Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“Keseimbangan Cairan, elektrolit, dan Asam Basa”

DISUSUN OLEH :
1. Fitri Anggun Soleha M G 701 18 085
2. Thendi Abdul Arief G 701 18 114
3.Fatimah Azzahra G 701 18 130
4. Nabila Khatliyah G 701 18 132
5.Rahmayanti G 701 18 135
6.Nur Hidayah G 701 18 070
7.Nur Hanafi G 701 18 213
8.Muliyani G 701 18 214
9.Sinar Wahyuni G 701 18 141
10.Rani Seftiana G 701 18 154
11.Samaal Mallisa G 701 18 160
12.Doris Yulia Panga’i G 701 18 076
13.Iklima G 701 18 045
14.Ni Luh Yeni Safitri G 701 18 101
15.Andi Arnis Tendri B. G 701 18 206
16.Nurhikma G 701 18 155

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa
darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi
lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh
terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh


lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini
bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara
subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter


penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa


dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa
adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem
dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh?
2. Apa fungsi cairan dalam tubuh?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh?
4. Kelaianan apa saja yang disebabkan dari cairan dan elektrolit?
5. Bagaimana mekanisme asam dan basa?
6. Bagaimana pengaturan perubahan konsentrasi ion hidrogen?
7. Bagaimana sistem penyangga ion hidrogen dalam cairan tubuh?
8. Bagaimana keadaan seimbang dari asam basa dalam cairan tubuh?
9. Bagaimana keadaan-keadaan akibat ketidakseimbangan asam basa dalam
cairan tubuh?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana tanda, gejala
kecukupan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.Mengetahui mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh .
b.Mengetahui fungsi dari cairan dalam tubuh .
c.Mengetahui proses keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
d.Mengetahui masalah-masalah yang di timbulkan dari ke abnormalan
cairan dan elektrolit dalam tubuh.
e. Mengetahui mengenai mekanisme asam dan basa.
f. Mengetahui pengaturan perubahan konsentrasi ion hidrogen.
g. Mengetahui sistem penyangga ion hidrogen dalam cairan tubuh.
h. Mengetahui keadaan seimbang asam basa dalam cairan tubuh.
i. Mengetahui keadaan-keadaan akibat ketidakseimbangan asam basa dalam
cairan tubuh.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan ini menggunakan metode kajian pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Mekanisme Kerja Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan
di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.1.1Volume Cairan Tubuh


Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 %
dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat
sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.
Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60
% dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB
dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB
dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52
% dari BB dan wanita 46 % dari BB. Dan berikut tabel sumber air tubuh:
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makanan 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari
Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar
(senyawa elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk
benda cair. Fungsi air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya
dapat bergabung dengan protein, hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang
lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan
karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.1.2 Distribusi Cairan


Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari
BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas
plasma (cairan intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh
seperti limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis,
sinovia, cairan dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.

2.1.3 Pergerakan Cairan Tubuh.


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1.Difusi merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan
temperatur.
2.Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3.Transpor aktif, proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme.
Proses tranpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium
dan kalsium antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi
normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar
kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel.
3. Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran
sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak
semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

2.1.4 Pengaturan Cairan


Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk
mempertahankan konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi
juga untuk volume cairan tubuh total. Keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan
dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Sistem organ
banyak berperan adalah ginjal, sistem kardiovaskuler, kelenjar hipofisis,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal merupakan
pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan
tubuh dan konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di
simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam
menjalankan fungsinya. Berikut adalah hormon-hormon yang ada dalam
ginjal:
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga: Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan
renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang
dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertangguang jawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di hipotalamus,
mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf
yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem
angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

2.1.5 Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1
ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah
urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan
dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang
sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat
pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1 derajat celcius.
2.1.6 Pengaturan Elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di
dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam
cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui
ginjal, pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi
ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat
diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan
seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan
melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Calsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk
integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum
melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus
dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui
keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5
mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting
untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber
magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.
Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl-)
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam
bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah.
Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan
klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3-)
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan
asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat,
pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
2.1.7 Nilai-Nilai Normal
Jenis cairan dan
elektrolit Nilai normal dalam tubuh
3.5 – 5 mEq/L
- Potasium [K+]
135 – 145 mEq/L
- Sodium [Na+]
8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8
- Kalsium [Ca2+]
mEq/L)
- Magnesium [Mg2+]
1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-]
2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-]
98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3]
24 – 28 mEq/L

2.2 Fungsi Cairan


Fungsi cairan dalam tubuh adalah:
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.

2.3 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml,
paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan
interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali
beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut
karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi
konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari
kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis
efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan
osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.

2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Dalam


Tubuh.
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang
hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan
cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal
orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal

2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensib water
loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.

3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit
dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat
disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.

5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.

