Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua. Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERUBAHAN
FISIOLOGIS PADA SISTEM GASTROINTERSTINAL” pada proses keperawatan. Kami
menyadari bahwa makalah ini belum maksimal dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan masukan, kritikan, dan saran para pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.

Terima kasih kepada banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada pembuatan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih.Akhirnya, semoga amal baik semua pihak diterima oleh Tuhan dan mendapat
balasan dari nya dengan pahala yang setimpal dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan juga bagi para pembaca sekalian, Amin.

GORONTALO, Februari 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang

Keadaan Bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus, kualitas
pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu selama hamil, penaganan persalinan dan
perawatan sesudah lahir. penaggulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal
atau tidak. Diantara bayi yang normal dan yang membutuhkan pertolongan medik segera
(sydroma gangguan pernafasan).

Adaptasi pada Bayi Baru Lahir merupakan proses penyesuaina fungsional neonataus
dari kehidupan di dalam uterus ke keluar uterus. Bila terdapat gangguan pada adaptasi maka
Bayi akan sakit.sedangkan pada Bayi yang kurang bulan terdapat gangguan mekanisme
adaptasi. adaptasi segera adalah pada fungsi-fungsi vital yaitu gastroinestinal

Pada umumnya kelahiran Bayi normal cukup di hadiri oleh Bidan yang dapat di beri
tanggung jawab penuh terhadap keselamatan Ibu dan Bayi pada persalinan normal.maka
seorang Bidan harus mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada ibu dan
bayi.

1.2 Rumusan masalah

 Apa pengertian tentang gastroinestinal ?


 Apa yang di maksud dengan Adaptasi Bayi Baru Lahir Di luar uterus?
 Perubahan-perubahan apa terjadi pada Bayi Baru Lahir ?
 Apa perbedaan gastrointestinal pada bayi dan neonatal?
 Apa yang dilakukan pada keadaan klinik bayi segera setelah lahir ?

1.3. Tujuan masalah

 Untuk mengetahui tentang gastrointensial


 Untuk mengetahui tentang adaptasi bayi baru lahir diluar uterus
 Untuk mengetahui perubahan perubahan apa yang terjadi pada bayi bru lahir
 Untuk mengetahui perbedaan gastrointensial pada bayi dan neonatal
 Untuk mengatahui apa yang dilakukan pada keadaan klinik bayi segera setelah lahir
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gastrointestinal

Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya


sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus,
stomach(lambung), usus halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan dicampur
dengan sekresi kelenjar saliva sehingga menjadi bolus.

Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung), Lambung, usus


halus dan usus besar sebagai tempat penampung makan/bolus dan produk akhir dari
pencernaan.Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa,
lapisan otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah sekitar 25
– 30 % dari cardiac out put. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastrointestinal
melibatkan saraf autonom saraf parasimpatis dan simpatis.

2.2 Fungsi Secara Umum Sistem Gastrointestinal

Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan makanan,
mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien hasil pencernaan ke
dalam pembuluh darah, serta mengeluarkan produk sisa.Saluran gastrointestinal memberi
tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-menerus. Untuk mencapai hal
ini dibutuhkan :

1. Pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal

2. Sekresi getah pencernaan dan makanan

3. Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit

4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di


absorbs

5. Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal


2.3 Anatomi Sistem Gastroinstestinal

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis

B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior
=bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi
dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini
berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus -
"memakan"). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu :

1.Kardia

Merupakan bagian yang berbatasan dengan esophagus. yang menerima makanan dari
kerongkongan, fundus adalah bahwa bagian lambung yang dibentuk oleh besar
kelengkungan.
2.Fundus
Fundus adalah bagian atas rahim. Pada 12 minggu kehamilan, fundus berada di atas
tulang kemaluan (simfisis pubis). Pada kira-kira 20 minggu, fundus telah mencapai
pusar (umbilikus). Setelah minggu ke-20, tinggi fundus (diukur dari atas tulang
kemaluan) adalah sama dengan jumlah minggu kehamilan. Sebagai contoh, pada 25
minggu, fundus akan menjadi sekitar 25cm di atas tulang kemaluan.

3.Antrum

Antrum adalah suatu istilah umum untuk ruang atau ruangan yg memiliki
arti spesifik pada bagian2 organ tertentu dalam tubuh.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

• Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.

• Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin
guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)


E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.

 Lapisan usus halus terdiri dari:


1. lapisan mukosa ( sebelah dalam )
2. lapisan otot melingkar ( M sirkuler )
3. lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
4. lapisan serosa ( Sebelah Luar )

 Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu


1. Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus kosong (jejunum)
3. Usus penyerapan (ileum).

