal bagi orang yang junub dan orang yang haidl.

6. Melakukan hubungan layaknya suami istri ( bersetubuh)


Wanita yang sedang menjalani haidl diharamkan bersetubuh, dikarenakan firman Alloh SWT.
Yang artinya : “ Jauhilah wanita yang sedang menjalani haidl ”

7. Bermesraan dengan bersentuhan kulit antara pusar lutut.


Keharaman ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan dari sahabat mu’adz yang pernah bertanya
kepada beliau sebenarnya sebatas manakah anggota yang dihalalkan untuk suami disaat istrinya
menjalani haidl dari pertanyaan itu Rosulloh menjawab bahwa yang halal bagi suami adalah
antara pusar dan lutut.

8. Thowaf.
Ibadah thowaf, haram dilakukan bagi orang yang haidl, berdasarkan dari sabda nabi Muhammad
SAW. Pada sayyidah ‘Aisah yang artinya “ lakukan apa saja bagi orang yang haji hanya saja
kamu jangan melakukan thowaf.

Sealain dilarang melakukan aktifitas tertentu, dia juga dibenarkan melakukan aktifitas berikut:

1.Wanita yang sedang haid boleh mendengarkan pengajian Alquran.


2.Wanita yang sedang haid boleh membuat makanan.
3.Wanita yang sedang haid dibenarkan makan bersama suaminya.
4.Wanita yang sedang haid juga dibenarkan membesuk orang sakit atau melayat orang
meninggal dunia.
5. Wanita yang sedang haid dibenarkan membaca salawat, zikir, tasbih, atau ayat Alquran.

Adapun Ayat Alquran yang dibenarkan untuk dibaca adalah (a) ayat yang digunakan untuk zikir,
seperti kalimat ”Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un”; (b) ayat yang biasa digunakan untuk
berdoa, seperti kalimat doa ketika naik kendaraan ”Subhana-L-Lazi Sakhkhara Lana Hadza Wa
Ma Kunna Lahu Muqrinin”; (c) ayat yang digunakan sebagai doa untuk memuji Allah Swt.,
seperti kalimat ’Alhamdulillah Rabbil Alamin”; (d) ayat yang digunakan untuk memulai semua
pekerjaan, seperti kalimat ”bismillahirrahmanirrahim.” Ayat-ayat doa tersebut dibenarkan dibaca
bila sengaja diniatkan untuk berdoa atau berzikir. Namun, jika diniatkan untuk membaca
Alquran, maka hukumnya haram.
Wanita yang sedang haid boleh bercumbu denga suaminya, bahkan sampai suaminya
mengeluarkan sperma, kecuali bercumbu pada bagian antara pusar sampai lutut.Wanita yang
sedang haid boleh jadi pengantin. Perlu diketahui, haid tidak menjadi penghalang keabsahan
nikah. Jika dia dicerai, maka yang terkena hukum haram adalah suaminya. 15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut Pandangan imam syafi’i bahwa seorang wanita dikatakan orang haidh
apalabila mengeluarkan darah memenuhi 4 syarat antara lain :
2. Darah keluar dari wanita yang usianya 9 tahun kurang 14 hari
3. Darah yang keluar minimal sehari semalam jika keluar terus menerus atau berjumlah
24 jam jika keluar terputus-putus dan masih dalam waktu 15 hari dari keluarnya darah
yang pertama.
4. Tidak lebih dari 15 hari 15 malam jika keluar terus menerus
5. Keluar setelah masa minimal suci, yakni 15 hari 15 malam dari haidh sebelumnya.
Apabila tidak memenuhi persyaratan diatas maka darah tersebut dikatakan darah
istihadhah(suci).

2. Wanita yang sedangan menstruasi dilarang melakukan ibadah berupa shalat,


puasa,membaca al-qur’an, menyetuh al qur’an, berdiam diri dimasjid, bersetubuh,
bermesraan dengan sentuhan kulit antara pusar dan lutut dan melakukan thawaf.
3. Istihadhah adalah darah yang keluar diluar masa haidh dan nifas sedangkan hukumnya
mustahadhah disamakan dengan orang suci yakni berkewajiban puasa dan shalat 5
waktu adapun tatacaranya :
1. Apabila diantara waktu shalat ada kemungkinan berhentinya darah maka wajib
menantinya dan melakukan shalat pada waktu putus darah tersebut.
2. Jika ada kemungkinan putus darah diantara waktu shalat (darah keluar terus menerus
maka setiap akan melakukan shalat fardhu mustahahah harus membersihan kemaluan,
membalut kemaluan kemudian melakuakn shalat dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Bab Anbiya Juz 1, Semarang : Toha Putra,tth.


Muslim, Shahih Muslim, Bab Al Washiyah Juz 2 , Surabaya : Darul Ihya, tth.
Munzier Suparca, Ilmu Hadits, Jakarta : PT. Roja, 1993

Drs. H. Mudasir, Ilmu Hadits, Bandung : Pustaka Setia, 1999,


Muhammad Ajaj Al Khatib, Hadits Nabi Sebelum Dibukukan., Jakarta : Gema Insani Pres, 1999
Muhammad Ajaj al-Khatib, al-Sunnah Qabla at-Tadwin, Kairo : Maktabah Wahbah, 1963
Prof. Dr. Endang Soetari, Ad, M.Si, Ilmu Hadits, Cibiru-Bandung : CV. Mimbar Pustaka, 2008
1 Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra, 2003,hlm 89
3 Syekh , Inganatut Thalibin Bab Haidh Juz 1, Surabaya : Darul Fikri, tth, hlm.80
4 K.H.Thoifur Ali Wafa, Tetes Tetes Darah Haidh, Yogyakarta : PT.Titian Ilahi, 1996, hlm.6
5 Drs. Abdul Mujib, Probelmatika Wanita, Surabaya : PT. Karya Abditama, 1994, hlm. 16
6 Tim Penyusun Bahtsul Masa’il, Jalan Menuju Wanita Sholihah, Kediri : LBM Hidayatul
Mubtadiin, 2006, hlm. 12
7 Syekh Bajuri, Opcit. Hlm. 111
8 Ustadz Zahro Wardhi, Fiqih Haidh, Jombang : Darul Hikmah, 2008, hlm. 9
9 Ibid, hlm. 10
10. Ahmad Junaedi, Realita Haidl,Kediri, Mejelis Muswaroh Fathul Wahab, 2007, Hlm. 8
11 Nur Salim Habibi, Problematika Haidh dan Do’a-Doa, Kediri : Lajnah Bahstul Masail
PPHM Lirboyo, 2008, hlm.20
12 ibid, hlm.21
13 ibid, hlm.22
14 ibid, hlm.23
15 ibid, hlm.21
16 ibid, hlm.28
17 Ibrahim Al-Bajuri, Hasiyah Al-Bajuri, Semarang: Toha Putra, tth., hlm. 111.
15 Masruhan Ihsan, Kupas Tuntas Menstruasi, terj. Syarif Hade Masah, Jakarta,Misykat, 200),
hlm. 58-61
Hello world!
AGUSTUS 24, 2015 TINGGALKAN KOMENTAR
This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you
like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.
Happy blogging!

Lanjut
Cari
Tulisan Terakhir
 Hukum
 My blog
 Menu 1
 Home
 Hukum Wanita Haid
Komentar Terbaru
Arsip
 November 2015
 Agustus 2015
Kategori
 Uncategorized
Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com
Blog di WordPress.com.
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai