Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOGRAFI TANAH/SOIL GEOGRAFI

Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Provinsi


Sulawesi Selatan

FIRMAN
NIM 1815141001

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRATIKUM GEOGRAFI TANAH/ILMU TANAH/SOIL
GEOGRAPHY

Laporan Praktikum Geografi Tanah/Ilmu Tanah/Soil Geography ini disusun


sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan Praktikum Geografi Tanah/Ilmu
Tanah/Soil Geography dan salah satu syarat lulus mata kuliah Geografi
Tanah/Ilmu Tanah/Soil Geography.

Makassar, 17 November 2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.


atas limpahan rahmat, hidayah, dan petunjuknya sehingga laporan
praktikum lapangan mata kuliah Geografi Tanah ini dapat diselesaikan
dengan baik meskipun tidak begitu sempurna, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Taala sebagai tuhan yang maha esa.
Kita sebagai manusia biasa tentu tidak bisa mencapai kesempurnaan
tersebut.
Laporan praktikum mata kuliah Geografi Tanah ini berisi laporan
hasil praktikum lapangan berupa hasil pengamatan langsung yang
bertempat di Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dan dukungan penuh
dalam hal membantu penyelesaian penyusunan laporan ini.
Penyusunan laporan praktikum mata kuliah Geografi Tanah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya selaku
penyusun laporan ini sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun guna terciptanya laporan yang sempurna dan pastinya bisa
bermanfaat bagi kita semua. Dengan rasa rendah hati, saya mengucapkan
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan yang terdapat
didalam laporan ini.

Makassar, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
1.1Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2Tujuan ................................................................................................ 2
1.3Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
1.Pengertian Tanah .................................................................................. 3
2.Proses Terbentuknya Tanah ................................................................. 3
3.Horizon Tanah ...................................................................................... 5
4.Karakteristik Fisika Tanah ................................................................... 5
5.Karakteristik Biologi Tanah ................................................................. 6
6.Karakteristik Kimia Tanah ................................................................... 6
7. Pelapukan tanah .................................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM…………………………………………..9
3.1 Metode di Lapangan…..................................................................... 9
3.2 Metode di Laboratorium ................................................................ 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………..25
4.1 Hasil ................................................................................................ 25
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………42
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 42
5.2 Saran ................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43
LAMPIRAN ..................................................................................................... 44

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daya tahan tanah terhadap erosi ....................................................... 23


Tabel 1.2 Data horizon titik 3 ........................................................................... 25
Tabel 1.3 Data warna tanah pada titi 3 .............................................................. 25
Tabel 1.4 Data permeabilitas horizon A dan horizon B .................................... 27
Tabel 1.5 Data penetapan kadar air pada horizon A dan horizon B ................. 27
Tabel 1.6 Data berat volume pada horizon A dan horizon B ............................ 30
Tabel 1.7 Data berat jenis pada horizon A dan horizon B ................................ 31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Segitiga tekstur USDA .................................................................. 22


Gambar 1.2 Sketsa lereng pada lokasi titik 3 .................................................... 26
Gambar 1.3 Sketsa profil tanah pada lokasi titik 3 ........................................... 26
Gambar 1.4 Segitiga tekstur USDA horizon A ................................................. 36
Gambar 1.5 Segitiga tekstur USDA horizon B ................................................. 37

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geografi merupakan ilmu yang mempelajari aspek social maupun aspek fisik
dengan menggunakan segala macam obyek formal dan objek materialnya. Di
dalam Geografi terdapat banyak cabang-cabang ilmu, diantaranya yaitu Geografi
Tanah. Geografi Tanah ialah cabang dari ilmu geografi yang membahas tentang
karakteristik dari berbagai jenis tanah dan sebaran dari berbagai jenis tanah yang
ada di muka bumi yang dikaitkan dengan factor-faktor pembentukan tanahnya
dalam konteks keruangan.
Ilmu tanah adalah salah satu ilmu geografi yang mengkaji tentang tanah
sebagai sumber daya alam, dalam ilmu ini dipelajari aspek tentang tanah seperti
pembentukan klasifikasi, pemetaan, berbagai karakteristik fisik, kimiawi,
biologis, kesuburannya, sekaligus mengenai pemanfaatan dan pengelolaannya.
Ilmu tanah dipelajari oleh berbagai ilmu bidang pengetahuan seperti ilmu ilmu
keteknikan atau rekayasa,agronomi, pertanian,kimia, geologi,geografi,ekologi,
dan biologi.
Selain karena pelampukan, tanah juga terbentuk akibat endapan-endapan dari
material yang telah tererosi oleh agen-agen erosi seperti angin, air, dan air laut
yang di transportasikan ke daerah datar atau lebih rendah dari daerah asalnya.
Dengan pembentukan seperti ini maka tanah akan memiliki kandungan atau
unsur seperti mineral, air, udara dan bahan organic. Kandungan tersebut tidak
merata dan tidak sama pada setiap jenis tanah. Sehingga perlu diperhatikan
persentase setiap kandungan untuk nanti dapat dimanfaatkan sebagai
perencanaan wilayah yang berkaitan dengan penggunahan lahan.
Faktor-faktor pembentukan tanah yang telah dijelaskan tadi tidak seragam di
berbagai tempat dikarenakan perbedaan region spasial antar wilayah. Oleh
karena itu, tanah berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lain. Maka dari
itu, perlu diamati dan dikaji lebih dalam mengenai jenis tanah. Pengamatan ini

1
tidak sebatas mengetahui jenis tanahnya, kita juga dituntut untuk dapat
mengidentifikasi jenis tanah itu melalui ciri fisik di dalamnya.
Selain itu tanah memiliki banyak unsur akibat endapan bahan-bahan organic,
kimia dan unsur mineral lainnya. Karena kita tahu bahwa tanah merupakan
tempat penimbauan akhir dari semua unsur sebelum kemudian larut dalam air.
Oleh karena itu, pengamatan atas kandungan bahan organic, kimia dan mineral
lainnya sangat diperlukan agar dapat berguna dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan kita akan penggunaan lahan dan sebagainya.
Dalam praktikum ini, segala unsur yang disebutkan di atas akan diamati
secara seksama sebagai penggunaaan atas ilmu yang telah diperoleh sebelumnya
dan untuk mengetahui kecocokan penggunahan lahan yang tepat bagi tanah di
daerah tersebut berdasarkan hasil yang didapat. Selain itu, pengamatan lapangan
memberikan kita pemahaman secara teknis mengenai survey tanah dan
bagaimana kita dapat mengambil sampel serta mengamati kemudian
menganalisis jenis-jenis dan kandungan di dalam tanah.
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti sekaligus
memahami tentang morfologi tanah dan dapat mengklasifikasikan berbagai jenis
tanah yang ada.
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat praktek lapang ini adalaah mahasiswa dapat mengetahui
secara langsung jenis jenis tanah apa saja yang ada dilapangan, selain itu
mahasiswa dapat mengetahui sifat fisik tanah yang ada dilokasi praktek lapang,
dapat mengetahui sifat kimia yang ada dilokasi praktek lapang, serta dengan ini
mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sample pada tanah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanah


Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organic. Tanah juga merupakan salah satu penunjang yang membantu
kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi ini. Dari segi klimatalogi,
tanah memegang peranan penting sebagai penyimpanan air dan mencegah
terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi. Tanah merupakan
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara.
Berikut pengertian tanah menurut para ahli:
a) J.J Berzelius { ahli kimia swedia 1803 } tanah merupakan laboratorium
kimia dimana terjadi berbagai persenyawaan atau sintesa dan pembongkaran
atau dekomposisi secara tenang.
b) V.V Dokhuchaev seorang ahli geologi Rusia 1879 dimana tanah adalah
bentukan bentukan mineral dan organic dipermukaan bumi yang sedikit
banyak diwarnai oleh humus dan secara tetap menyatakan dirinya sebagai
hasil kegiatan kombinasi bahan bahan seperti jasad hidup baik yang mati
maupun hidup baik hewan maupun tumbuhan bahan induk iklim dan
topografi. Disini tanah ditinjau dari segi pembentukannya.
c) Pengertian secara umum tanah adalah akumulasi tumbuhan alam yang bebas
menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbukan
tanaman dan yang memiiliki sifat sifat dasar sebagai akibat pengaruh iklim
dan jasad hidup yang bertindak sebagai bahan induk dalam keadaan relief
tertentu selama waktu tertentu.
2.2 Proses Terbentuknya Tanah
Tanah terbentuk dari batuan induk yang terpecah menjadi bagian-bagian
kecil akibat perubahan cuaca.
Factor Pembentukan Tanah:

3
a. Iklim
Dalam proses pemebntukan tanah ini hanya ada 2 unsur , yaitu unsur suhu
dan unsur curah hujan.
 Suhu, suhu udara akan mempengaruhi pada kecepatan proses pelapukan
batuan fisik dimana apabila suhu semakin tinggi maka pelapukan akan
semakin cepat, begitu pula sebaliknya apabila suhu semakin rendah, maka
pelapukan akan melambat.
 Curah hujan, curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi asam tanah (pH
tanah), dimana pH tanah akan semakin meningkat sehingga akan terjadi
korosi tanah secara kimia.
b. Bahan induk
Bahan induk ialah factor pembentuk tanah yang akan mempengaruhi
terhadap karakteristik tanah yang akan dihasilkan nantinya. Bahan induk
diantaranya yaitu batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf. Tanah terbentuk karena adanya pelapukan dimana setiap tanah
memiliki karakteristik yang memperlihatkan bahan asal dari induk
batuannya. Misalnya, adalah tanah yang memiliki struktur pasir dari bahan
induk yang memiliki kandungan pasir yang tinggi. Bahan induk yang
memiliki kandunagn kapur yang rendah maka akan menghasilkan warna
tanah yang merah.
c. Organisme
Organisme yang berpengaruh terhadap pembentuksn tanah adalah vegetasi
dan mikroba tanah. Keduanya akan mempengaruhi hal-hal seperti berikut:
 Organisme akan membantu proses pelapukan, baik itu pelapukan secara
organic maupun secara kimiawi.
 Organisme akan membantu dalam proses pembentukan humus.
 Unsur kimia yang terdapat pada tanaman akan mempengaruhi sifat fisik
tanah.
d. Topografi
Topografi atau relief juga merupakan factor erat dalam pembentukan
tanah. Dimana tingkat kemiringan dan system drainase dari suatu daerah

4
batuan yang telah mengalami pelapukan. Topografi yang berada di topografi
miring pada umumnya memiliki lapisan tanah yang tipis, hal ini dikarenakan
adanya erosi yang terjadi disebabkan oleh aliran air.
e. Waktu
Waktu dapat mempenagruhi sifat fisika, kimia serta biologi dari tanah yang
akan terbentuk, dimana setiap tanah memiliki unsur tersendiri. Semakin tua
tanah tersebut maka kandungan yang ada didalamnya juga akan berkurang.
2.3 Horizon Tanah
Horizon Tanah merupakan lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah dan berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun bawahnya yang secara
genetic ada kaitannya.
Keterangan dari masing-masing Horizon tanah adalah sebagai berikut:
a. R (Bedrock) = lapisan batuan induk misalnya granit, basalt, batu gamping,
batu pasir, dll.
b. Horizon C = horizon atau lapisan bahan induk tanah.
c. Horizon B = horizon yang terbentuk di bawah horizon A,E,atau O yang telah
mengalami perkembangan horizon hingga mencirikan hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat.
d. Horizon E = horizon yang mengalami proses pelindian (leaching) maksimal,
dicirikan oleh warna yang lebih terang daripada horizon B yang terletak di
bawahnya.
e. Horizon A = horizon tanah mineral yang terbentuk pada tanah atas atau
lapisan atas di bawah lapisan O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau
sebagian besar struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat.
f. Horizon O = horizon atau lapisan yang didominasi oleh bahan organik.
2.4 Karakteristik Fisika Tanah
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi
karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir ,debu dan
liat yang terkandung pada tanah. Tekstur tanah menjadi penunjuk kasar

5
halusnya tanah. Tekstur merupakan perbandingan antara butir-butir pasir,
debu dan liat. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual
yaitu dengan memijit tanah basa.
b. Struktur tanah
Merupakan karakter fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara
agregat (butir) tanah dan ruang antar agregat.
c. Warna Tanah
Merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol
sehingga mudah terlihat dan lebih sering digunakan dalam mendeskripsikan
tanah daripada ciri tanah lain, khususnya orang awam. Penetapan warna
tanah secara kuantitatif di lapangan menggunakan buku warna tanah standar
Soil Munsell Color Chart. Buku standar warna tersusun sebagai berikut:
 Hue : menunjukkan spectrum warna dominan, membedakan warna merah
dan kuning.
 Value : kecerahan warna, warna putih sebagai pembanding. Hal ini
mengacu pada penurunan tingkat kecerahan warna dari putih ke hitam.
 Chroma : kekuatan warna/intensitas.
2.5 Karakteristik Biologi Tanah
Tanaman, hewan, jamur, bakteri dan manusia mempengaruhi pembentukan
tanah. Hewan dan mikro-organisme tanah campuran untuk membentuk lubang
dan pori-pori yang memungkinkan kelembaban dan gas untuk meresap ke dalam
lapisan yang lebih dalam. Dengan cara yang sama, akar tanaman saluran terbuka
di tanah, terutama tanaman dengan taproots mendalam yang dapat menembus
meter banyak melalui lapisan tanah yang berbeda untuk mengangkut nutrisi dari
dalam tanah yang lebih dalam. Tanaman dengan akar berserat yang tersebar di
dekat permukaan tanah, memiliki akar yang mudah terurai, menambah bahan
organic.
2.6 Karakteristik Kimia Tanah
Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah laju dekomposisi
mineral tanah dan bahan organic dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pembentukan

6
tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
a. pH tanah
Pengujian pH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan
menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indicator universal
dan dengan alat pH di laboratorium dapat menggunakan pH meter Beckman
H5.
b. Mineral Tanah
Bahan mineral tanah merupakan bahan anaorganik tanah yang terdiri
dari berbagai ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah.
2.7 Pelapukan tanah
Pelapukan adalah perubahan fisik maupun kimia batuan atau mineral pada
atau dekat permukaan bumi, batuan atau mmineral terekspos kemudian diikuti
pada bagian bawah permukaan. Pelapukan merupakan proses proses perubahan
batuan dan mineral dari stabil pada berbagi kondisi kelembapan, temperature
maupun aktivitas biologi yang berlangsung dipermukaan bumi. Berikut
beberapa jenis pelapukan batuan:
a. Pelapukan fisik adalah pemebntukan tekanan yang cukup terhadap
batuan yang menyebabkan pecah sepanjang bidang belahan yang
menghasilkan berbagai ukuran baik berbentuk blok maupun lembaran
dengan demikian garis lemah sepanjang batas batas butiran mineral
dapat melapuk secara fisika menghasilkan berbagai ukuran material.
b. Pelapukan kimia, terjadi pada batuan atau mineral karena adanya
ketidakseimbangan pada permukaan dengan air temperature atau suhu
dan tekanan. Beberapa perubahan yang terjadi selama perubahan kimia
diperlihatkan oleh bukti bukti dilapangan seperti oksidasi dan
pembentukan lempung dengan komposisi kimia dan mineralogy
berbeda dengan bahan induk. Perubahan pada hasil pelapukan sangat
jelas terlihat diantaranya oksidasi dan ion besi yang disebabkan oleh
perbedaan bahan induk seperti pembentukan tanaah oksisol dari batuan

7
mefik.
c. Pelapukan biologi atau pelapukan organic adalah pelapukan yang
disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup penyebabnya adalah proses
organisme yaitu hewan dan tumbuhan yang membantu prosespelapukan
batuan maupun pelapukan pada tanah.

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Metode di Lapangan


a. Pembuatan penampang tanah dengan penggalian
Alat yang Bahan :
 Linggis
 Cangkul
 Scoupe
 Tanah lapang dengan kondisi representative
Cara kerja :
 Mencari/menentukan lokasi yang representative untuk pembuatan
penmapang tanah dengan melihat kondisi sekitar lokasi.
 Setelah lokasi ditentukan, kemudian, kemudian memulai melakukan
penggalian untuk membuat singkapan menggunakan linggis, cangkul, dan
scoupe.
 Pembuatan singkapan dianggap selesai apabila yang muncul sampai
minimal horizon C. digali sampai kedalaman tertentu.
b. Pengamatan tanah
Alat dan bahan :
 Pisau lapangan
 Kertas label
 Spidol
 Singkapan tanah dilapangan
Cara kerja :
 Dilakukan menggunakan pisau, dilakukannya pencungkilan atau menusuk
nusuk untuk mengetahui tekstur dan struktur tanah.
 Menarik batas-batas horizon yang didentifikasi dengan menggunakan
pisau lapangan.

9
 Tiap horizon berturut-turut dari atas kebawah ditentukan sekaligus warna,
tekstur, dan strukturnya.
 Kemudian seluruh penampang diamati berturut-turut keadaan perakaran,
padas, kandungan CaCO3 dan bahan organic.
 Dari keterangan, dapat diberikan symbol tiap horizon menggunakan kertas
label dan spidol.
c. Pengambilan sampel dengan cara pengoboran
Alat dan bahan :
 Bor tanah
 Kertas label
 Spidol
 Tanah lapang dengan kondisi representative
Cara kerja :
 Menentukan lokasi yang representative untuk pengamatan horizon
kemudian mencatak posisinya.
 Membersihkan vegetasi yang terdapat dipermukaan tanah dengan
menggunakan cangkul.
 Memulai pengoboran dengan memasukkannya kedalam tanah secara
vertical pada satu titik dan mengangkatnya pada saat bor tersebut penuh.
Kemudian tanah hasil galian disusun sesuai urutannya.
 Meletakkan tanah hasil pengeboran secara horizontal, sesuai dengan
urutannya agar lebih mudah untuk diamati horizonnya.
 Mengukur panjang tanah hasil pengeboran dan kedalaman titik yang dibor
(hasilnya harus sama).
 Menentukan jenis horizon berdasarkan hasil pengamatan.
 Memberikan label pada masing-masing horizon yang ada.
 Mengambil sampel tanah setiap horizon, kemudian dimasukkan kedalam
kantong kemudian diberikan label.
d. Pengambilan sampel menggunakan ring sampel
Alat dan bahan :

10
 Ring sampel
 Pisau lapangan atau cutter
 Palu geologi
 Papa pengalas
 Kain kasa
 Karet gelang
 Kantong sampel
 Kertas label
 Spidol
 Singkapan tanah dilapangan
Cara kerja :
 Membersihkan bagian permukaan tanah
 Mengambil ring sampel dan meletakkannya dan meletakkannya diatas
permukaan tanah setiap horizon yang rata dengan bagian yang tajam
bagian bawah untuk memudahkan ring sampel kedalam tanah.
 Menekan ring sampel hingga tak benar-benar masuk kedalam tanah
menggunakan papan pengalas dan palu geologi.
 Menggali secara pelan-pelan sisi disamping ring sampel untuk
mengambil ring sampel.
 Meratakan permukaan ring sampel dengan cutter.
 Menutup permukaan dan alas ring sampel dengan kain kasa dan diikat
menggunakan karet gelang agar tidak lepas
 Memasukka ring sampel pada kantong sampel dan diberi label.
e. Pengambilan sampel secara langsung
Alat dan bahan :
 Pisau lapangan
 Kertas label
 Spidol
 Kantong sampel
 Singkapan tanah yang ada dilapangan

11
Cara kerja :
 Mengambil tiap-tiap sampel pada tiap-tiap horizon
 Tiap sampel dimasukkan kedalam kantong sampel lalu memberi label
sesuai dengan nama horizonnya.
f. Penentuan tekstur tanah
Alat dan bahan :
 Pisau lapangan
 Air (jika sampel dlam keadaan kering)
 Sampel tanah di lapangan
Cara kerja:
 Mengambil sampel tanah sebesar kelereng masing-masing horizon tanah.
 Memilin contoh tanah yang di antara telunjuk dan ibu jari.
 Jika dalam keadaan kering sehingga sukar dipilin sehingga harus dibasahi
terlebih dahulu agar mudah dipilin
 Memeriksa tekstur tanah, apakah termasuk tanah yang berpasir, lempung
atau debu.
g. Penentuan struktur tanah
Alat dan bahan :
 Pisau lapangan
 Sampel tanah di lapangan
Cara kerja :
 Mengamati horizon demi horizon dalam profil tanah
 Mengambil sampel tanah secara hati-hati sehingga tidak merusak struktur
tiap horizonya menggunakan pisau lapangan.
 Memeriksa struktur tanah dengan mencocokkan dengan teori yang telah
dipelajari (memperhatikan apakah balok, prisma, tiang, kubus, gumpal
membulat, granular-porous atau remah.
h. Penentuan warna tanah
Alat dan bahan:
 Buku Munsell Soil Colour Chart

12
 Pisau lapangan
 Alat tulis menulis
 Sampel tanah di lapangan
Cara kerja :
 Mengambil sampel tanah dari tiap horizon tanah di lokasi menggunakan
pisau lapangan
 Kemudian mencocokan warna tanah yang diambil dengan warna yang
ada di buku Munsell Soil Colour Chart
 Kemudia catat kode warna yang sesuai antara tanah dilapangan dengan
yang ada di buku MSCC
i. Penentuan kadar bahan organic tanah
Alat dan bahan :
 Tabung reaksi
 Pisau lapangan
 Sampel tanah
 Larutan hydrogen peroksida H2O3 30%
Cara kerja :
 Mengambil sampel tanah yaitu solum tanah ( horizon A dan B)
 Kemudian masukkan tanah ke dalam tabung reaksi
 Kemudia memasukkan larutan H2O3 30% ke dalam tabung reaksi dan
mengamati reaksi yang terjadi (jika berbuih atau menimbulkan tanda
gemercik berarti tanah mengandung bahan organic).
j. Penentuan pH tanah (Aktual)
Alat dan bahan :
 Tabung reaksi
 Plastic
 Indicator universal
 Pisau lapangan
 Aqaudes
 Sampel tanah

13
 Kertas lakmus
Cara kerja :
 Ambil sampel tiap horizon tanah yang ada di lapangan menggunakan
pisau lapangan secukupnya.
 Kemudian masukkan sampe sampel tanah kedalam tabung reaksi hingga
sepertiga tabung reaksi.
 Setelah itu diisi dengan aquades, hingga tabung reaksi sepertiga kosong
 Kemudian tutup lubang tabung reaksi dengan plastic dan tindih dengan
ibu jari.
 Kemudian dilanjutkan dengan menggojok tabung reaksi sehingga sampel
tanah dengan aquades tercampur merata.
 Setelah itu diamkan hingga sampel mengendap, sampai terlihat jelas dua
lapisan (sampel dengan aquades)
 Kemudian masukkan kertas lakmus kedalam tabung reaksi hingga
mengenai aquades yang ada di dalam tabung reaksi.
 Setelah itu angkat, dan liat warna yang ada di kertas lakmus, kemudian
cocokkan dengan warna yang ada di indicator universal.
 Sehingga dapat diperoleh data pH aktualnya.
k. Penentuan pH tanah (potensial)
Alat dan bahan :
 Tabung reaksi
 Plastic
 Indicator universal
 Pisau lapangan
 Sampel tanah
 Kertas lakmus
Cara kerja :
 Ambil sampel tiap horizon tanah yang ada di lapangan menggunakan
pisau lapangan secukupnya.

14
 Kemudian masukkan sampel tanah kedalam tabung reaksi hingga
spertiga tabung reaksi.
 Setelah diiisi dengan larutan KCl 1N, hingga tabung reaksi sepertiga
kosong.
 Kemudian tutup lubang tabung reaksi dengan plastic dan tindih dengan
ibu jari.
 Kemudian dilanjutkan dengan menggojok tabung reaksi sehingga sampel
tanah dengan KCl 1N tercampur merata.
 Setelah itu diamkan hingga sampel mengendap, sampai terlihat jelas dua
lapisan (sampel dengan KCl 1N)
 Kemudian masukkan kertas lakmus kedalam tabung reaksi hingga
megenai larutan KCl 1N yang ada di dalam tabung reaksi.
 Setelah itu angkat, dan liat warna yang ada di kertas lakmus, kemudian
cocokkan dengan warna yang ada di indicator universal.
 Sehingga dapat diperoleh data pH potensialnya.

3.2 Metode di Laboratorium


a. Pengukuran Permeabilitas Tanah
1) Alat dan bahan
 Seperangkat alat permeameter
 Contoh tanah tak terusik di dalam ring permeabilitas tanah yang
sudah di rendam selama 1 malam dan siap untuk dipasang di dalam
alat permeameter.
 Stopwatch/jam
2) Cara Kerja
 Praktikum ditunjukkan dan dijelaskan alat-alat dan bahan yang
digunakan di dalam pengukuran permeabilitas. Praktikan diminta
memasang contoh tanah ke dalam alat permeameter.

15
 Praktikan diminta mengukur permeabilitas dengan cara mengukur
volume air yang keluar dari permeameter hingga mendapatkan hasil
pengkurang selama 60 menit.
 Praktikan diminta menghitung permeabilitas tanah atas contoh tanah
yang diukur.

𝑄𝑥𝐿
K = 𝑡𝑥ℎ𝑥𝐴

K = permeabilitas (cm/jam)
Q = jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml)
L = tebal contoh tanah (cm)
h = tinngi permukaan air di permukaan tanah
t = waktu pengukuran (jam)
A = luas pengukuran contoh tanah (𝑐𝑚2 )

b. Persiapan Contoh Tanah dan Penetapan Kadar Air


Alat dan Bahan :
 Sampel tanah sebanyak 2 kg yang telah dikeringkan
 Lumpang dan penumbuk dari porselin
 Timbangan analitik
 Ayakan ukursn diameter 2 mm dan 0,5 mm
 Oven pengering
 Eksikator
 Cawan
 Plastic/toples sebagai wadah sampel yang telah ditimbuk
Cara Kerja :
 Ambil sampel tanah yang sudah dikeringkan, lakukan penimbangan
untuk mendapatkan contoh tanah yang anda punyai
 Ambil agregat dengan ukuran 2 cm sebanyak 3-4 buah, tempatkan pada
kantong plastic yang telah disiapkan, jangan lupa catat nomor tanah.

16
 Haluskan sisa sampel dengan cara digerus. Perhatikan penghalusan
contoh tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga fraksi pasir dan fraksi
kasar tanah tidak pecah/hancur.
 Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2 mm sebanyak 150
gram, ambil 250 gram contoh tanah berdiameter < 2mm untuk dihaluskan
kembali, lakukan pengayakan dengan ukuran 0,5 mm. Tempatkan
sampel yang lolos saring pada kantong plastic yang telah disiapkan,
jangan lupa catat nomor contoh tanah dan diameter sampel tanah.
 Timbang 3 cawan kosong + tutup dengan timbangan analitik dan catat
beratnya (a gr).
 Masukkan 1 buah agregat tanah, sampel tanah lolos saring 2 mm
sebanyak 2 gr dan sampel tanah lolos saring 0,5 mm sebanyak 2 gr ke
dalam cawan yang sudah ditimbang satu persatu, timbang kembali denga
timbangan analitik dan catat beratnya.
 Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu standar
(150° C) selama ≥ 4 jam.
 Kemudian ambil sampel kering dari oven, masukkan ke dalam eksikator
untuk proses pendinginan hingga suhu kamar. Lakukan penimbangan
ulang setelah proses pengeringan oven dan catat beratnya.
Rumus :
𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
% Air = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛

(𝑏−𝑐)
Ka = x 100%
(𝑐−𝑎)

c. Pengukuran BV dan BJ serta Porositas Tanah


Alat dan Bahan :
 Picnometer + kawat pengaduk
 Thermometer
 Lilin + cawan pemanas lilin

17
 Gelas ukur
 Kompor listrik
 Timbangan analitik
 Benang
 Botol pemancar berisi aquades
 Alcohol
 Kertas tissue
 Corong gelas
 Sampel tanah lolos saring 2 mm dan agregat tanah
Cara Kerja :
Berat volume
 Panaskan lilin hingga cair merata. Perhatikan suhu lilin tidak boleh
lebih dari 50 − 60° C. suhu pemanasan yang terlalu panas akan
menyebabkan lilin terlalu cair sehingga dapat meresap ke dalam pori
makro tanah.
 Sementara menunggu proses pemanasan, ambil agregat tanah asli
yang sudah kering kira-kira berdiameter 1 cm lalu ikat dengan
benang. Kemudian lakukan penimbangan dengan timbangan analitis.
 Celupkan agregat tanah di dalam lilin yang sudah dicairkan tadi
hingga seluruh permukaan agregat telah terselimuti lilin, dan isilah
gelas ukur dengan volume tertentu. Tenggelamkan agregat tanah
berselimut lili ke dalam air dalam gelas ukur. Catat volume air dalam
gelas ukur.
 Berat volume setara dengan berat tanah gumpang kering mutlak
dibagi dengan volume agregat tanah.
100
Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = a 100+𝐾𝑎

Ka = kadar air contoh tanah gumpal


(𝑏−𝑎)
Volume gumpal tanah (ml) = (q – p) - 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛

Berat jenis lilin = 0,87 gram/𝑐𝑚3

18
𝐵𝑇𝐾𝑀
BV = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (gr/𝑐𝑚3 )

Berat Jenis
 Siapkan satu set picnometer kosong yang sudah ditimbang beratnya
(a). Isi picnometer dengan aquades hingga mengisi saluran kapiler
pada tutup picnometer. Timbang picnometer yang berisi air (b),
kemudian ukur suhu dalam picnometer (𝑡1 ) dan lihat pada lampiran
table berat jenis air berdasarkan suhu untul memperoleh nilai 𝐵𝐽1 .
 Buang air dalam picnometer dan keringkan menggunakan cairan
alcohol. Siapkan dan masukkan tanah lolos saring 2 mm ke dalam
picnometer. Upayakan agar tanah menutup dasar picnometer setebal
0,75 cm untuk picnometer ukuran 50 cc. pasang picnometer dan
timbang (c). isi picnometer dengan aquades hingga setengahnya.
Aduk campuran tanah dan aquades, kemdian hilangkan gelembung
yang muncul di dalam picnometer menggunakan kawat pengaduk.
Tunggu suspensi hingga mengendap. Keesokan harinya penghilang
gelembung diulang lahi. Tambahkan aquades hingga picnometer
penuh. Perhatikan proses penambahan aquades sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan suspense teraduk kembali. Timbang
picnometer tersebut (d) dan baca berat jenis air berdasar suhu airnya
𝐵𝐽2 .
 Berat jenis tanah setara dengan nilai berat tanah lolos saring 2 mm
kering mutlak dibagi dengan volume total butir tanah. Secara prinsip,
volume butir tanah dihitung berdasarkan selisih volume air dalam
picnometer yang berisi air murni dengan picnometer berisi tanah dan
air.
Rumus :
100
Berat tanah kering mutlak (gr) = (c – a) 100+𝐾𝑎

Ka = Kadar air contoh tanah lolos saring 0.5 mm


(𝑏−𝑎) (𝑑−𝑐)
Volume total butir tanah (𝑐𝑚3 ) = -
𝐵𝐽1 𝐵𝐽2

Porositas Tanah

19
𝐵𝑉
N = (1 − 𝐵𝐽 ) x 100%

d. Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD Tujuan


Alat dan Bahan :
 Timbangan analitis
 Gelas arloji
 Cawan penguap
 Gelas piala berukuran 1000 ml, cawan penimbang, penangas air,
tabung sedimentasi berukuran 1 liter, reagen (𝐻2 02 30%, HCl 1N,
𝑁𝑎4 𝑃2 𝑂7 , pH stick, pengaduk, oven, saringan 50 mikron
 Seperangkat alat pipetisasi
 Sampel tanah
 Sampel tanah lolos saring 2 mm
Cara kerja :
 Timbang sampel kering 2 mm sebanyak 10 gr dan masukkan ke
dalam gelas piala 1000 ml kemudian tambahkan air sampai dengan
200 ml.
 Tambahkan 15 ml 𝐻2 𝑂230% dan biarkan semalam. Tempatkan gelas
piala di atas penangan air.
 Keesokan harinya penangan air dihidupkan, apabila air yang ada di
penangas telah mendidih tambabhkan lagi 𝐻2 𝑂230% 15 ml sambal
diaduk hingga reaksi oksidasi selesai dengan ditandai larutan di atas
tanah berwarna kuning dan timbulnya buih sudah sangat berkurang.
Apabila masih bereaksi, penambahan 𝐻2 𝑂230% diulangi lagi
(maksimal 3 kali).
 Tambahkan HCl 1N sebanyak 25 ml, diamkan 15 menit. Kemudian
api dimatikan.
 Larutan tanah dinetralkan dengan cara mengencerkan dengan
ditambah air hingga volume menjadi 900 ml, kemudian diaduk dan
biarkan sampai mengendap (semalam).

20
 Keesokan harinya buanglah air yang jernih dengan hati-hati jangan
sampai ada partiekl tanah yang ikut terbuang. Ulangi pengenceran 3-5
kali sehingga pH suspense tanah 7 atau netral.
 Saring suspensi tanah dengan menggunakan saringan 75 mikron dan
tamping suspensi tanah yang lolos saring. Kemudin tanah yang tidak
lolos saring ditampung di cawan penguap dam kemudian uapkan
dengan oven bersuhu 105° C selam . 4 jam untuk mendapatkan kadar
pasir kasar hingga pasir sangat halus.
 Larutan tanah yang lolos saring kemudian ditempatkan ke dalam
tabung sedimentasi dan encerkan dengan air hingga volumenya
menjadi 975 ml.
 Tambahkan 25 ml peptisator (𝑁𝑎4 𝑃2 𝑂7) ke dalam tabung sedimentasi
hingga volumenya menjadi 1000 ml. Tutup tabung sedimentasi
dengan menggunakan telapak tangan kemudia di jungkir balikkan
tabung sampai suspensi homogen.
 Pipet suspensi tanah sebanyak 25 ml segera setelah suspensi digojok
(tidak lebih dari 4 detik) dengan kedalaman pemipetan 1⁄2 tinggi
tabung sedimentasi (±14,5 cm) untuk mendapatkan kadar debu +
lempung. Pindahkan hasil pemipetan ke dalam cawan penguap dan
uapkan dengan oven bersuhu 105° C selama > 4 jam (sampai kering).
 Gocok kembali suspensi tanah sampai homogen dan lakukan
pemipetan sebanyak 25 ml setelah waktu 41 menit dengan kedalaman
pemipetan 1 cm untuk mendapatkan kadar lempung. Apabila
kelupaan pemipetan dapat dilakukan setelah 83 menit dengan
kedalaman 2 cm. Pindahkan hasil pemipetan ke dalam cawan
penguap penguap dan uapkan dengan oven bersuhu 105° C selama >
4 jam.
 Untuk mendapatkan persen pasir sangat halus, sampel pasir dalam
cawan yang telah kering disaring lagi dengan saringan ∅ 0.106 mm.

21
Penentuan persen pasir, debu, dan lempeng
Pasir (P) = berat (cawan + pasir) – berat cawan
Lempung (L) = (berat(cawan + lempung) - berat cawan) x
1000
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛

Debu (D) = (berat debu + lempung) – berat lempung

Perhitungan :
𝑃
%Pasir = 𝑃+𝐿+𝐷 x 100%
𝐷
%Debu = 𝑃+𝐿+𝐷 x 100%
𝐿
%Lempung = 𝑃+𝐿+𝐷 x 100%

(𝑐−𝑏) 1000𝑚𝑙
Berat (debu + lempung) aktuil (gram) = 100𝑎 - 𝑥
100+𝐾𝑎

Berat (debu + lempeng) total (gr) → hasil analisis tekstur


Ka = Kadar air contoh tanah 𝜑 2 mm
X = 25 ml
(𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑖𝑙
NPD = (𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100%

Gambar 1.1

22
Tabel 1.1 Daya tahan tanah terhadap erosi
Besar NPD Daya Tahan Terhadap Erosi
< 15 Tahan
15 - 19 Agak Peka
>19 Peka

e. Pengukuran C-organik
Alat dan Bahan
 Erlenmeyer
 Labu takar
 Timbangan analitik
 Gelas arloji
 Seperangkat alat pipet
 Seperangkat alat titrasi
 Khemikalia : 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 1 N, Fe𝑆𝑂4 1 N, 𝐻2 𝑆𝑂4 pekat, 𝐻3 𝑃𝑂4 85%,
indicator diphenil amine.
Cara Kerja :
 Ambil sampel tanah kering ∅ 0.5 mm sebanyak 1 gr.
 Masukkan ke dalam labu takar dan tambahkan 10 ml reagen
𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 1N dan 10 ml 𝐻2 𝑆𝑂4 pekat. Goyangkan labu takar dengan
arah mendatar dan memutar agar larutan homogen dan reaksi berjalan
sempurna. Usahakan warna tetap merah jingga, apabila warna
menjadi hijau tua atau biru maka tambahkan lagi 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 1N dan
𝐻2 𝑆𝑂4 pekat masing-masing sebanyak 10 ml. kemudian diamkan
larutan hingga dingin.
 Tambahkan 5 ml 𝐻3 𝑃𝑂4 dan aquades hingga volume larutan menjadi
50 ml. Kemudian tutup dengan penutup labu takar. Kocok dengan
cara membolak balikkan sampai homogen, daimkan hingga alrutan
mengendap.
 Ambil larutan yang jernih sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan 2 tetes dipenil amin.

23
 Titrasi dengan 1N Fe𝑆𝑂4, hingga warna menjadi kehijau-hijauan.
Catat volume titran.
 Ulangi langkah tersebut tanpa menggunakan reagen untuk
mendapatkan larutan blanko.
100
(𝐵−𝐴)𝑥 𝑛Fe𝑆𝑂4 𝑥 3 𝑥 10 𝑥
77
Perhitungan : [𝐶] = 100 x 100%
𝑥 (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑥 1000)
100+𝐾𝑎

100
% BO = [𝐶] x 58

Keterangan :
A = volume titran contoh tanah (ml)
B = volume titran larutan blanko (ml)
N = normalitas (1N)

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Hasil di Lapangan Di titik 3
 Nama daerah : Malino, Kec. Tinggi Moncong, Kab.Gowa
 Koordinat : 5°15’26,8’’LS-119°50’35,4”BT
 Waktu : Pukul 14.25 WITA
 Suhu : 24°C
 Kondisi cuaca : Hujan sedang
 Perakakaran : Ukuran sedang dengan jumlah sedikit
 Vegetasi : Pohon pinus, pohon pisang, pohon bamboo
 Jenis tanah : Latosol coklat kekuningan
 Penggunaan lahan : Hutan pinus dan tempat pariwisata
 Data lereng : a. Arah lereng : 95°
b. Panjang lereng :58,8 m
c. Kemiringan : 24° = 44,5% (Agak curam)
Tabel 1.2 Data lapangan titik 3
Horizon Struktur Tekstur Perakaran Ketebalan
A Crum Geluh berpasir Halus sedang 0-42
B Prismatic Geluh berpasir Sedikit Halus 42-88
BC Prismatic Pasir Sedikit Halus 88-119
C Columnar Pasir Sangat sedikit halus 119-167
R - Pasir Sangat sedikit halus >167

Tabel 1.3 Data warna tanah pada titik 3


Horizon Kode Warna
A 10 Y/R 3/3 Darkbrown
B 10 Y/R 5/3 Brown
BC 2,5 Y 7/8 Yellow
C 5 Y 5/6 Yellow
R 10 YR 7/4 Very pale yellow

25
58,8 cm 24°

Gambar 1.2 sketsa lereng pada lokasi titik3

aa Horizon A dengan ketebalan 42 cm

Horizon B dengan ketebalan 46 cm

Horizon BC dengan ketebalan 31 cm

Horizon C dengan ketebalan 48 cm

Horizon R dengan ketebalan >48 cm

Gambar 1.3 Sketsa profil tanah pada lokasi titik 3

Ph = Horizon A memiliki pH aktual 6 dan pH potensial 5


Horizon B memiliki pH aktual 6 dan pH potensial 4
Bahan organic = Horizon A berbuih (mengandung banyak bahan organic)
Horizon B berbuih (mengandung banyak bahan organic

26
B. Hasil di Laboraturium
Acara 1 Uji Permeabilitas
Tabel 1.4 Data permeabilitas pada titik 3
Horizon Q L t h A

A 6.140 ml 5,1 cm 1,25 jam 6 cm 19,625 cm2

B 1.157 ml 5 cm 1 jam 24 cm 19,625 cm2

Horizon A :
𝑄 ×𝐿
K = 𝑡 ×ℎ × 𝑎
6.140 ×5,1
= 1,25 ×6×19,625
31.314
= 147,18

= 212,7 cm/jam (sangat cepat)


Horizon B :
𝑄 ×𝐿
K =
𝑡 ×ℎ × 𝑎
3.750 × 5
= 1,25 × 4 ×19,625
18.750
=
98,125

= 121,082 cm/jam (cepat)


Acara 2 Penetapan Kadar Air
Tabel 1.4 Data penetapan kadar air pada horizon A dan horizon B
Horizon Contoh Berat Cawan Berat Cawan Berat Cawan
Tanah Sebelum di dan Contoh dan Contoh
Oven (gr) Tanah Sebelum Tanah Setelah
di Oven (gr) di Oven (gr)
Agregat 55,76 gr 60,91 gr 60,4 gr
Tanah 2
A 52,78 gr 54,80 gr 54,7 gr
mm
Tanah 0,5
70,19 gr 72,40 gr 72,3 gr
mm
Agregat 55,8 gr 84,7 gr 81,8 gr
B
Tanah 2 58, 3 gr 60,3 gr 60,0 gr

27
mm
Tanah 0,5
60,1 gr 62,1 gr 62,0 gr
mm

𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Rumus : % Air = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑜𝑣𝑒𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑣𝑒𝑛

Horizon A
Cawan 1 (0,5 mm)
72,40 −72,3
% Air = × 100%
72,3
0,1
= 72,3 × 100%

= 0,13%
Cawan 2 (2 mm)
54,80 −54,7
% Air = × 100%
54,7
0,1
= 54,7 × 100%

= 0,18%
Cawan 3 (Agregat)
60,91−60,4
% Air = × 100%
60,4
0,51
= 60,4 × 100%

= 0,84%
Horizon B
Cawan 1 (0,5 mm)
62,1−62
% Air = × 100 %
62
0,1
= × 100 %
62
= 0,16 %

28
Cawan 2 (2 mm)
60,3−60
% Air = × 100 %
60
0,3
= × 100 %
60
= 0,5 %
Cawan 3 (agregat)
84,7−81,8
% Air = × 100 %
81,8
2,9
= × 100 %
81,8

= 3,5%

(𝑏−𝑐 )
Rumus : Ka = (𝑐−𝑎 ) × 100%

Horizon A
(72,40 −72,3)
Ka (0,5 mm) = ( 72,3 −70,19) × 100%
0,1
= 2,11 × 100%

= 4,73%
(54,80 −54,7)
Ka (2 mm) = (54,7 −52,78) × 100%
0,1
= 1,92 × 100%

= 5,2%
(60,91 −60,4)
Ka (Agregat) = (60,4 −55,76) × 100%
0,51
= 4,64 × 100%

= 10%
Horizon B
(62,1−62,0)
Ka (0,5) = × 100 %
(62,0−60,1)
0,1
= × 100 %
1,9

= 5,2 %

29
(60,3−60)
Ka (2 mm) = × 100 %
(60−58,3)
0,3
= × 100 %
1,7

= 1,7%

(84,7−81,8)
Ka (agregat) = × 100 %
(81,8−55,8)
2,9
= × 100 %
26
= 11%

Acara 3 Pengukuran Berat Volume dan Berat Jenis serta Porositas


Tanah
Berat volume
Tabel 1.5 Data berat volume pada horizon A dan horizon B
Horizon a b p ml q ml BTKM Volume Gumpal Berat
Tanah (ml) Jenis Lilin
0,87
A 3,8 gr 4,7 gr 50 ml 55 ml 3,45 3,966 ml
gr/cm3

B 6,1 gr 7,3 gr 90 ml 98 ml 0,003 6,63 ml 0,87


gr/cm3

Horizon A
100
Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = a 100+𝐾𝑎
100
= 3,8 100 +10
380
= 110

= 3,45
( 𝑏−𝑎 )
Volume gumpal tanah (ml) = (𝑞 − 𝑝) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛
(4,7−3,8)
= (55 – 50) − 0,87

30
0,9
= 5− 0,87

= 5 -1,034
= 3,966 ml
𝐵𝑇𝐾𝑀
Berat Volume = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (gr/cm3)
3,45
= 3,966

= 0,86 gr/cm3
Horizon B
100
Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = a 100+𝐾𝑎
100
= 6,1
100+11
610
= 111

= 5,49 gr
( 𝑏−𝑎 )
Volume gumpal tanah (ml) = (𝑞 − 𝑝) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛

(7,3−6,1)
= (98 – 90) -
0,87
1,2
=8-
0,87

= 6,63
𝐵𝑇𝐾𝑀
Berat Volume = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐺𝑢𝑚𝑝𝑎𝑙 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ (gr/cm3)
5,49
=
6,63

= 0,82 gr/cm3

Berat Jenis
Tabel 1.6 Data berat jenis pada horizon A dan horizon B
Horizon a b c d t1 BJ1 BJ2

A 33,8 135 45,7 139,5 30°C 0,995 0,995

B 20,5 132,6 gr 33,5 gr 134,5 gr 30°C 0,995 0,995

31
Horizon A
100
Berat tanah kering mutlak (gr) = (𝑐 − 𝑎) 100+𝐾𝑎
100
= (45,7 – 33,8) 100+ 4,7
100
= 11,9 104,7

= 11,9 x 0,95
= 11,36 gr
(𝑏−𝑎) (𝑑−𝑐)
Volume total butir tanah (cm3) = −
𝐵𝐽1 𝐵𝐽2
(135−33,8) (139,5−45,7)
= −
0,995 0,995
101,2−93,8
= 0,995
7,4
= 0,995

= 7,43 cm3
11,36
Berat Jenis = 7,43

= 1,52 gr/cm3
Horizon B
100
Berat tanah kering mutlak (gr) = (c – a)
100+Ka
100
= (33,5 – 20,5)
100+5,2
100
= (13)
105,2
= 13 × 0,95
= 12,3
(b−a) (d−c)
Volume total butir tanah (cm3) = −
BJ1 BJ2
(132,6−20,5) (134,5−33,5)
= −
0,955 0,955
11,1
=
0,955

= 11,62 cm

32
12,3
Berat Jenis = 1,052 (gr/cm3)
11,62

Porositas Tanah
Untuk horizon A :
BV
N = [1 − ] × 100%
BJ

0,86
N = [1 − ] × 100%
1,52

N = [1 − 0,56] × 100%
N = 44%
Untuk horizon B :
BV
N = [1 − ] × 100%
BJ

0,82
N = [1 − ] × 100%
1,052

N = [1 − 0,77] × 100%
N = 23%

Acara 4 Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD Tujuan


Horizon A
Penentuan persen pasir, debu, dan lempung
Pasir (P) = berat (cawan + pasir) – berat cawan
= 61,981 – 60,154
= 1,827
Debu (D) = (berat debu + lempung) – berat lempung
= 0,188 – 0,132
= 0,056
1000
Lempung (L) = (berat (cawan + lempung) – berat cawan ) x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛
1000
= (60,933 – 60,801) x 25

= 0,132 x 40
= 5,28

33
Perhitungan :
𝑃
% Pasir = 𝑃+𝐿+𝐷 × 100%
1,827
= 1,827+5,28+0,056 × 100%
1,827
= 7,163 × 100%

= 25,506%
𝐷
% Debu = 𝑃+𝐿+𝐷 × 100%
0,056
= 1,827+5,28+0,056 × 100%
0,056
= 7,163 × 100%

= 0,781%
𝐿
% Lempung = 𝑃+𝐿+𝐷 × 100%
5,28
= 1,827+5,28+0,056 × 100%
5,28
= 7,163 × 100%

= 73,712%
(𝑏−𝑐) 1000𝑚𝑙
Berat (debu + lempung) aktuil (gr) = 100𝑎
𝑥
100+𝐾𝑎

(54,80−54,7) 1000
= 100 ×52,78
25
100 +5,2

0,1
= 5,278 × 40
1052

0,1
= 50,17 × 40

= 0,0797
Berat (debu + lempung) total (gr)
Hasil analisis tekstur = 1,188 gr
(𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑖𝑙
NPD = (𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100%
0,0797
= × 100%
0,188

= 42,39%
Horizon B
Penentuan persen pasir, debu, dan lempung

34
Pasir (P) = berat (cawan + pasir) – berat cawan
= 39,6606 – 38,4980
= 1,162
Debu (D) = (berat debu + lempung) – berat lempung
= (39,1510 – 39,0053) – 0,10
= 0,1457 – 0,10
= 0,042
1000
Lempung (L) = (berat (cawan + lempung) – berat cawan ) x 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑚𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛
1000
= (39,7753 – 39,67150) x 25

= 0,1038 x 40
= 4,16
Perhitungan :
P
% Pasir = × 100%
P+L+D
1,162
= × 100%
1,162+4,16+0,042
1,162
= × 100%
5,364

= 21,6%%
D
% Debu = × 100%
P+L+D
0,042
= × 100%
1,162+4,16+0,042
0,0042
= × 100%
5,364

= 0,782%
L
% Lempung = × 100%
P+L+D
4,16
= × 100%
1,162+4,16+0,042
4,16
= × 100%
5,364

= 77,55%

35
(𝑏−𝑐) 1000𝑚𝑙
Berat (debu + lempung) aktuil (gr) = 100𝑎
𝑥
100+𝐾𝑎

(60,3−60) 1000 ml
= 100 .58,3 ×
25
100+1,7

0,3
= × 40
57,32

= 0,209
(𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑖𝑙
NPD = (𝑑𝑒𝑏𝑢+𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100%
0,209
= × 100%
0,146

= 143,15%

Gambar 1.4 segitiga tekstur USDA Horizon A

36
Gambar 1.5 segitiga tekstur USDA Horizon B
Acara 5 pengukuran C organik
Horizon A

100
(1,8−1,65)× 1×3 ×10 ×
77
[C] = 100 × 100%
×(1 ×1000)
100+4,7

0,15 × 1×3 ×10 × 1,298


= 100 × 100%
104,7
×1000

5,841
= × 100%
955,1

= 0,6%

100
% BO = (C) × 58

100
= [0,6] ×
58
= 0,6 × 1,724
= 1,03% (sangat rendah)

37
Uji kandungan bahan organic :
Berat cawan kosong = 39,2 gr
Berat cawan+sampel = 49,2 gr
Berat cawan+sampel+oven = 46,7 gr

KBO = Berat sebelum di oven – berat setelah dioven


= 49,2 – 46,7
= 2,5 gr
Horizon B
100
(𝐵−𝐴) ×𝑛 𝐹𝑒𝑆𝑜4 ×3×10×
77
[C] = 100 ×100%
×(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ×1000)
100+𝑘𝑎

100
(22−21) ×12×1 ×3×10×
77
= 100 ×100%
×(1×1000)
100+52

= 46,9%
100
% BO = (C) × 58
100
= 46,9 × 58

= 80,6% (BO Tinggi)


Uji kandungan bahan organic :
Berat cawan kosong = 37,1 g

Berat cawan + sampel = 47,1 g

Berat cawan + sampel + cawan = 42,0 g

KBO = Berat sebelum di oven – berat setelah dioven


= 47,1 − 42,0
= 5,1 gr

38
4.2 Pembahasan
Di titik ke tiga ini, tepatnya di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggi
Moncong, Kabupaten Gowa kami menemukan singkapan yang akan kami
telusuri dan klasifikasi berdasarkan jenis horizonnya. Waktu pengamatan tepat
pukul 14.25 WITA dengan kondisi hujan yang cukup deras membuat tanah yang
akan kita amati sedikit mengalami kebasahan. Kamipun basah kuyup.
Profil tanah yang kami dapati memiliki 5 jenis horizon yaitu horizon A, B,
BC, C, dan R. Horizon A merupakan horizon tanah mineral yang terbentuk pada
permukaan tanah. Pada horizon ini terjadi kehilangan pada sebagian besar atau
seluruh struktur batuan asli dalam tanah serta menunjukkan sifat akumulasi
bahan organik yang bercampur dengan fraksi mineral dengan sangat intensif.
Horizon A terdiri atas berbagai topsoil, yakni materi organik dengan warna gelap
yang bercampur dengan butiran mineral karena efek dari aktivitas organisme.
Pada partikel yang lebih halus akan mudah larut serta terbawa ke lapisan bawah.
Selanjutnya horizon B dimana proses terbentuknya horizon B berada di bawah
horizon A, E, atau O yang telah mengalami perkembangan horizon. Sebagian
besar hingga seluruh struktur batuan asli dicirikan hilang pada horizon ini.
Kemudian akan memperlihatkan satu atau lebih sifat tanah. Selanjutnya horizon
BC yaitu horizon peralihan dari B ke C atau R dengan warna dan ciri mendekati
warna pada horizon B. Kemudian horizon C adalah lapisan bahan induk tanah.
Pembentukkannya dipengaruhi oleh sedikit proses pedogenik serta tidak
memiliki karakteristik seperti pada horizon O, A, E, maupun B. Letaknya berada
di lapisan tanah terbawah yang terdiri dari batuan dasar yang melapuk. Yang
terakhir yaitu horizon R yang memiliki lapisan batuan induk paling dasar yang
terbentuk dari batuan yang sangat padat serta pejal. Pada area ini belum
mengalami pelapukan pada batuan-batuannya. Batuan yang ada pada horizon R
terdiri atas granit, basal, batu pasir, batu gamping, dll.
Pada pengamatan langsung di lapangan kami mengamati langsung bahwa
pada horizon A itu berstruktur crum dengan tekstur geluh berpasir dengan
perakaran halus sampai sedang dan berwarna gelap serta memiliki ketebalan 42
cm. Pada horizon B berstruktur prismatik dengan tekstur geluh berpasir dengan