F.Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.

G.Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.Permukaan dalam usus kosong
berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner.

Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni


sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong
dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune
yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti "kosong".

H.Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :


• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri


didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.

I.Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak
dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.

J.Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau
dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum.Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm.

Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda -
bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
K.Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu padakolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang
di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari
usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.

L.Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :


• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan
dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.

2.Adaptasi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir Dan Feeding Setelah


kelahiran

A. Adaptasi Sistem Gastrointestinal

Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencernadan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini
(Gorrie, et al., 1998).Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata
sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari
pertamakehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk
pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie,et al., 1998).

Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih


immatur(Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan
regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie,et al., 1998). Regurgitasi juga dapat
terjadikarena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980). BBL
mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika
dibandingkan dengan orang dewasa.

Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas


(Gorrie,etal.,1998).Bising usus pada keadaan normaldapat didengar pada 4 kuadran
abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayimenelan udara saat menangis dan
sistem saraf simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001).
Saat lahir saluran cerna steril. Sekalibayi terpapar dengan lingkungan luar dan
cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk
dalam beberapa hari pertamakehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran
cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah
lahir.

Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et
al., 1980). Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak
sederhanaada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu
menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana
serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalamidefisiensi
selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisamencerna jenis
karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal.

Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di
dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat
padasusu formula ( Gorrie, et al., 1998). Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut
mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut,
tidak berbau, danlengket.

Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung


partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari
saluran cerna,empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie,et al., 1998 & Olds, et al.,1980).

Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir.Jika
tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi
abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson &
Creehan, 2001).

Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna
coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini
merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai
tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel berikut menjelaskan
karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir.
Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran.

Sebelum lahir Setelah lahir


gastrointestinal relatif inaktif. Fetus menelan cairan  Bayi dapat mengisap dan menelan,
amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan mampu mencerna dan
menelan dalam uterus tidak ada makanan yang
mengeliminasi Asi dan susu
diterima melalui G.I.T, tidak terjadi pengeluaran
formula.
feses. Pada keadaan hipoksis atau distres,
spingteranal relaksasi dan mekonium terlepas  Bayi mudah menelan udara selama
kedalam cairan amnion,mengindikasikan fetal makan dan menangis.
distres.  Peristaltik aktif pada bagian
abdomen yang lebih bawah karena
bayi harus mengeluarkan feses.
Tidak adanya feses dalam 48 jam
pertama mengindikasikan obstruksi
isi usus.

Feeding Setelah Kelahiran


Feeding (pemberian makanan)pertama jika memungkinkan diberikan saatmelakukan
pengkajian pada BBL. Perawat mengobservasi tanda-tanda yang dapatmenggambarkan
keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti ada tidaknya batuk, keadaan seperti
tercekik dan sianosis.Selain pernafasan, mengisap dan menelan merupakan pengalaman
tambahan baru setelah kelahiran. BBL biasanya mampu mengisap, menelan dan
mengkoordinasi pernafasannya.

Setelah lahir, BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam


beberapa fase yang tidak stabil. Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami perubahan,
dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang periode ini membantu
mendukung attachment orang tua-bayi dan pemberian feeding. Terdapat dua period
ereactivity yangdiselingi dengan periode tidur.

Periode pertama reactivity dimulai setelah lahir.BBL berada dalam keadaan diam,
bangun dan terjaga. Matanya dibuka dan waspada,berespons terhadap
rangsangan,menggerakgerakkan tangan dan kaki dengan energik, berusaha mencari dan
tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan dengan fase aktifsiaga.
Selama fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak
lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui pertama. Setelah 30 menit bayi
akan mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap sekitar 2 sampai 4 jam.
Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan respirasi turun pada nilai normal namun

suhu mungkin rendah. Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka masuk
periode keduareaktivity.

Periode ini dapat berlangsung 4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat
menangis. BBL menjadi berkeinginan terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti
mencari puting, mengisap dan menelan dan kelihatan lapar.Feeding mungkin dapat dimulai
jika ia belum dimulai pada periode awal reactivity. Mekonium mungkin keluar selama
periode ini. Sekresi mukus meningkat dan BBL dapat mengalami gag atau regurgitasi
(Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer, 2001).

Pada beberapa fasilitas, bayi diberikan cairan (air) steril dalam jumlah sedikit sebelum
diberikan feeding formulam pertama. Fasilitas yang lain memberikan asi atau susu formula
untuk semua feeding. Feeding pertama tidak lebih dari 1 ons untuk mengurangi regurgitasi
karena overdistensi abdomen. Beberapa bayi dapat mengalami cekukan
atau gag selama feedingpermulaan dan sebagian yang lain dapat mengalami kebiruan atau
sianosis karena terjadi apnea saat pemberian feeding.

Pada keadaan ini perawat menghentikan sementara pemberian


makanan, disuction jika perlu dan bayi dirangsang agar menangis dengan menggosok-gosok
bagian belakang badannya. Banyak BBL yang belajar mengkoordinasikan isapan, menelan
dan bernafas saat feedingpertama (Gorrie et al., 1998)

Feeding menyebabkanBBLmempunyai stool. Peristaltik menjadi cepat dan meningkat


dengan pemberian makanan. Reflek gastrokolik dapat terangsang saat lambung terisi,
menyebabkan peningkatan peristaltik usus. Bayi akan mengeluarkan feses selama atau
setelah pemberian makanan. Feses mekonium juga dapat keluar ketika dilakukan pengukuran
suhu rektal. Meskipun pemeriksaan suhu rektal tidak direkomendasikan, termometer dapat

dimasukkan dengan hati-hati ke dalam rektum untuk mengetahui patensi anus dan
merangsang pengeluaran feses mekonium (Gorrie et al., 1998).

Keterlambatan feeding menyebabkan stasis usus sehingga isi usus yang mengandung
mekonium lama dikeluarkan. Mekonium merupakan penyimpan bilirubib dalam jumlah yang
sangat besar dan ini dapat diabsrobsi kembali ke dalam sirkulasi jika tertunda dieliminasi.
Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsrobsi usus dan

meningkatkan bilirubin serum (Simpson & Creehan, 2001).

Hal ini dapat terjadi karenabilirubin directyang ada dalam mekonium dikonversi
ulang oleh enzim beta glukoronidase menjadi bilirubinindirect, diabsrobsi oleh dinding usus
dan masuk kembali ke sirkulasi enterohepatik. Efek proses ini adalah joundice pada
BBL(Melson et al., 1999). Rutinitas beberapa rumah sakit dalam pola
pemberian feeding pada BBL berkontribusi terhadap tingginya level bilirubin.

Sistem yang tidak mendukung rooming in mengurangi jumlah


pemberian feedingseperti penjadwalan pemberianfeeding (Simpson & Creehan, 2001).
Menyusui dini yang efisien berkorelasidengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar
protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif
kolostrum untuk perjalanan mekonium (bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).Skema berikut
menggambarkan hubungan antara feeding setelah kelahiran dengan pengeluaran mekonium
dan level bilirubinindirect dalam serum setelah kelahiran.
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Dengan terselesaikannya makalah ini kelompok kami menyimpulkan bahwa


terlahirnya individu baru sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.dan individu
baru tersebut pasti mengalami suatu adaptasi,oleh karena itu adaptasi neonatal merupakan
proses penyesuaian fungsional neonataus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar
uterus.apabila terdapat suatu gangguan pada adaptasi maka akan mengakibatkan bayi akan
sakit.hal tersebut terjadi karena ada gangguan pada Homeostasis yang meliputi terganggunya
fungsi-fungsi vital yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.

3.2 Saran

Dengan adanya adaptasi Bayi Baru lahir terjadilah perubahan-perubahan pada bayi,
oleh karena itu pada proses adaptasi perlunya penambahan pengetahuan perawatan bayi baru
lahir bagi para ibu.terutama pada seorang wanita yang pertama kali menjadi seorang ibu.

Untuk itu kelompok kami sangat mengharapkan saran dan kritik dalam pembuatan
makalah ini, dan sebagai reverensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.karena sedikitnya
kesalahan dapat mengurangi nilai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://abnusclassb.blogsot.com/2014/12/kelompok-5-adaptasi-bbl-perubahan.html

Burroughs A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th

edition.

Gorrie T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. (1998). 2nd edition. Foundation of Maternal–
Newborn Nursing.Philadelphia. W.B. Saunders Company.

Hastono, S.P. (2001). Modul Analisa Data.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia.

Melson A. Katrryn et al., (1999). Maternal-Infant Care Planning. Pennsylvania, Springhouse


Cooporation.Philadelphia. W.B. Saunders Company.

Simpson R.K. & Creehan A.P. (2001).Perinatologi Nursing. Lippincott,Philadelphia.

Thomson, E. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd edition. WB.
Saunders. USA.

Anda mungkin juga menyukai