DISUSUN OLEH :
1. Fitri Anggun Soleha M G 701 18 085
2. Thendi Abdul Arief G 701 18 114
3.Fatimah Azzahra G 701 18 130
4. Nabila Khatliyah G 701 18 132
5.Rahmayanti G 701 18 135
6.Nur Hidayah G 701 18 070
7.Nur Hanafi G 701 18 213
8.Muliyani G 701 18 214
9.Sinar Wahyuni G 701 18 141
10.Rani Seftiana G 701 18 154
11.Samaal Mallisa G 701 18 160
12.Doris Yulia Panga’i G 701 18 076
13.Iklima G 701 18 045
14.Ni Luh Yeni Safitri G 701 18 101
15.Andi Arnis Tendri B. G 701 18 206
16.Nurhikma G 701 18 155
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana tanda, gejala
kecukupan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan
di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensib water
loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan
cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema
paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam
tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan
produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi
tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami
kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat- obat anastesia.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda
klinis : kehilangan berat badan.
2. Ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan
dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah.
3. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam
jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan menyebabkan
peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju
ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps
sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah
individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan
urine. Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang
sedikit dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan
hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.
5. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan
dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya,
cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalam ruang
interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan
tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada
kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan
produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini
dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis. karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b.Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairann dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau
cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan
terjadi akibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan
sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema
yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
3. Sistem protein
Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus karboksil
yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa.
2.9 Akibat Ketidak Seimbangan Asam dan Basa dalam Cairan Tubuh
Ada 4 kategori ketidak seimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan
ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan
asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar
bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat.
Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum
obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma
meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan dan ginjal sangat penting. Berikut adalah tabel mengenai
gangguan asam-basa:
3.1 Kesimpulan
Dari uraian dalam BAB II diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
2. Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara
dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler
kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB.
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru,
dan gastrointestinal.
3. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh
dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan
juga lebih banyak.
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan
medis, pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan
kekurangan cairan dan elektrolit.
5.Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada
cairan tubuh. Asam adalah suatu subtansi yang mengandung satu atau lebih
ion H+ yang dapat dilepaskan dalam larutan (donor proton). Basa adalah
subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen sebuah
larutan (akseptor proton).
6. Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh, pusat pernafasan, dan
ginjal merupakan tiga sistem yang mengatur perubahan konsentrasi ion
hidrogen. Terdapat empat sistem penyangga dalam cairan tubuh yaitu, sistem
penyangga bikarbonat-asam karbonat, sistem penyangga fosfat, sistem
protein, dan sistem penyangga hemoglobin
7. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan
alkalosis. Peristiwa ketidak seimbangan asam basa dalam cairan tubuh
dipengaruhi oleh tiga faktor. Tiga faktor tersebut
3.2 Saran
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Selain itu keseimbangan asam dan basa dalam tubuh juga
haruslah diperhatikan untuk menjaga kondisi agar tetap sehat. Untuk
memperoleh keseimbangan antara cairan yang dibutuhkan bagi tubuh
sebaiknya seseorang tersebut haruslah menjaga takaran asupan cairan yang
sesuai dengan usia, berat badan dan aktivitas yang dijalani. Keadaan
seimbangan antara cairan dalam tubuh dapat dipeoleh dengan melihat
perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran cairan.
DAFTAR PUSTAKA