Anda di halaman 1dari 8

Kaki Ijzerman termashur dengan desas-desus relief misterius yang

menggambarkan teks Karmawibangga yaitu suatu teks Budhis yang melukiskan hal-
hal yang baik dan buruk, masalah hukum sebab & akibat bagi perbuatan manusia.
Tahun 1890-1891 bagian relief itu dibuka seluruhnya kemudian dibuat foto oleh
CEPHAS untuk dokumentasi lalu ditutup kembali.
BAB III
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR

1. Pemugaran Pertama (VAN ERP tahun 1907-1911)


Karena keadaan Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900
dibentuklah suatu panitia khusus, diketuai Dr. J.L.A Brandes. Tahun 1907 dimulai
pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki sistem drainase, saluran-saluran
pada bukit diperbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan.
Pada tingkat Rupadhatu, lantai yang melesak diaratakan dengan menutup bagian
yang melesak dengan campuran pasir dan tras atau semen sehingga air hujan
mengalir melalui dwarajala atau gorgoyle. Batu-batu yang runtuh dikembalikan
dan beberapa bagian yang miring diberi penguat. Pada tingkat rupadhatu, 72 buah
stupa terus dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya diratakan.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan, diketahui adanya pengrusakan
sengaja yang dilakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda
mata dari Borobudur.
Kemudian pada tahun 1929 dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan
penelitian terhadap batu dan relief. Ada 3 macam kerusakan yang masing-masing
disebabkan oleh :
1. Korosi,
2. Kerja mekanis,
3. Kekuatan tekanan.

2. Pemugaran Kedua (Tahun 1973-1983)


Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia
Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada
tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia Nasional dan membebankan tugasnya
kepada Menteri Perhubungan. Pada tahun 1970 atas prakarsa UNESCO diadakan
diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana pemugaran.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan
dimulainya pemugaran Candi Borobudur.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 Pebruari 1983
pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan ditandai dengan adanya
prasasti. Prasasti tersebut bertuliskan:
Pada bagian yang menghadap ke Utara :
“Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa pemugaran Candi Borobudur
diresmikan oleh Presiden Republik Indponesia”
Soeharto, Borobudur, 23 Februari 1983.
Pada bagian yang menghadap ke Timur:
“Dalam melaksanakan pemugaran Candi Borobudur Pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktorat Jenderal A
MADOUMAHTAR M’BOW telah menerima sebagai berikut”
BAB IV
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR

1. Arsitektur Bangunan
Menurut HOENIG yang dikutip oleh Bernet Kempers, rancangan semula
dari Candi Borobudur adalah candi yang mempunyai 4 pintu di atas suatu undag-
undag 9 tingkat, bentuk ini banyak ditemui di Kamboja.
Menurut H. PARMANTIER yang dikutip Bernet Kempers (1970:104)
menyebutkan bahwa pada rencana semula Candi Borobudur akan mempunyai
sebuah stupa yang sangat besar sekali, yang diletakkan pada bagian yang
sekarang ditempati banyak stupa.
Sedangkan menurut Sutterheim dalam bukunya “Tjandi Borobudur, Naam
Vorm en Beteekens”, 1929 yang dikutip Purnama Atmadi menyebutkan hasil
perubahannya, bentuknya sesuai dengan keterangan dalam kitab Jawa Kuno
“Sang Hyang Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama Budha,
dikatakan bahwa bangunan Candi Borobudur adalah “Stupa Prasada” suatu
bangunan gabungan dari stupa pada bagian atas dan piramida yang mempunyai
undag-undag. Ada 3 bagian dimana pembagian ini ada perbedaan dari :
1. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu
2. Dunia bentuk, wujud, rupa, yang disebut Rupadhatu
3. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa disebut Arupadhatu
Menurut W.O.J. Nieuwenkamp yang dikutip Ph. Soebroto beranggapan
bahwa bentuk Candi Borobudur pada dasarnya merupakan bentuk Bunga Padma
(Lotus).
Lotus adalah tempat kelahiran Budha, sehingga bentuk stupa dapat
dimaknai, stupa bagian bawah tempat bersemayam Budha, sedangkan stupa
bagian atas menggambarkan Budha itu sendiri.
Dari uraian telaah di atas yang didasarkan pada tehnik bangunan dan
filosofis dapat disimpulkan bahwa pada awalnya bentuk Candi Borobudur
mendekati seperti yang diperkirakan oleh H. Parmantier, namun karena kesulitan
tehnik yang tidak dapat dihindari maka ada perubahan konsep.
2 bentuk seni arsitektur yang dipadukan yaitu:
1. Hindu Jawa Kuno
2. India
2. Susunan Bangunan
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau
lantai yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri. Adapun 3
tingkat susunan ajaran Budha yaitu:
Kamadhatu
Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat/nafsu. Relief tersebut
menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga. Deretan relief ini tidak
tampak seluruhnya karenat tertutup oleh dasar Candi yang lebar.
Rupadhatu
Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu tetapi masih
terikat pada nama dan rupa, wujud, bentuk. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5
yang berbentuk bujur sangkar.
Arupadhatu
Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk
selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa.
Uraian bangunan secara teknis dapatlah dirinci sebagai berikut:
- Lebar dasar Candi Borobudur : 123 m (lebar = panjang karena
bujur sangkar)
- Tinggi bangunan : 35,4 m setelah restorasi
: 42 m sebelum restorasi
- Jumlah batu (batu andesit) : 55.000 m3 (2.000.000 juta blok
batu)
- Jumlah stupa : 1 stupa induk
: 72 stupa berterawang
- Stupa induk bergaris tengah : 9.9 m
- Tinggi stupa induk sampai bagian bawah : 7 m
- Jumlah bidang relief : 1.460 bidang (+ 2,5 – 3 km)
- Jumlah patung Budha : 504 buah
- Tinggi patung Budha : 1,5 m

