Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

“DONGENG”

OLEH :
ALI MUHIDI
NIRM : 207050005

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2009
A.1. DONGENG
Dongeng merupakan cerita rakyat atau cerita tradisional, cerita turun
temurun yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Ceritanya
sederhana mudah diterima dan mudah dipahami karena bersifat umum.
Sebagai kalimat pembuka dalam dongen biasanya dimulai dengan syahdan
pada zaman dahulu kala, kata sahibul hikayat, di suatu negeri entah berantah dan
seterusnya yang menunjukkan di suatu negeri yang nun jauh di sana.
Dongeng berfungsi untuk menyampaikan moral, mendidik dan menghibur.
Pada umumnya dongeng itu tidak masuk akal, penuh dengan khayalan, benar-
benar tidak terjadi.
Pelaku dan tokoh dongeng biasanya tokoh yang memiliki kekuatan atau
kebijaksanaan dan kebaikan yang pada akhir cerita selalu menang dalam
melawan kejahatan.
A.2. Unsur Peristiwa
a. Tokoh : Pada dongeng di atas yang menjadi tokoh adalah Raja Raradewa
dan pisang manis.
b. Lokasi : Di sebuah kerajaan
c. Waktu / Kronologis :
Mengetahui bahwa pohon pisang manis miliknya telah dicuri
oleh orang lain, murkalah Raja Raradewa
d. Tema : Raja Raradewa mendapat pesan dari almarhum ayahnya untuk
menjaga pohon pisang manis supaya jangan dimiliki oleh orang
lain.

A.3. Jenis Peristiwa


a. Peristiwa utama :
Pohon pisang manis yang harus dijaga ternyata dicuri orang lain.
b. Peristiwa pendukung
Pendekar-pendekar bayaran berhasil mencuri pohon pisang
manis.

A.4. Ciri Peristiwa


a. Peristiwa utama :
Kejadian yang ditokohkan oleh tokoh utama dalam dongeng
tersebut (Raja Raradewa dan pohon pisang manis)
b. Peristiwa pendukung :
Kejadian yang ditokohkan oleh tokoh pendukung dalam
dongeng tersebut.
B.1. Unsur Tokoh
a. Jenis Tokoh Utama :
Dongeng biasa
b. Jenis Tokoh Bawahan
Raja-raja dari negara lain dan pendekar-pendekar bayaran

B.2. Urutan peristiwa berdasarkan alur


Ketika raja-raja yang telah berhasil mencuri pisang manis
menebang pohon pisang tersebut karena telah masak dan mereka
hendak memakannya, mereka terkejut, karena pisang manis
telah berubah di dalamnya dipenuhi oleh biji-bijian (batu),
Mereka pun tak berani memakannya. Demikian pula keadaan
pisang manis yang ada di kerajaan Raradewa, seluruh isinya
hampir dipenuhi oleh biji-bijian yang menyerupai batu-batu
kecil. Sejak saat itu mereka memanggil pisang manis menjadi
“PISANG BATU”. Sampai sekarang

C. Tata cara yang tepat menceritakan / menuliskan ringkasan cerita (menulis


ulasan cerita menurut versi sendiri)
Cerita/dongeng tersebut dibaca secara keseluruhan berulang-
ulang sampai memahami isi dongeng tersebut, kemudian kita
simpulkan isi dongeng yang kita baca melalui bahasa tulis.
ASAL MULA PISANG BATU

Dahulu kala di sebuah kerajaan hiduplah seorang raja yang sakti mandraguna,
Raradewa namanya. Raja Raradewa seorang raja yang baik dan bijaksana dalam
memerintah kerajaannya. Tak heran kalau ia disenangi rakyatnya. Ia mempunyai hobi
makan buah-buahan. Dari sekian banyak pohon buah-buahan yang ditanam di kebun
kerajaan hanya satu yang sangat disayang oleh raja Raradewa, yaitu pisang manis.
Sesuai dengan namanya, pisang manis, memang sangat manis dan enak
rasanya. Bila telah masak warna kuning kemerah-merahan ranum sekali, membuat
setiap orang yang melihat ingin memetiknya. Pisang kala itu memang belum banyak
yang mempunyai pohonnya dan perkembangbiakannya pun banyak dilakukan di
kalangan istana saja. Raja
Raradewa melarang siapa
saja yang ingin
mengembangbiakkan di
luar istana. Raja Raradewa
mengatakan bahwa pisang
manis merupakan ciri khas
dari kerajaan Raradewa.
Setiap tamu kerajaan
yang berkunjung ke
kerajaan Raradewa pasti
dijamu pisang, sehingga
dengan cepat kelezatan rasa
pisang manis tersebar luas
dan banyaklah kerajaan
lain yang ingin pula
menanam pisang itu.
Namun tak sebuah
kerajaanpun diberikan tunas dari pisang manis itu. Raja Raradewa memang dipesan
oleh almarhum ayahnya untuk menjaga pohon pisang manis itu, jangan diberikan
kepada siapapun yang meminta tunasnya, karena pohon pisang itu mempunyai
sejarah penting bagi kerajaan Raradewa dan berkat pohon pisang manis itu pula
kerajaan Raradewa menjadi terkenal.
Rupanya keinginan kerajaan lain untuk dapat memiliki pohon pisang manis
tidak berhenti sampai di situ saja. Mereka membayar pendekar-pendekar berilmu
tinggi untuk mengambil tunas-tunas tersebut.
Berkat kehebatan dari pendekar-pendekar bayaran tersebut akhirnya mereka
berhasil memiliki pohon pisang manis. Kemudian mereka menanamnya di sekitar
perkebunan mereka.
Mengetahui bahwa pohon pisang manis miliknya telah dicuri oleh orang lain,
murkalah raja Raradewa. Teringat akan pesan almarhum ayahnya agar Raradewa
menjaga pisang tersebut supaya jangan dimiliki oleh orang lain, maka raja Raradewa
memerintahkan orang-orangnya untuk mencari tunas-tunas pohon manis yang telah
dicuri dan kalau bisa beserta pencuri-pencurinya. Tapi usaha raja Raradewa sia-sia
belaka. Kemudian raja Raradewa berpikir untuk mengambil jalan pintas, daripada
pohon pisang itu dimiliki orang lain lebih baik dimusnahkan saja seluruhnya.
Kemudian ia mengeluarkan ilmu-ilmunya. Ia komat-kamit seperti membaca mantera.
Dari mulutnya terdengar suara “Demi keagungan negara dan nenek moyangku,
ubahlah pisang manis itu menjadi berisi batu-batu di dalamnya.”
Ketika raja-raja yang telah mencuri pisang manis menebang pohon pisang
tersebut karena telah masak dan mereka hendak memakannya, mereka terkejut,
karena pisang manis telah berubah. Di dalamnya dipenuhi oleh biji-bijij (batu).
Merekapun tak berani memakannya. Demikian pula keadaan pisang manis yang ada
di kerajaan Raradewa, seluruh isinya hampir dipenuhi oleh biji-bijian yang
menyerupai batu-batu kecil.
Sejak saat itu mereka memanggil pisang manis menjadi “PISANG BATU”.
Sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai