Anda di halaman 1dari 11

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PERFORASI TIFUS

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya
Ditetapkan
Tanggal terbit : Karumkital Dr. ramelan
14 Januari 2020

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Suatu infeksi umum dari peritoneum (General Peritonitis) yang disebabkan oleh
pecahnya usus (terutama usus kecil) karena penyakit tifus abdominalis.
TUJUAN 1. Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek
yang terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteranDr. I.D.G. Nalendra
harus D.I., persetujuan
mendapat Sp.B,Sp.BTKV (K) dan atau
pasien
Laksamana Pertama TNI
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.
PROSEDUR 1. Infus-rehidrasi laktat kurang lebih 4 liter dalam 2-4 jam, atau
20cc/kgBB/Jam dalam waktu 2-4 jam.
2. Kloramfenikol injeksi 3x1 g/24 jam + ampisillin 3x1 g/24 jam.
+ Metronidazol 1 g.i.v/drip dalam waktu 30 menit 3x24 jam.
Antibiotika tersebut juga diberikan 1 jam pra-bedah
3. Laparotomi :
 Lubang pada usus dijahit primer dengan Dexon atau sutera ooo
 Cuci rongga perut dengan :
 Larutan garam faali 3-4 liter
 Larutan garam faali + betadine (500cc – 600cc) 1,5 – 2 liter
 Drain subfasial
 Subkutan dan kulit dijahit situasi (sekunder)
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
RADANG AKUT USUS BUNTU

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Proses keradangan akut pada usus buntu

TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran Dr. I.D.G. Nalendra
harus mendapatD.I., persetujuan
Sp.B,Sp.BTKV (K) dan atau
pasien
Laksamana Pertama TNI
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut
PROSEDUR Prinsip pengobatan adalah apendisektomi, dengan persiapan-persiapan pra
bedah sebagai berikut :
1. Infus larutan garam fisiologis atau ringer laktat
2. Ampisillin 1g i.v + metronidazol 11g sup. Diberikan 1 jam pra bedah.
Bila pada operasi ternyata didapatkan apendiks yang sudah
mengalami perforas, maka langsung dibuat pembiakan kuman dan
tes kepekaan kuman terhadap antibiotik.
Pasca bedah :
1. Infus diteruskan dengan komposisi 2 gram fisiologis dan 3 dekstrose 5%
dalam 24 jam, sampai makan per oral dapat dimulai.
2. Bila bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit-sedikit (3
sendok makan / jam)/
3. Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung maka makan cair dapat
dimulai.
4. Fisioterapi dapat dimulai segera pasca bedah.
5. Pada apendicitis akut yang tak mengalami penyulit, cukup diberikan
antibiotika propilaksis Ampisillin 1g + metronidazol 1g. Sup. Waktu
premedikasi. Bila sudah mengalami penyulit septik (gangreen / perforasi)
diberikan antibiotika :
 Ampisillin 3x1 g intra vena
 Aminoglikosid 3x60 mg intra vena (1,5 mg / kgBB)
 Metronidazol 3x0,5 g intra vena
Sefalosporin generasi III 3x1 g i.v dengan Metronidazol 3x0,5 g
i.v
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
HEMOROID INTERNA

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


SPO/ /I/2020 1/1
RUMKITAL
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Hemoroid interna adalah pelebaran, pemanjangan dan berkelok-keloknya vena
pada pleksus hemoroidalis superior.
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
Laksamana Pertama TNI
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR Hemoroid asimtomatik tidak memerlukan pengobatan.


Hemoroid interna grade I-II dapat diobati dengan obat-obat lokal (suppositoria
atau salep) yang mengandung ortikosteroid dan bahan anestesia, diet yang
mengandung serat (buah-buahan segar), injeksi bahan sklerosan-fenol oli 5%
3-5 ml. Tiap tonjolan maksimal 12-15 ml. Bahan sklerosan lain yaitu kinin uretan
5%, sodium morhuat atau tetradesil sulfat 0,25-0,50 ml.
Pengobatan lain dengan ligasi karet gelang, bedah krio, infra red koagulasi atau
hemoroidektomi.
Hemoroid grade III-IV memerlukan tindakan bedah hemoroidektomi.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
HERNIA INGUINALIS DAN FEMORALIS