3. Patung Budha
Patung-patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada
bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Susunan patung selengkapnya adalah:
Di tingkat Rupadhatu:
- Langkan Pertama : 104 patung Budha
- Langkan Kedua : 10 patung Budha
- Langkan Ketiga : 88 patung Budha
- Langkan Keempat : 72 patung Budha
- Langkan Kelima : 64 patung Budha
Jumlah seluruhnya : 432 patung Budha

Tingkat Arupadhatu:
- Teras bundar Pertama : 32 patung Budha
- Teras bundar Kedua : 24 patung Budha
- Teras bunda Ketiga : 16 patung Budha
Jumlah seluruhnya : 72 patung Budha

Apabila kita melihat sekilas patung Budha itu nampak serupa semuanya,
tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Macam mudra yang
dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah bagian Rupadhatu
(lingkaran V) maupun bagian Arupadhatu pada umumnya menggambarkan
maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5 (Soekmono, 1981),
yaitu:
a. Bhumisparca-Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh tangan. Tangan
kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan
menempel pada lutut kanan dengan jari-jarinya menunjuk ke bawah. Mudra
ini adalah khas bagi Dyani Buddha Aksobhya yang bersemayam di Timur.
b. Abhaya Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menenangkan dan
menyatakan “jangan khawatir”. Tangan kiri terbuka dan menengadah di
pangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan
telapak menghadap ke muka.
c. Dhyani Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap samadi. Kedua tangan diletakkan di
pangkuan, yang kanan di atas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan
kedua jempolnya saling bertemu.
d. Wara Mudra
Mudra ini melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini nampak
serupa dengan Bhumisparca-Mudra tetapi telapak tangan yang kanan
menghadap ke atas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Dengan
mudra ini dapat dikenali Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di
selatan.
e. Dharmacakra Mudra
Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan
diangkat sampai ke depan dada, yang kiri di bawah yang kanan. Tangan di kiri
itu menghadap ke atas, dengan jari manisnya. Mudra ini menjadi ciri khas
bagi Dhyani Budha Wairocana yang daerah kekuasaannya terletak di pusat.

Namun Hartman sendiri tidak pernah menulis sesuatu laporan tentang


kegiatannya di Candi Borobudur. Oleh Van Erp patung itu sengaja tidak
dikembalikan ke tempat ia menemukannya, oleh karena tidak ada bukti yang
meyakinkan mengenai tempat asal yang sebenarnya. Patung tersebut ternyata
banyak kekurangannya, raut mukanya jelek sekali, lengan yang satu lebih pendek
dari lengan yang lain, jari tangannya tidak lengkap dan lipatan jubahnya tidak
halus pahatannya.
Di samping patung Budha, dari setiap pintu candi Borobudur juga dijaga
oleh arca singa, secara keseluruhan arca singa ada 32 buah.

4. Kunto Bimo
Kunto Bimo terletak pada tingkat Arupadhatu lantai pertama sebelah kanan
dari tangga pintu timur. Sebagian masyarakat mempercayai patung tersebut
(Kunto Bimo) bertuah, dapat mengabulkan keinginan setiap peziarah apabila
dapat menyentuh Kunto Bimo.

5. Stupa
Ada 2 macam stupa
Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan terletak di
puncak sebagai mahkota dari seluruh monumen bangunan candi Borobudur. Stupa
induk ini mempunyai garis tengah 9,90 m dan tinggi stupa sampai bagian bawah
pinakel 7 meter.
Stupa Berlubang
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang terdapat pada teras
bundar I, II dan III dimana di dalamnya ada 72 buah yang terinci menjadi:
- teras bundar pertama terdapat : 32 stupa berlubang
- teras bundar kedua terdapat : 24 stupa berlubang
- teras bundar ketiga terdapat : 16 stupa berlubang
Jadi jumlahnya : 72 stupa berlubang

6. Relief
Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang jika diukur memanjang
mencapai 2.500 meter. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu:
- Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.
- Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.

Anda mungkin juga menyukai