6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan
kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan
cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema
paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk
menyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam
tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan
produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi
tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami
kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).

7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.

9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat- obat anastesia.

2.4 Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi
ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang
seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan
cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi
yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan
osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori
ketidakseimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

2. Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler
menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda
klinis : kehilangan berat badan.
2. Ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan
dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah.

3. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat
kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam
jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan menyebabkan
peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi
intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju
ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps
sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah
individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan
urine. Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang
sedikit dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan
hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam
aliran darah.

4. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)


Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang.
Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum
masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses
regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara
lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan.
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama
pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing.
d. Kelebihan steroid.

Kelebihan Volume Cairan


Factor resiko :
ü Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena.
Tanda klinis : penambahan berat badan
ü Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan.
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

5. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan
dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya,
cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalam ruang
interstitial (Edema). Edema yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan
tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada
kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan
produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini
dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis. karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b.Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairann dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade
limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau
cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan
terjadi akibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan
sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema
yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

2.5 Mekanisme Asam dan Basa


Semua sel hidup pada tubuh manusia dikelilingi oleh lingkungan cair yang
disebut cairan ekstraselular (CES). Komposisi kimiawi dari CES diatur di
dalam batas-batas sempit yang memberikan lingkungan optimal untuk
mempertahankan fungsi sel normal. Konsentrasi ion yang paling tepat
keteraturannya dalam cairan ekstrasel adalah ion hidrogen. Penyimpangan
dari konsentrasi ion hidrogen dapat mengganggu reaksi normal metabolisme
selular dengan mengubah keefektifan enzim, hormon, dan pengatur kimiawi
fungsi sel lain.
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada
cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam metabolisme yang
normal. Asam adalah suatu subtansi yang mengandung satu atau lebih ion H+
yang dapat dilepaskan dalam larutan (donor proton). Salah satu dari asam
kuat adalah asam hidroklorida (HCL), hampir terurai sempurna dalam larutan,
sehingga melepaskan lebih banyak ion H+. Asam lemah, seperti asam
karbonat (H2CO3), hanya terurai sebagian dalam larutan sehingga lebih
sedikit ion H+ yang dilepaskan.
pH adalah pencerminan rasio antara asam terhadap basa dalam cairan
ekstrasel. pH dalam serum dapat diukur dengan pH meter, atau dihitung
dengan mengukur konsentrasi bikarbonat dan karbondioksida serum dan
menempatkan nilai-nilainya ke dalam persamaan Henderson Hasselbach.
pH = pK + log H- /CO2
Proses metabolisme dalam tubuh menyebabkan terjadinya pembentukan dua
jenis asam , yaitu mudah menguap (volatil) dan tidak mudah menguap (non
volatil). Asam volatil dapat berubah menjadi bentuk cair maupun gas.
Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion
hidrogen sebuah larutan (akseptor proton). Basa kuat, seperti natrium
hidroksida (NaOH), terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat
dengan asam. Basa lemah seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya
sebagian yang terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Pengaturan ion hidrogen yang tepat bersifat penting karena hampir semua
aktifitas sistem enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion
hidrogen. Oleh karena itu perubahan konsentrasi hidrogen sesungguhnya
merubah fungsi seluruh sel dan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat yang rendah,dibandingkan
dengan ion-ion yang lain,konsentrasi ion hidrogen darah secara normal
dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena
jumlahnya yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen
disebut dalam skala logaritma dengan menggunakan satuan pH.
pH = log 1/H+
pH = -log H+
Normal H+ adalah 0,00000004 Eq/liter. Oleh karena itu pH normal adalah:
pH = -log (0,00000004)
pH = 7,4
Dari rumus diatas, bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi ion
hidrogen. Oleh karena itu pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi
ion hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi
ion hidrogen yang rendah
Seseorang dikatakan asidosis saat pH turun dari nilai normal dan dikatakan
alkolosis saat pH diatas nilai normal. Batas rendah nilai pH dimana seseorang
dapat hidup beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.

2.6 Pengaturan Perubahan Konsentrasi Ion Hidrogen


Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis:
1. Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh
2. Pusat pernafasan
3. Ginjal

Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen , sistem penyangga


cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-
perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari
tubuh atau menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka
tetep terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Kemudian sistem
pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk mengeliminasi CO2 dan
oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini menjaga konsentrasi
ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai pengaturan yang
ketiga bereaksi lebih lambat. Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam dan
basa dari tubuh. Walaupun ginjal relatif lambat memberi respon,
dibandingkan sistem penyangga dan pernafasan, ginjal merupakan sistem
pengaturan asam-basa yang paling kuat selama beberapa jam sampai
beberapa hari.

2.7 Sistem Penyangga Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh


Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion
hidrogen, yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem ini bekerja
sangat cepet dan menghasilkan efek dalam hitungan detik.
Ada 4 sistem penyangga dalam cairan tubuh:
1. Sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat
Sistem penyangga utama dalam tubuh adalah sistem penyangga bikarbonat-
asam karbonat. Sistem ini bekerja dalam darah untuk menyangga pH plasma.
Apabila ion-ion hidrogen bebas ditambahkan ke dalam darah yang
mengandung bikarbonat maka ion-ion bikrbonat akan mengikat ion hidrogen
dan berubah menjadi asam karbonat H2CO3. Hal ini menyebabkan ion
hidrogen bebas sedikit dalam larutan sehingga penurunan pH darah dapat
dicegah.

2. Sistem penyangga fosfat


Asam fosforik H2PO42- adalah suatu asam lemah ,asam ini terurai dalam
plasma menjadi fosfat HPO42- dan ion hydrogen. Fosfat adalah suatu asam
lemah sistem penyangga ini digunakan oleh ginjal untuk menyangga urin
sewaktu ginjal mengeksresikan ion hidrogen.

3. Sistem protein
Sistem penyangga terkuat dalam tubuh. Karena mengandung gugus karboksil
yang berfungsi sebagai asam dan gugus amino yang berfungsi sebagai basa.

4. Sistem penyangga hemoglobin


Hemoglobin mengikat ion–ion hidrogen bebas sewaktu beredar melewati sel
–sel yang bermetabolisme secara aktif.. Dengan mengikuti ion hydrogen
bebas maka peningkatan konsentrasi ion hidrogen bebas dalam darah dapat
diperkecil dan pH darah vena hanya turun sedikit apabila dibandingkan
dengan darah arteri. Sewaktu darah mengalir melalui paru, ion ion hidrogen
terlepas dari hemoglobin dan berikatan dengan bikarbonat untuk menjadi
asam karbonat yang terurai menjadI CO2 dan air. CO2 dikeluarkan melalui
ekspirasi sehingga ion-ion hidrogen yang dihasilkan oleh proses metabolisme
dapat dieliminasi.

2.8 Keseimbangan Asam dan Basa dalam Cairan Tubuh


Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi
ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah
arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan
jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H
dan bikarbonat.
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada
metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini
akan berdisosiasi melepaskan ion H.

2.9 Akibat Ketidak Seimbangan Asam dan Basa dalam Cairan Tubuh
Ada 4 kategori ketidak seimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan
ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan
asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar
bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat.
Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum
obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma
meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi
pernapasan dan ginjal sangat penting. Berikut adalah tabel mengenai
gangguan asam-basa:

Ganguan Asam HCO3 pCO2


No. pH Plasma
Basa Plasma Plasma
Asidosis
1. Meningkat Menurun Meningkat
Respiratorik
Asidosis
2. Menurun Menurun Menurun
Metabolik
Alkalosis
3. Menurun Meningkat Menurun
Respiratorik
Alkalosis
4. Meningkat Meningkat Meningkat
Metabolik
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian dalam BAB II diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-
kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
2. Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses
yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara
dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler
kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB.
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru,
dan gastrointestinal.
3. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh
dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan
juga lebih banyak.
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh
ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan
medis, pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan
kekurangan cairan dan elektrolit.
5.Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada
cairan tubuh. Asam adalah suatu subtansi yang mengandung satu atau lebih
ion H+ yang dapat dilepaskan dalam larutan (donor proton). Basa adalah
subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen sebuah
larutan (akseptor proton).
6. Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh, pusat pernafasan, dan
ginjal merupakan tiga sistem yang mengatur perubahan konsentrasi ion
hidrogen. Terdapat empat sistem penyangga dalam cairan tubuh yaitu, sistem
penyangga bikarbonat-asam karbonat, sistem penyangga fosfat, sistem
protein, dan sistem penyangga hemoglobin
7. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan
alkalosis. Peristiwa ketidak seimbangan asam basa dalam cairan tubuh
dipengaruhi oleh tiga faktor. Tiga faktor tersebut

3.2 Saran
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Selain itu keseimbangan asam dan basa dalam tubuh juga
haruslah diperhatikan untuk menjaga kondisi agar tetap sehat. Untuk
memperoleh keseimbangan antara cairan yang dibutuhkan bagi tubuh
sebaiknya seseorang tersebut haruslah menjaga takaran asupan cairan yang
sesuai dengan usia, berat badan dan aktivitas yang dijalani. Keadaan
seimbangan antara cairan dalam tubuh dapat dipeoleh dengan melihat
perbandingan antara pemasukan dengan pengeluaran cairan.
DAFTAR PUSTAKA

A,Aziz Alimul H.2009:Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta:


Salemba Medika.

Potter, Perry.2009:Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku. Jakarta: Salemba


Medika.

Lorraine M.Wilson. Patofisiologi Gangguan Asam Basa

dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan

Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit . Jakarta: ECG

Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.


Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai