Anda di halaman 1dari 7

Disusun oleh N.

Safira

Pertemuan-2
HUKUM ANTAR TATA HUKUM
Pengajar: LITA ARIJATI

KRONOLOGI SINGKAT PERKEMBANGAN HUKUM DI INDONESIA


 1596: Armada Kapal dagang datang
 1602: VOC berdiri
 1800: 1 Januari, VOC bubar
 1854: Pemerintah Hindia Belanda memberikan hak kepada Gubernur untuk
memberitahukan Hukum Perdata Eropa kepada non Eropa
 1855: untuk kepastian Hukum, Sebagian BW & KUHD berlaku dalam perdagangan
Belanda-Tionghoa
 1870: Agragrische Wet. S. 1870-55
 1893: Ordonansi Perkawinan Campuran, S. 1898-158
 1899: Orang Jepang masuk ke dalam Golongan Eropa
 1906: Peraturan PerUU baru untuk penggolongan penduduk (untuk berlaku 1 Januari
1920)
 1914: Semua golongan penduduk tunduk pada kitab hukum pidana yang sama, namun
dua kitab hukum acara pidana yg berbeda
o Makanya ada HIR, ada RBg
 1917: Pembedaan Golongan Timur Asing Tionghoa dan Golongan Timur Asing Non-
Tionghoa S. 1917-129
 1919: BW dan KUHD berlaku bagi Golongan Timur Asing Tionghoa
o Untuk kebutuhan perdagangan
 1920: 1 Januari, berlaku penggolongan baru bagi penduduk
o Golongan Eropa
o Golongan Bumiputera; dan
o Golongan Timur Asing
 1924: Sebagian hukum perdata Eropa berlaku bagi Golongan Timur Asing Non-Tionghoa
(S. 1924-556)
 1942: Jepang masuk ke Indonesia

INDISCHE STAATSREGELING (IS) S. 1925-447


 Disebut sebagai Indonesische Staatsregeling (ISR)
 Staatsblad 1855-2 jo. 1: Regeringsreglement (RR) S/ 1925-41 jo. 577: Staatstichting van
Nederland Indie
 Peraturan Ketatanegaraaan di Indonesia pada Zaman Pemerintahan Belanda
Disusun oleh N. Safira

PASAL 131 (1) Indische Staatsregeling


 Hukum-hukum perdata, dagang, dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan
pidana, diatur dengan "undang-undang" (ordonansi) dengan tidak mengurangi
wewenang yg diberikan atau oleh berdasarkan UU kepada pembentuk perundang-
undangan pidana.
 Pengaturan ini dilakukan untuk:
o seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk itu ataupun
sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagian2 dari daerah secara bersama
maupun untuk satu atau beberapa golongan atau bagian dari golongan itu secara
khusus

PASAL 131 (2) IS


Dalam ordonasni2 yg mengatur hukum perdata dan dagang ini
 Untuk golongan Eropa berlaku (dianut) UU yg berlaku di Negeri Belanda, dan
penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yg khusus berlaku
menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada
peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yg sama bagi satu atau beberapa
golongan penduduk lainnya
 Untuk orang Indonesia, golongan timur asing atau bagian dari golongan-golongan itu,
yg merupakan golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki
diberitahukan baik ketentuan perundang2an yg sama dengan golongan Eropa, sedangkan
yang belum diatur disitu, bagi mereka berlaku peraturan hukum yg bertalian dengan
agama dan adat kebiasaan mereka

ASAS KONKORDANSI (Concordantie-beginsel)


 Dasar hukum: Pasal 131: 2 (a) IS
 Asas konkordansi untuk memberlakukan Hukum di Belanda bagi Golongan Rakyat Eropa
(Europeanen)
 Perkecualian untuk Asas Konkordansi
o Hukum khusus yg menyesuaikan keperluan hukum golongan Eropa dengan keadaan
khusus di Indonesia
o Hukum yang berlaku bagi beberapa golongan rakyat secara bersama-sama
(gemmenschappelijk recht)

PASAL 131 (4) IS


 Orang Indonesia (Bumiputera) dan golongan Timur Asing, Sepanjang mereka blm
ditundukkan kepada peraturan yg sama bagi gol. Eropa, berhak untuk menundukkan diri
secara keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu.
Kepada ketentuan yg diatur dalam hukum perdata dan hukum dagang untuk golongan
Disusun oleh N. Safira

Eropa yg sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukkan diri kepada hukum Eropa
beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi
o Penundukan diri secara sukarela

PASAL 163 IS
1. Golongan Eropa (Europeanen) (163 (2) IS)
o Semua orang Belanda
o Semua orang yg tidak termasuk dalam No. 1 yang berasal dari Eropa
o Semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yg tidak
termasuk dalam No.1 dan No.2 yg di negeri asalnya berlaku bagi mereka hukum
keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan
hukum keluarga Belanda
 Contoh: Thailand, Turki
o Anak yang sah atau yang diakui sah berdasrkan UU di Indonesia beserta keturunan-
keturunan dari orang seperti yang disebutkan dalam No.2 dan No. 3
2. Golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen)
o Timur Asing Tionghoa
o Timur Asing Non-Tionghoa
3. Golongan Pribumi (Inlanders)
o Dikecualikan dari golongan ini, orang pribumi/bumiputera yang telah dipernamakan
masuk sebagai golongan Eropa melalui Persaman Hak

DULU GOLONGAN RAKYAT HANYA EROPA DAN NON EROPA --> LALU TERPECAH MENJADI
EUROPANEN, VREMEDE OOSTERLINGEN (TIMUR ASING), INLANDERS
(PRIBUMI/BUMIPUTERA)

GOLONGAN RAKYAT & GOLONGAN HUKUM YANG BERLAKU SESUAI 131 IS


 Golongan Eropa
o Hukum belanda Sebagaimana yg berlaku di Indonesia (concordantiebeginsel)
o Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yg berlaku bagi semua golongan rakyat
 Golongan Timur Asing
o Timur Asing Tionghoa
 Sejak 1 Mei 1919, Hukum Eropa yang berlaku untuk mereka: BW (kecuali
syarat2 sblm perkawinan dan catatan sipil), Wetboek van Koophandel,
pengaturan tentang adopsi & kongsi
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khsus yg berlaku bagi semua golongan
rakyat
o Timur Asing Non-Tionghoa
 Hukum adat
Disusun oleh N. Safira

 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan
rakyat
 Golongan Pribumi
o Hukum Adat
o Dalam hal-hal tertentu, peraturan khsus yg berlaku bagi semua golongan rakyat

HUKUM ADAT
 Christian Hurgonjre (1857-1936): De Atjehers: Adatrecht
o Religion laws, institutions and costums
 1910: Adatrecht digunakan dalam bahasa hukum Belanda
 1914: Kamus Belanda memuat tema adatrecht

MASYARAKAT HUKUM ADAT


 PASAL 18 B ayat (2) UUD 1945 (Perubahan kedua)
 Masyarakat hukum (Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto)
o Sistem hubungan teratur dengan hukum sendiri

ETNIS/SUKU BANGSA TIONGHOA DI NUSANTARA


 Terdiri dari pedagang, buruh, budak
 Terbagi menjadi
o Peranakan: sudah tercampur dengan masyarakat bumiputera
o Totok: belum tercampur dengan masyarakat bumiputera
 Dipimpin oleh seorang "Kapiten" kemudian Mayor, yang bertugas untuk mengutip "pajak
kepala" dan menyetorkannya kepada Pemerintah Hindia Belanda

SUKU BANGSA EROPA DI NUSANTARA


 Bangsa Belanda
 Bangsa Portugis
 Bangsa Inggris

SUKU BANGS ARAB DI NUSANTARA


 Umumnya berasal dari Hadramaut, di Selatan Jazirah Arab (Yaman)
 Enam koloni besar Arab di Nusantara pada Abad XIX: Batavia, Cirebon, Tegal, Semarang,
Pekalongan, Surabaya
o Mostly di kota2 pesisir (kota pelabuhan) karena mereka yang datang kesini
kebanyakan Pedagang
 Setelah koloni Arab berpenduduk signifikan, dipimpin oleh seorang kepala koloni
"Kapiten"
Disusun oleh N. Safira

 Terbagi menjadi
o Golongan Sayid
 Keturunan al-Husain, cucu Nabi Muhammad
o Golongan Non-Sayid
 Qabaail (Suku-suku)
 Masyaayikh (Golongan Elite)
 Da'fa dan Masaakin
 Golongan Pedagang, Pengrajin, Petani, Pembantu
 Abiid (Golongan Budak)

KEMERDEKAAN INDONESIA DAN PENGGOLONGAN PENDUDUK


 Dengan kemerdekan RI, penduduk tidak lagi digolongkan dengan menggunakan dasar
rasial, merupakan kewarganegaraan
 Pasal 26 (1) UUD 1945
"Yang menjadi Warga Negara ialah orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yg disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara"
 UU No. 3/1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara, ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 10 April 1946
o UU ini ditetapkan ketika Indonesia pada masa ibukota di Yogya
 UU No. 62/1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
 Instruksi presidium Kabinet Ampera tanggal 27 Desember 1966 No. 31/1966
menginstruksikan sambil menunggu dikeluarkannya UU Catatan Sipil yg bersifat Nasional,
untuk tidak menggunakan penggolongan-penggolongan penduduk Indonesia
berdasarkan pasal 131 dan 163 IS pada kantor Catatan Sipil di seluruh Indonesia dan
menyatakan kantor-kantor tersebut terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia, sedangkan
hanya dibedakan antara warga negara dan orang asing
 UU No. 23 Tahun 2006 jo. UU No. 24 Tahun 2016 tentang Administrasi Kependudukan
 UU No. 12/2006 tentang Kewarga Negaraan Republik Indonesia yang menggantikan UU
No. 62/1958

PEMBAGIAN GOLONGAN PENDUDUK


 Stb. 1847 No. 23 Burgelijk Weboek viie Indonesië (BW atau KUHPer) dan Wetboek van
Koophandel voor Indonesië (WvK atau KUHD) berlaku di Indonesia.
o BW menggantikan Code Civil yg mulai berlaku semenjak tahun 1810
 1848: Awal kodifikasi di Hindia Belanda, BW dan KUHD diundangkan untuk orang2 Eropa
yang berada di Hindia Belanda
 1854: Reglement op het beleid der Regering van Nederlands Indie (RR) / Peraturan
tentang Kebijaksanaan Pemerintahan di Hindia Belanda
Disusun oleh N. Safira

o Pasal 75 (lama) RR: Gubernur Jenderal diberikan hak untuk memberlakukan hukum
perdata Eropa atau menundukkan golongan non-Eropa ke dalam hukum perdata
Eropa
 Pasal 109 RR membedakan antara:
o Orang-orang/Golongan Eropa -dan mereka yg dipersamakan dengannya (orang
Indonesia Kristen)
o Orang atau Golongan Bumiputera - dan mereka yang dipersamakan dengannya
(orang Tionghoa, Arab, dan s.d. tahun 1899, Jepang)
Masing2 golongan ini tunduk pada sistem hukum publik (administratif dan pidana) dan
perdata (keluarga, perdata, dan dagang)
 31 Desember 1906: Peraturan perUU baru dikeluarkan teteapi bau efektif berlaku per 1
Januari 1920 - yang membagi penggolongan penduduk di Hindia Belanda menjadi
o Golongan Eropa (termasuk orang Jepang, Thailand, dan orang2 non-Eropa lain yg
memiliki sistem hukum keluarga Eropa)
o Golongan Bumiputera (termasuk orang Indonesia Kristen)
o Timur Asing (Tionghoa, Arab, dan bangsa Asia lainnya yg tidak masuk dalam
Golongan Eropa)
 1917: mulai diadakan pembedaan antara Timur Asing Tionghoa & Timur Asing Non
Tionghoa karena untuk pertama dianggap bahwa Hukum Eropa yang sudah diperlakukan
terhadap mereka itu dapat diperluas lagi (Stb 1917 No. 129)
 Stb. 1917 No 129 tanggal 29 Maret 1917: hampir untuk seluruhnya BW dinyatakan berlaku
bagi penduduk Timur Asing Tionghoa, Berlaku Mulai Mei 1919
 Stb 1924 No. 556 berlaku sejak 1 Maret 1925, bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa
berlaku BW dan WvK, kecuali tentang hukum keluarga dan hukum warisan karena
kematian - yang tetap diatur dalam hukum adat mereka

KEBERLAKUAN BW BAGI GOLONGAN PENDUDUK


 Buku I: Bab Kesatu: Tentang menikmati dan kehilangan hak-hak perdata
o Berlaku bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa, dan bagian Golongan
Tionghoa
 Buku I, Bab Kedua: Tentang akta-akta catatan sipil
o Tak berlaku bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa dan Golongan Tionghoa
 Buku I, Bab Keempat, Bagian Keempat: Tentang melangsungkan perkawinan
o Tidak berlaku bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa, dan berlaku bagi
Golongan Timur Asing Tionghoa kecuali pasal 71 No. 6, 74, dan 75
Disusun oleh N. Safira

MASALAH KEWARGANEGARAAN KETURUNAN TIONGHOA


 PERJANJIAN DWIKEWARGANEGARAAN
 UU Kewarganegaraan Cina thn 1929: Setiap orang yg dilahirkan dari orangtua Tionghoa,
di manapun mereka berada dan berapa lama pun mereka sudah merawat di luar Cina,
tetap menjadi WN Cina
 UU No. 3/1946 tentang Warga Negara & Penduduk Negara
 22 April 1955: Ditandatangani di Bandung perjanjian RI & RRC mengenai Permasalahan
Dwikewarganegaraan (Sino-Indonesian Treaty on Dual Nationality)
o Perjanjian Soenario-Chou
o Ditandatangani oleh Menteri LN Mr. Soenario dengan Menteri Luar Negeri Chou En
Lai
 UU No. 2/1958: Pesetujuan antara Republik Indonesia & RRC Mengenai soal
Dwikewarganegaraan disahkan di Jakarta pada tanggal 11 Januari 1958 oleh Penjabat
Presiden RI, Sartono dan diundangkan pada tanggal 27 Januari 1958 (LN 1958 No. 5) dan
dilaksanakan dengan PP No. 20/1959 dengan opsi dari tanggal 20 Januari 1960 s.d. 20
januari 1962
o Oleh karena itu, anak-anak yg lahir setelah tanggal 20 Januari 1962 menjadi WNI
tunggal yg sesudah dewasa tidak diperbolehkan lagi memilih kewarganegaraan lain
selain WNI
 UU No. 62/1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
 Perjanjian Soenario-Chou, beserta seluruh lampirannya, diakhiri secara sepihak oleh
Indonesia pada tahun 1969 sebagai akibat dari tuduhan Indonesia atas keterlibatan Cina
dalam peristiwa 30 September 1965

Anda mungkin juga menyukai