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Penonjolan abnormal dari jaringan atau organ intra abdominal (sebagian atau
seluruhnya) melalui lubang atau defek dinding abdomen.
Hernia inguinalis lateralis (=indirekta) keluar melalui anulus internus menuju ke
kanalis inguinalis-anulus eksternus dan keluar kedalam kantong zakar (ICD550).
Hernia inguinalis medialis,
Dr.kantong hernia keluar
I.D.G. Nalendra melalui segitiga
D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)Hasselbach
Laksamana Pertama TNI
menuju anulus eksternus; sedang hernia femoralis, kantong melalui anulus
femoralis menuju ke fossa ovalis.
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR Untuk kuratif dilakukan :


- Herniotomi dan herniorafi (satu sisi ICCOPIM 5.530)
- Pada hernia inkarserata/strangulata dilakukan pembedahan darurat. Bila
terdapat nekrosis usus perlu dilakukan reseksi dan reanastomosis.
Pada hernia inkarserata dengan dehidrasi, pra-bedah perlu rehidrasi
dengan pemberian Ringer laktat kurang lebih 2000 cc dalam 2-4 jam.
Untuk antibiotika profilaksis perlu diberikan Ampisillin 1g i.v 1 jam pra-
bedah, diteruskan 3x1 g.i.v/hari selama 1-2 hari.
Bilamana ternyata terdapat nekrose dan perlu reseksi, antibiotik
terapeutik diberikan tripel drug :
Ampisillin, Gentamisin dan Metronidazol.

Simtomatis untuk :
Nyeri : Asam Mefenamat 3x500 mg / hari selama 3 hari.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
KARSINOMA KOLON – REKTUM

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


SPO/ /I/2020 1/1
RUMKITAL
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Neoplasma ganas jenis karsinoma pada kolon (ICD 153) dan rektum (ICD 154).

TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Dr. I.D.G.
Semua tindakan kedokteran Nalendra
harus D.I., persetujuan
mendapat Sp.B,Sp.BTKV (K) dan atau
pasien
Laksamana Pertama TNI
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR Kuratif :
Kolon kanan : hemikolektomi kanan
Kolon kiri : hemikolektomi kiri
Kolon transversum : kolontransversektomi
Sigmoid : > 12 cm dari anus : reseksi anterior
(ICOPIM 5.455)
< 6 cm dari anus : reseksi abdomino perineal
(ICOPIM 5.484)
Antara 6-12 cm dari anus : prokyosigmoidektomi
atau “sphincter saving operation” (ICOPIM 5.485)
Paliatif :
Untuk karsinoma kolon / rektum yang inoperabel
- Kolostomi proksimal tumor (ICOPIM 5.461)
Pintas ileo-kolostomi (ICOPIM 5.485)
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
ILEUS OBSTRUKSI

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum karena hambatan ekstrinsik
atau instrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar.
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
Laksamana Pertama TNI
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR 1. Dekompresi dengan pipa lambung


2. Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Juga keseimbangan asam basa.
3. Koreksi bedah.
Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan patologinya.
Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
ATRESIA ESOFAGUS

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Atresia esofagus merupakan kelainan bawaan, dimana sebagian segmen
esofagus tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna dengan atau tanpa fistel
dengan trakea.
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
Laksamana Pertama TNI
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR a. Pertolongan pertama :


1. Pasang pipa lambung dan lakukan penghisapan terus menerus.
2. Letakkan penderita dalam inkubator dengan posisi kepala dan dada
lebih tinggi.
3. Pasang infus.
b. Persiapan pembedahan :
1. Koreks gangguan cairan, elektrolit dan asam basa tubuh.
2. Buat foto polos dada dan perut
3. Berikan antibiotika profilaksis
4. Siapkan darah
5. Evaluasi penderita berdasarkan “KRITERIA WATERSTON”.
Grup A : berat badan lebih atau sama dengan 2,5 kg.
Dengan keadaan umum yang baik.
Grup B1 : berat badan 1,8 kg – 2,5 kg. Dengan
keadaan umum baik.
Grup C1 : berat badan kurang dari 1,8 kg.
Grup C2 : semua berat badan dengan pneumonia atau
kelainan bawaan lain yang berat.

c. Pembedahan :
1. Penderita grup A, B1, C2 dan C1 : dilakukan anastomosis primer.
2. Penderita grup C2 : cukup dilakukan gastrosmi. Kemudian diperbaiki
keadaan umumnya. Bila keadaan umumnya sudah membaik baru
dikerjakan pembedahan difinitif.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
KELAINAN ANOREKTAL BAWAAN

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Kelainan anorektal bawaan merupakan kelainan yang sangat bervariasi.
Penanganan yang tepat memerlukan pengertian tentang kelainan anatomi
yangdihadapi. Untuk memudahkan dapat dibuat pemisahan antara kelainan
rendah (infra levator) dan kelainan tinggi (supra levator), yang berdasarkan
patologi terhadap otot levator ani dan
Dr. I.D.G. dasar panggul.
Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami Laksamana Pertama TNI
tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR 1. Stenosis ani : sondase dan dilatas (businasi).


2. Anus membranosa : insisi membran, diikuti dilatasi.
3. Atresia ani rendah : anoplasti perineal.
4. Anus vestibularis : businasi, dilanjutkan dengan insisi cara “cut back”, bila
perlu dilakukan replantasi anoplasti perineal.
5. Bila ragu-ragu : lakukan kolostomi sebagai pertolongan pertama.
6. Atresia ani letak tinggi
Pertolongan pertama berupa kolostomi harus sudah dikerjakan dalam 48 jam
pertama setelah kelahiran.
Tindakan definitif dikerjakan kemudian setelah diagnosis ditegakkan sebaik
mungkin terhadap kelainan anatomi yang dihadapi serta kemungkinan
kelainan bawaan penyerta.
Tindakan definitif dikerjakan kemudian setelah diagnosis ditegakkan sebaik
mungkin terhadap kelainan anatomi yang dihadapi serta kemungkinan
kelainan bawaan penyerta.
Tindakan definitif biasanya baru dikerjakan sekitar usia 12 bulan dirumah
sakit dengan fasilitas bedah yang memadai.
Dikenal prosedur “abdomino perineal” dan “postero sagital anorectoplasty”.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
“HYPERTROPHIC PYLORIC STENOSIS”

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Suatu kelainan dimana otot pilorus menebal sedemikian rupa sehingga lambung
gagal mengosongkan isinya.
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek
yang terkait dengan tindakan tersebut.
Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan
Laksamana Pertama TNI
atau keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR 1. Bayi diletakkan dalam posisi setengah duduk, dipasang pipa lambung
untuk mengosongkan isi lambung.
2. Koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sebelum naik
operasi
Pembedahan : Piloromiotomi.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PENYAKIT HIRSCHPRUNG

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


RUMKITAL SPO/ /I/2020 1/1
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Penyakit Hirschsprung adalah suatu penyakit yang diakibatkan tidak adanya /
tidak berbentuknya sel-sel ganglion syaraf parasimpatis mienterikus di dinding
segmen usus (tersering pada kolon distal atau anorektal).
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek yang
terkait dengan tindakan tersebut.
Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
Laksamana Pertama TNI
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau
keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR 1. Bila segmen aganglioner pendek (ultra short) : dilakukan miotomi.


2. Bila segmen aganglioner panjang :
a. Tindakan permulaan : kolostomi
b. Tindakan definitif : penurunan segmen yang berganglion ke arah
anorektal (pull through), dengan macam-macam teknik operasi yang
dikenal.
c. Tindakan akhir : menutup kolostomi.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
INTUSUSEPSI = INVAGINASI

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman:


SPO/ /I/2020 1/1
RUMKITAL
Dr. RAMELAN
Surabaya

Tanggal terbit : Ditetapkan


14 Januari 2020 Karumkital Dr. ramelan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Radito Soesanto, Sp. THT-KL.,Sp.KL


Laksamana Pertama TNI
PENGERTIAN Masuknya satu segmen usus (proksimal) ke segmen usus yang lain
(distal)
TUJUAN Pasien dan atau keluarga memahami tujuan tindakan, dan semua aspek
yang terkait dengan tindakan tersebut.
Dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B,Sp.BTKV (K)
KEBIJAKAN Semua tindakan kedokteran harus mendapat
Laksamana persetujuan
Pertama TNI pasien dan
atau keluarga etelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan terebut.

PROSEDUR - Dekompresi dengan pipa lambung


- Koreksi gangguan keseimbangan cairan elektrolit
- Pembedahan :
Dilakukan laparotomi untuk melakukan reposisi secara milking
(apabila usus masih “viable”)
Bila usus tidak “viable” dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Anda mungkin juga menyukai