39
perakaran halus sampai sedikit dan berwarna cokelat serta memiliki ketebalan 46
cm. Pada horizon BC berstruktur prismatik dengan tekstur berpasir dengan
perakaran halus sampai sedikit dan berwarna yellow serta memiliki ketebalan 31
cm. Pada horizon C berstruktur columnar dengan tekstur berpasir dengan
perakaran sedang sampai sedikit dan berwarna yellow serta memiliki ketebalan
48 cm. Dan pada horizon R berstruktur prismatik dengan tekstur berpasir dengan
perakaran halus sampai sedikit dan berwarna very pole brown serta memiliki
ketebalan >48 cm. Pada lokasi ini memiliki lereng dengan tingkat kemiringan
mencapai 24°(agak curam) dan panjang lereng 58,8 m.
Untuk hasil uji di lab untuk permeabilitas bisa kita lihat bahwa pada horizon
A permeabilitasnya yaitu 212,7 cm/jam (sangat cepat) dan pada horizon B
permeabilitasnya yaitu 121,082 cm/jam (sangat cepat). Jika dibandingkan,
permeabilitas horizon B lebih cepat dari horizon A.
Untuk uji kadar air pada horizon A, kadar air dari sampel 0,5 mm yaitu
sebesar 4,73%, kadar air dari sampel 2 mm yaitu sebesar 5,2%, dan untuk ampel
agregat yaitu sebesar 10%. Sedangkan pada horizon B, kadar air dari sampel 0,5
mm yaitu sebesar 5,2%, kadar air dari sampel 2 mm yaitu sebesar 1,7%, kadar
air dari sampel agregat yaitu sebesar 11%. Dari sini kita bias lihat perbedaannya.
Selanjutnya pada acara ke 3 berat volume horizon A yaitu 0,86 gr/𝑐𝑚3 dan
untuk horizon B meiliki berat volume 0,82 gr/𝑐𝑚3 . Ini berarti berat volume
horizon A lebih berat dari horizon B. Untuk berat jenis, horizon A memiliki
berat jenis sebesar 1,52 gr/𝑐𝑚3 dan untuk horizon B memiliki berat jenis sebesar
1,052 gr/𝑐𝑚3 hal ini menandakan bahwa berat jenis horizon A lebih besar dari
horizon B. Sedangkan untuk tingkat porositas horizon A memiliki tingkat
porositas sebesar 44% dan untuk horizon B memiliki tingkat porositas sebesar
23% berarti nilai porositas horizon A lebih besar dari horizon B.
Pada acara 4 yaitu uji analisis besar butir dan perhitungan NPD tujuan, pada
horizon A persen pasir sebesar 25,506%, persen debu sebesar 0,781%, dan
persen lempung sebesar 73,712% dengan NPD tujuan sebesar 42,39% berarti
daya tahan terhadap erosinya itu peka. Setelah di ploting masuk di segitiga
tekstur USDA, di dapatkan hasil bahwa ternyata di horizon A teksturnya itu

40
lempung. Untuk horizon B persen pasir sebesar 21,6%, persen debu sebesar
0,782%, dan persen lempung sebesar 77,55% dengan NPD tujuan sebesar
143,15% menandakan daya tahan terhadap erosi paka. Setelah di ploting masuk
di segitiga tekstur USDA, di dapatkan hasil bahwa ternyata di horizon B
teksturnya itu lempung
Selanjutnya acara terakhir yaitu pengukuran C Organik. Untuk horizon A,
nilai dari %BO sebesar 1,03% berarti BO nya sangat rendah dengan berat KBO
sebesar 2,5 gr. Sedangkan horizon B, nilai dari %BO sebesar 80,6% berarti BO
nya sangat tinggi dengan dengan berat KBO sebesar 5,1 gr.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan dari hasil penelitian mata kuliah geografi
tanah ini yang telah diamati yaitu bisa kita ketahui bersama bahwa tanah
merupakan lapisan permukaan bumi yang berasal dari batuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya sehingga membentuk
regolit atau lapisan partikel halus. Sedangkan Horizon tanah merupakan
lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan berbeda
dengan lapisan yang berdekatan.
5.2 Saran
Adapun saran saya di lapangan yaitu sebaiknya mahasiswa/peserta
praktek lapang memperhatikan dengan baik penjelasan langsung dari dosen.
Karena banyak sekali yang saya lihat main-main dan tidak memperhatikan
penjelasan dari dosen yang tentunya sangat berguna untuk kita maupun untuk
orang lain. Selanjutnya peserta praktek lapang harus lebih disiplin waktu
untuk meminimalisir pemborosan waktu demi terciptanya praktek lapang
yang efisien waktu.
Untuk praktikum di laboratorium, saran saya kepada parktikkan yaitu
jangan selalu main-main di lab, jangan juga selalu bercanda karena ada
banyak sekali barang-barang di lab yang sangat sensitive. Ada juga banyak
praktikka yang melanggar aturan lab, sebaiknya itu harus ditegasi. Untuk
asisten alangkah baiknya jika setiap praktikkan masuk lab harus didampingi
mulai dari awal sampai akhir demi terjuwudnya hasil lab yang kita inginkan
bersama-sama. Saya juga menyarankan kepada asisten yang dihubungi oleh
praktikkan dengan maksud untuk bertanya melalui sosial media, alangkah
baiknya asisten membalasnya dengan cepat/fast respond.

42
DAFTAR PUSTAKA

Afdal,Nurul dkk.2019.Buku Petunujuk Praktikum Tanah Mata Kuliah Ilmu Tanah


Geografi Tanah (Soil Geography).Makassar:Universitas Negeri Makassar.

Didin, W. 2000. Perkembangan tanah yang terbentuk dari batuan di daerah lampung
selatan. Jurnal Tanah Tropika .Vol. 10 No. 2 Hlm. 26-32. Lampung.

Foth, D Henry. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah mada


University.Yogyakarta.

https://www.slideshare.net/mobile/nyarinama/laporan-geografi-tanah (Diakses pada


tanggal , 24 November 2019).

http://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/faktor-pembentuk
-tanah/amp (Diakses pada tanggal, 25 November 2019).

Sutedjo M. dan A.G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah - Cetakan Ketiga.
Rineka Cipta. Jakarta.
Uca.2019.Buku Petunjuk Praktikum Lapangan Geografi
Tanah/Ilmu.Makassar:Universitas Negeri Makassar.

43
LAMPIRAN

Peta lokasi
a. Peta Geologi

b. Peta Administrasi

44
c. Peta Jenis Tanah

Dokumentasi kegiatan

45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai